K- Kacamata | Sekimura Mikado

170 30 2
                                    

Pernah satu kali [Name] meminta Mikado untuk melepas kacamata yang selalu bertengger di hidung mancung pemuda bermanik emerald itu. Dan hasilnya? Ia merasa bersyukur dan juga menyesal setelah melakukan hal itu. Pasalnya, Mikado jauh lebih tampan tanpa kacamata. Dan sialnya, Mikado tanpa kacamata telah berhasil menarik perhatian banyak orang. Apalagi manusia berjenis kelamin perempuan.

[Name] bersumpah, ia tidak akan pernah membiarkan Mikado untuk melepas kacamata-nya di depan banyak orang lagi. Pria berambut coklat kemerahan itu hanya boleh melakukannya jika hanya ada mereka berdua saja.

Egois? [Name] tidak peduli dicap seperti itu. Baginya, miliknya tidak boleh dinikmati oleh banyak orang. Cukup untuk dirinya saja.

Tapi lihatlah sekarang. Apa yang dilakukan Mikado di sekolah?

Oke, itu pertanyaan konyol. Tentu saja jika orang pergi ke sekolah pastinya memiliki tujuan untuk menuntut ilmu. Kecuali para pedagang. Mereka datang untuk mencari nafkah.

Oke, itu tidak penting juga sebenarnya.

Masalahnya bukan terletak pada Mikado yang datang ke sekolah, tapi pada apa yang telah pria itu lakukan.

Lihat saja. Kemana perginya kacamata yang selalu bertengger di hidung mancungnya itu?!

Apa Mikado mau tebar pesona?! Jika memang itu tujuannya, haruskah [Name] memberikan selamat pada pemuda itu karena telah berhasil melakukannya?

"Mika!"

Sang empunya nama menoleh ke asal suara, dan manik hijau bak batu emerald pria itu mendapati seorang gadis tengah berjalan cepat ke arahnya.

"[Name], oha-..."

Kalimatnya terpotong oleh sebuah tarikan di pergelangan tangannya. [Name] membawa Mikado untuk berlari meninggalkan koridor sekolah yang kini sudah dipenuhi oleh makhluk berjenis perempuan.

Ya Tuhan, segitu dahsyatnya kah efek Mikado tanpa kacamata?

Dan jawabannya, tentu saja iya.

Jika tidak, mana mungkin [Name] sampai kalang kabut seperti ini.

"Kemana kacamata-mu?" [Name] bertanya setelah mereka tiba di atap sekolah. Manik [eye color] gadis itu menatap tajam Mikado yang kini sudah berkeringat dingin di tempatnya berdiri.

Demi Mamirin dengan kuncir kembarnya, kenapa Mikado bisa lupa kalau pacarnya ini tidak suka jika ia pergi ke sekolah tanpa kacamata? Bukan hanya ke sekolah sebenarnya, tapi kemana pun Mikado pergi, ia tidak boleh melepas kacamata-nya.

Alasannya? Mikado sendiri tidak tahu.

"K-kacamata ku rusak karena aku tidak sengaja menginjaknya."

"Kenapa tidak langsung membeli yang baru?"

"Belum sempat."

[Name] menghela napas sebelum mengukurkan tangannya untuk merapikan rambut Mikado yang berantakan karena tertiup angin, "Baiklah. Pulang sekolah nanti kita langsung pergi ke toko untuk membeli kacamata baru untukmu."

Mikado hanya mengangguk tanda setuju. "Ngomong-ngomong, aku penasaran, kenapa kau tidak suka jika aku keluar tanpa kacamata? Apa aku terlihat jelek kalau tidak pakai kacamata?" tanyanya ingin tahu.

"Iya. Kau terlihat sangat jelek tanpa kacamata. Matamu juga jadi juling kalau tidak pakai benda itu."

"Hah? Benarkah?" Mikado berseru panik sebelum meraih sesuatu di saku seragam sekolahnya.

Sedangkan [Name], gadis itu berusaha menahan tawanya saat melihat Mikado yang kini tengah sibuk berkaca di layar ponsel pria itu. Mungkin untuk memastikan matanya benar-benar juling atau tidak karena ia tidak memakai kacamata.

'Dasar bodoh. Tentu saja aku bohong. Matamu tidak juling dan kau juga tidak jelek. Aku hanya tidak mau ketampanan pacarku dinikmati oleh perempuan selain aku.'

ALPHABET [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang