18. Over Protective

61 6 5
                                    

Sendiri itu ketika kamu memilih untuk menenangkan hati dan pikiran agar tak disakiti lagi.

***

Beberapa hari lalu, Nantha nekat menelepon Luthfa karena perubahan sikap terhadapnya. Dan penjelasan yang diutarakan laki-laki itu cukup membuat Nantha merasa bersalah, takut apabila dekat dengan laki-laki mana pun.

Kira-kira seperti ini percakapannya:

"Nantha, gue mau ceritain semuanya, gue harap lo nggak kecewa atau marah sama siapa pun." Suara Luthfa waktu itu di seberang telepon terdengar serius tanpa ada unsur jenakanya.

Nantha mengerutkan keningnya bingung. "Kenapa?"

"Seseorang yang mau melindungi lo nyerang gue pas gue deketin lo. Pertama lo lihat wajah gue lebam, 'kan, pas Mama lo sakit itu? Pas itu sebelumnya kita bertengkar di Indojuli, pulangnya gue dapat tonjokan. Nggak enak, sih, tapi cukup buat nyadarin gue kalau lo emang kayak bodinya Maudy Ayunda, dijaga banget."

Nantha membaringkan tubuhnya di kasur dengan telentang serta tangan kiri yang masih memegang ponsel. Tangan kanannya meraba nakas untuk mengambil earphone. Supaya lebih mudah menyimak penjelasan Luthfa yang bisa saja terdengar dari luar.

"Maksudnya ... lo muji apa ngehina?" kesal Nantha. Gerakannya mengambil earphone terhenti karena merasa kesal. Ia bangkit dari tidur, duduk dengan menatap langit-langit.

"Dua-duanya, deh," kekeh Luthfa di seberang sana. "Yang kedua, pas gue datang di saat ada Dora, dan gue yakin Dora adalah mata-mata, jadi gue ngasih pesan ke lo supaya jauhin tuh cewek. Nggak mungkin kalau emang mau temenan sama lo sampai rela lo katain gitu." Luthfa berucap panjang lebar, disimak baik oleh Nantha.

Menurut Nantha, teorinya benar. "Setelah itu, kan, lo ngehindar ... terus ngasih chat supaya kita nggak usah ketemu. Itu gue nggak ngerti sama sekali. Gue mikir sampai pusing ternyata begitu. Dari dulu emang abang gue protective. Mungkin karena gue cewek makanya over, trus dia juga trauma liat cowok. Enek katanya, haha. Padahal sendirinya cowok."

Terdengar tawa dari seberang sana. Sadar kalau berbahaya, Nantha segera mengecilkan volume panggilan dan memakai earphone. Gadis itu tengkurap dan menutupi mulutnya dengan bantal. Supaya tidak terdengar sedang berbicara.

Kalau sampai mamanya atau bahkan Genta tahu, bisa-bisa Luthfa habis di tangan laki-laki protektif itu. Kan, yang salah tetap Nantha.

"Menurut gue, mending kita jangan dekat dulu, deh, pasti masih ada mata-mata lain selain Dora. By the way, kemarin gue baru stalker-in tuh cewek. Gue lihat dia dimarahi abis-abisan sama abang lo, tapi langsung minta maaf pas udah puas."

Terjadi keheningan sesaat. Sepertinya memang benar, mengingat rumah Klara tidak jauh dari tempat Genta buka usaha.

"Awalnya, gue nggak tahu kalau yang sama lo waktu itu di sekolah adalah abang lo. Gue ngira pacar lo, dia kan, kakel gue dulu," jelas Luthfa.

Nantha masih diam, berbagai pikiran berkecamuk di otaknya. "Udah dulu, ya, gue ngantuk."

Percakapan berakhir setelah Nantha mengucapkan kalimat itu dan mematikan sambungan terlebih dulu.

Ineffable [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang