30

2.6K 145 2
                                    

"Gimana Zy, udah berhasil jebak Suga" tubuh Wendy menegang mendengar ucapan seorang wanita diluar toilet.

"Berhasil lah, apa lagi wanita itu sangat mudah ditipu" Wendy sangat mengenal suara itu, itu adalah Suzy anak mantan bosnya dulu dan juga mantan tunangan Suga

"Apa kamu berhasil membuat Suga menidurimu lagi?"  Tanya wanita itu lagi.

"Itu yang aku tidak mengerti, dia tidak bisa memasukiku bahkan setelah aku memberinya obat perangsang" Wendy menutup mulutnya, ini begitu mengejutkan baginya.

"Tapi bagaimana bisa kamu berhasil menyingkirkan Wendy, jika Suga saja tidak bisa memasukimu"

"Aku sengaja meminta Wendy menemuiku, disaat Suga juga ada diapartemenku untuk membantuku saat kakiku terkilir" hening sejenak.

"Lalu" tanya wanita itu penasaran karena Suzy berhenti dengan ceritanya.

"Aku memasukan obat perangsang ke dalam minumannya dan dia langsung membuka seluruh pakaiannya dan aku juga melakukan hal yang sama, dia mendorong tubuh ku keatas sofa dan menindis tubuhku. Aku kira dia akan memuaskanku tapi dugaanku salah dia justru mencekik leherku" Air mata Wendy mengalir dan tangannya terus menutup mulutnya agar suara isakannya tidak terdengar.

"Tapi saat posisi itulah Wendy membuka pintu apartemenku yang memang sengaja tidak aku kunci, Suga menyadari kehadiran Wendy dan ingin mengejarnya tapi wanita itu sudah terlanjur pergi"

Tubuh Wendy seketika lemas dan terduduk diatas kloset. Air matanya mengalir deras dan rasa penyesalan karena tidak mau mendengar penjelasan Suga menghantuinya.

"Parah kamu Zy, tapi aku salut sama ide kamu itu benar benar hebat"

"Tentu saja bahkan sampai saat ini pun wanita itu tidak mau bertemu dengan Suga. Itu pambalasan yang setimpal karena berani membatalkan pernikahan kami dan memilih jalang itu" terdengar suara tawa dari keduanya dan setelah itu suara pintu terbuka. Kedua wanita itu pergi tanpa tau jika ada seseorang yg sangat hancur mendengar percakapan mereka tadi.

Wendy menangis semakin menjadi setelah kepergian mereka.

"Seharusnya aku percaya sama kamu, Oppa. Seharusnya aku gak cuma mikirin diri aku sendiri. Bagaimana bisa aku mencintainya tapi aku tidak percaya padanya. Maafin aku Oppa aku salah" Wendy terus menangis.

"Aku mohon Oppa kasih aku kesempatan, kamu jangan menyerah dulu Aku mohon" Dia hanya bisa menangis menyesali semuanya.



*****


Irene merasa cemas karena Wendy tidak juga kembali segera menyusulnya.

Setibanya ditoilet Irene langsung panik mendengar suara tangisan, dia sangat tau jika itu adalah Wendy.

Tok tok tok

"Wen kamu kenapa? Wen buka pintunya" tapi usahanya sia sia Wendy masih tidak bergeming.

"Nty, mamah kenapa?" Irene samapai lupa jika dia sedang bersama Harin

"Aunty juga gak tau sayang"

Tok tok tok

"Wen buka pintunya" Wendy segera menghapus air matanya meskipun tidak bisa menyembunyikan bengkaknya.

Wendy membuka pintu secara perlahan dan Irene langsung menghampirinya.

"Kamu gak papa Wen?" Wendy hanya menggeleng lalu menghampiri Harin

"Harin, kita pulang ya, Harin sama Grandma dulu. Mamah ada urusan sebentar" gadis kecil itu hanya mengangguk.

Selama perjalanan mereka sama sama diam hanya ada suara Harin yg sesekali bertanya pada Irene.

Setelah tiba Wendy langsung masuk bersama Harin sedangkan Irene menunggu dimobil.

My Producer Is Mine [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang