P- Playboy | Aizome Kento

196 35 2
                                    

Aizome Kento adalah seorang model yang punya banyak penggemar di mana-mana. Sebagai model terkenal, wajar kalau banyak wanita yang tertarik untuk berdekatan dengannya.

Yap! Sebut aja si Kento ini playboy. Kalibernya saja 34. Mulai dari model, bintang film, sampe penyanyi terkenal sempat "diundang" ke apartemennya. Hal itu terjadi setiap malam, selama bertahun-tahun.

Dan menjadi tetangga seorang cassanova macam Kento, membuat [Name] harus lebih memperhatikan tensi darahnya. Yah, siapa tau ia jadi darah tinggi akibat kelakuan tetangga berambut biru dengan poni badainya itu.

"Heh, Kenti. Daripada kau selalu membuatku naik darah, lebih baik kau membuatku naik haji. Supaya berkah sedikit hidupmu yang penuh dosa itu."

"Kalo naik ranjang saja bagaimana?"

Bletak

Kalimat ambigunya langsung mendapat hadiah sebuah pukulan dari centong nasi yang tengah [Name] pegang. Berdoa saja, semoga pukulan centong itu tidak berbekas. Karena jujur, Kento tidak mau memiliki kisah seperti sankuriang gembira dalam cerita rakyat Indonesia.

"Hidoiii, [Name]-chan." Kento merengut menatap [Name] seraya mengelus kepalanya yang terkena ketok magic gadis berambut [hair color] itu.

[Name] menghela napas sebelum kembali menatap playboy cap kaki lima yang masih berdiri di ambang pintu apartemen miliknya. "Katakan yang kau inginkan, lalu silahkan pergi dari sini."

"Sudah kubilang, aku hanya ingin bertamu ke tempatmu."

"Maaf saja. Aku tidak mau menerimamu sebagai tamu di apartemenku yang suci ini."

"Tapi kalau menerimaku sebagai pacar, mau ya?"

"Mati saja sana."

"Ayolah, [Name]. Kau hanya perlu menjawab 'iya'."

[Name] menggeleng tegas. "Tidak."

"Iya."

"Tidak."

"Iya."

"Tidak."

"Iya."

"Tidak."

"Iya."

"Tidak."

"Iya."

"Tidak."

"Tidak."

"Iya!"

Kento terlihat menyeringai, sedangkan [Name] hanya bisa mendesis kesal karena terkena jebakan betmen yang maniak poni itu lakukan.

"Pergilah, Kento. Aku tidak mau dibunuh oleh lusinan pacarmu yang menyeramkan itu."

"Mereka bukan pacarku lagi. Aku sudah memutuskan mereka semua."

"Semudah itu?"

"Mereka itu mudah datang, juga mudah pergi." Kento mengangkat bahunya acuh, seolah gonta-ganti pacar dan memutuskannya setelah merasa bosan adalah hal biasa bagi sebagian banyak orang.

Mungkin itu biasa bagi Kento, tapi tidak bagi [Name].

"Apa kau pernah menganggap penting suatu hubungan?" tanya [Name] serius.

"Tidak."

"Tidak, ya?" [Name] terlihat mendengus sebelum kembali berkata. "Lalu apa yang kau harapkan dengan memintaku menjadi pacarmu? Ingin menjadikanku bagian dari permainanmu itu."

"Tentu saja tidak." jawab Kento jujur, "Kau berbeda dengan mereka.... dan juga 'orang itu'."

Nada suaranya teramat pelan ketika Kento mengucapkan kalimat terakhirnya. Namun meskipun demikian, [Name] masih bisa mendengar kata-kata itu.

Sedikit banyak [Name] mengerti kenapa Kento jadi seperti ini. Sering bergonta-ganti pacar maksudnya. Hal itu terjadi mungkin karena trauma masa lalu pemuda berambut biru itu.

Jika ditanya bagaimana [Name] tau hal itu? Maka jawabannya adalah, karena Kento sendiri yang mengatakannya ketika pria itu salah masuk ke dalam apartemen [Name] yang lupa dikunci dalam keadaan mabuk.

Orang mabuk cenderung berkata jujur, kan? Hari itu Kento terus mengoceh, dan kalimat yang sering terucap dari bibirnya adalah ... 'Ibu'.

[Name] tidak bisa berbuat banyak kala itu. Apalagi melihat wajah yang biasanya terlihat 'sok tampan' dan 'menyebalkan' itu dibasahi oleh airmata yang keluar dari kelopak mata Kento yang tertutup.

Sesakit itukah? [Name] terus bertanya dalam hati.

Pada akhirnya, gadis itu hanya bisa mengelus lembut kepala Kento seraya mengucapkan beberapa kata penenang hingga pria itu jatuh terlelap. [Name] sendiri bingung kenapa ia melakukan hal itu. Hati dan logikanya benar-benar tidak sejalan.

"Baiklah. Kau boleh masuk. Tapi jangan lama-lama."

Mendengar kalimat [Name], kepala Kento yang tadi tertunduk seketika mendongak menatap gadis bermata [eye color] itu.

"Benarkah?" tanyanya senang. [Name] mengangguk setengah tidak ikhlas, membuat Kento tersenyum senang dan bergerak untuk memeluk gadis di depannya. Namun sebelum aksi modusnya terlaksana, [Name] segera mengacungkan centong yang setia digenggamnya tepat di depan wajah Kento.

"Berani modus, akan kuhajar kau." ancam [Name] yang sukses membuat Kento bergidik ngeri.

Cantik sih, tapi galak.

Dan Kento mencintai perempuan galak itu. Ia berjanji pada dirinya sendiri untuk mendapatkan hati [Name] bagaimana pun caranya.

ALPHABET [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang