M- Mitos | Kaneshiro Goushi

218 32 2
                                    

Request by MoSakahara

.
.
.

Pernah mendengar mitos tentang video terkutuk Sadako? Yang katanya, dimana kau menonton video itu, beberapa saat kemudian akan ada nomor misterius yang menelponmu. Kemudian kau akan mati dalam tiga hari kedepan.

Ada sebagian orang yang percaya, namun tidak sedikit pula orang yang meragukannya.

Dan Kaneshiro Goushi, pemuda berambut hitam dan tsundere itu masuk dalam opsi pertama. Maklum saja, Goushi itu penakut. Jangan pernah tertipu dengan wajah sangarnya itu.

Jika saja si kampret Kento tidak meletakkan dvd terkutuk itu pada wadah bersampul sebuah band terkenal, mungkin Goushi tidak akan menonton video tersebut hingga menjadi separno ini.

Hey... jangan salahkan dia. Karena disaat Goushi akan mematikan video itu, remotnya malah macet. Alhasil, video itu terus saja berputar hingga selesai.

Sungguh, Goushi lebih memilih memakai telinga kucing daripada harus berurusan dengan apapun yang berbau horror dan juga hantu. Apalagi disaat ia sedang sendirian di apartemen karena si playboy dan si pinky sedang pergi entah kemana malam ini.

Namun apa mau dikata? Nasi sudah menjadi bubur. Goushi sudah terlanjur menonton video itu. Dan kini, ia tengah merutuki nasibnya di pojok ruangan yang gelap. Kenapa gelap? Karena apartemenya malah mati lampu karena hujan yang kini mengguyur di luar sana. Lengkap sudah penderitaannya.

'Drrtt... drrtt... drrtt'

Ponsel Goushi kembali bergetar, menampilkan nomor yang dirahasiakan muncul di layar benda persegi panjang itu (lagi). Ya, lagi. Kalian tidak salah membacanya. Karena memang nomor itu sudah menelponnya beberapa saat yang lalu.

Jika bertanya apakah Goushi mengangkat panggilan itu, maka jawabannya, tentu saja tidak.

Bagaimana kalau mitos itu benar dan yang menelponnya itu adalah Sadako? Hiiyyyy... membayangkannya saja membuat Goushi merinding disko.

Beberapa saat kemudian, getaran pada ponsel Goushi akhirnya berhenti. Membuat sang empunya menghela napas lega. Namun sepertinya, kelegaan itu tidak berlangsung lama karena ia mendengar suara pintu apartemen terbuka dan kembali menutup dengan jelas.

Goushi menutup matanya erat. Pemuda itu semakin mengkeret ketakutan begitu mendengar suara langkah kaki mendekat ke arahnya. Dan ketakutan Goushi semakin menjadi dikala langkah kaki itu berhenti tepat di depan ia yang kini tengah meringkuk seraya menyembunyikan wajah di antara lipatan tangan dan lututnya.

Goushi tidak ingin melihat sosok itu, namun sang penulis cerita ini malah membuatnya mendongak hingga iris ruby nya mendapati sesosok perempuan bergaun putih dengan rambut panjang menutupi wajah perempuan itu.

"HUWAAAAAAA SETAAAAAAAANN!!"

Hujan yang semakin deras dan juga suara petir yang saling bersahutan mengiringi sebuah teriakan yang keluar dari seorang Kaneshiro Goushi.

.
.
.

"Kau marah padaku?"

Sebuah delikan tajam menjawab pertanyaan itu, membuat Goushi selaku sang penanya menelan ludah gugup.

"Mana mungkin aku tidak marah? Kau tidak menjawab panggilanku! Dan setelah aku datang, kau malah meneriakiku setan!" Manik berwarna [eye color] itu menatap tajam Goushi yang kini duduk di atas sofa, tepat di samping gadis yang kini sudah mengganti gaun putihnya yang basah dengan pakaian milik pemuda berambut hitam itu.

"M-mana aku tahu kalau itu panggilan darimu? Siapa suruh kau memprivat nomornya."

"Oh? Jadi aku yang salah?"

Goushi menggeleng cepat mendengar pertanyaan bernada sarkastik itu. "B-bukan. Wanita itu selalu benar, jadi akulah yang salah di sini."

Gadis bernama lengkap [Full Name] itu hanya mendengus sebelum kembali mengeringkan rambutnya dengan sebuah handuk kecil.

"Kau menginap kan, [Name]?"

"Apa kau mau menyuruhku pulang di saat hujan badai seperti ini?!"

Goushi kembali menggeleng takut mendengar pertanyaan gadis itu. Ya ampun, ia hanya bertanya. Kenapa responnya nyelekit sekali?

Suasana menghening beberapa saat hingga Goushi mengulurkan tangannya untuk meraih handuk putih yang berada di tangan [Name] dan menggantikan aktifitas gadis itu pada rambutnya yang sudah tidak terlalu basah lagi.

"Aku minta maaf." Goushi bergumam di sela kegiatannya, membuat [Name] mau tidak mau menghela napas sebelum menoleh pada kekasihnya itu.

"Baiklah. Tapi ada syaratnya."

"Apa?"

"Temani aku nonton."

Gerak tangan Goushi langsung terhenti begitu mendengar permintaan [Name]. Tentu saja ia tau jenis film apa yang selalu ditonton gadis bermata [eye color] itu.

Horror.

Seketika, Goushi langsung merutuki keadaan apartemennya yang kini sudah tidak dalam keadaan mati lampu lagi.

ALPHABET [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang