31

2.6K 147 0
                                    

"Ada apa Wen?" Seulgi yang bingung Wendy menghubunginya ditengah malam seperti ini.

"Seul?"

Seletah pertemuannya dengan Jennie, Wendy memutuskan menemui Suga.

"Apa?" Jawab Seulgi terkejut setengah mati, bahkan Jimin sampai ikut terbangun mendengar suaranya.

"Kenapa sayang?" Tanya Jimin dengan suara serak, Seulgi tidak menjawab justru kembali bertanya.

"Apa terjadi sesuatu?"

"Kirim alamat rumah sakit tempat Suga Oppa dirawat. Kamu pasti tahu" Suara Wendy mulai bergetar.

"Jadi kamu sudah mengetahuinya"

"Hmmm" terdengar isakan kecil.

"Wen, kamu tidak mungkin bisa menjenguknya di jam seperti ini. Kamu ke rumah aku saja ya besok pagi kita kesana" bujuk Seulgi

"Kirim saja alamatnya" suara Wendy sedikit memohon.

Wendy tidak ingin merepotkan Seulgi, dengan menelponnya tengah malam seperti ini saja sudah sangat merepotkan apa lagi jika dia menginap.

"Tapi Wen kamu lagi hamil, aku gak mau terjadi apa apa padamu" bujuk Seulgi lagi.

"Aku baik baik aja Seul, tolong ya kirim alamat rumah sakitnya"

"Iya" jawab Seulgi meskipun sedikit tidak rela.

__

"Kenapa sayang?" Jimin yang sedari tadi menyimak pecakapan istrinya itu.

"Wendy, dia sudah tau semuanya" Seulgi menghembuskan nafas berat.

"Dia pasti sangat terluka. Inilah yang aku takutkan, takut terjadi sesuatu pada kandungannya" Lirihnya.

"Semuanya pasti baik baik aja, kita doakan saja semoga mereka akan bersatu dalam kebahagiaan" Jimin berusaha menenangkan istrinya.

Jimin membawa Seulgi kedalam pelukannya dan kembali tidur.


____



Pukul 6 pagi Wendy sudah rapi dan dia sudah siap untuk berangkat. Seulgi mengirim alamat rumah sakit pukul 5 subuh tadi dan setelah pesan itu masuk Wendy tidak bisa memejamkan matanya lagi.

Wendy tiba dirumah sakit pukul tujuh, dia tidak menyangka jika rumah sakit tempat Suga dirawat begitu jauh dari Rumahnya. Ditambah jalanan juga macet.

Wendy melangkah dengan cepat hingga dia berdiri disebuah ruangan. Wendy menarik nafas dalam dan menghembuskannya kembali untuk menenangkan rasa gugupnya.

Wendy membuka pintu secara perlahan, hal yang pertama dilihatnya adalah tubuh seseorang yang penuh dengan alat bantu. Tubuh Wendy kaku melihat kondisi Suga yang tidak bisa dikatakan baik. Ruangan itu kosong tidak ada yang menjaganya. Hal itu membuat hati Wendy semakin teriris.

Wendy mulai mendekat meski pun kakinya terasa kaku, tubuhnya mulai bergetar menahan isakan dan perih dihatinya.

Wendy menyentuh wajah Suga yang penuh dengan luka, rasa bersalah semakin menghantuinya.

Wendy mendekat dan mulai mencium setiap luka yang ada diwajah Suga dan terakhir pada bibirnya.
"Oppa bangun, maafin aku. Aku salah gak mau medengar penjelasanmu"

"Aku mau kita mulai lagi dari awal" Wendy mulai terisak dia tidak bisa lagi membendung tangisannya.

"Wendy" Wendy melihat asal suara dan segera berdiri dan memeluk tubuh itu. Dia sangat membutuhkan sandaran saat ini.

My Producer Is Mine [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang