08. a mess

32 0 0
                                    

Happy reading!

**
*





















"AKU cuma sebentar, Om tunggu aja di mobil," ujar Joan kepada Mr. Hyun.

Mobil yang mengantar jemput mereka telah terparkir di depan sebuah toko yang menjual alat kesehatan. Di seberang toko ini, ada kafe yang pada hari Senin lalu ia kunjungi bersama Soobin dkk. Joan yang meminta mereka berhenti di depan toko ini. Alasannya, supaya mobil ini tidak perlu memutar balik untuk sampai di kafe langganannya.

"Aku bakal jalan kaki aja," Joan memberitahu Mr. Hyun dan Elena yang duduk di samping kirinya.

"Biar saya yang temani, Nona," kata Mr. Hyun.

"Aku udah bilang gak perlu, lho, Om," timpal Joan pura-pura marah.

"Perlu aku temenin?" Elena menawarkan diri.

Perempuan itu menutup halaman majalah bisnis yang dibacanya. Sebetulnya ia merasa agak aneh semenjak mobil berhenti di sini. Ia merasa seolah-olah ada semacam aura energi yang tak lazim, yang seharusnya tidak berada di sekitar daerah ini.

"Nggak usah, El. Aku 'kan udah bilang sebentar."

Joan meyakinkan saudarinya itu.

Elena menghela napas, masih dengan pandangan ragu-ragu yang sangat jarang ia tunjukkan.

"Oke, jangan lama-lama." Akhirnya ia memberi izin, mungkin ini hanya firasat yang salah.

Joan tersenyum lebar. "Siap, Bos," ujarnya diakhiri dengan tawa kecil. "Kalau nanti aku lama, kamu bisa nyusul."

Setelah itu Joan turun dari mobil. Ia menyeberangi jalanan yang tidak terlalu ramai itu, dan sampai pada tempat tujuannya.

"Selamat datang."

Joan mengangguk dan tersenyum sekilas. Lalu ia berjalan ke bagian kasir dan menyerahkan struk pesanannya di hari Senin lalu yang ia lunasi hari itu juga.

"Mirae Eonni, tumben buka Haera Eonni yang jaga," kata Joan.

"Sekarang 'kan memang shift-ku."

"Hahaha, aku lupa, maaf Eonni."

Mirae menimpali ucapan Joan dengan tawa mengejek. "Pesan kue buat siapa, Joan-ah?" tanya Mirae.

"Temenku, dia ulang tahun hari ini," jawab Joan.

Tepat setelah itu, ia menerima kue yang telah dipesannya. Joan pun mengecek isinya sejenak. Sesudah itu, ia pamit pulang pada Mirae. Sembari menenteng tas yang berisi kue, Joan berjalan penuh semangat menuju tempat penyeberangan.

"Ah, maaf," Seseorang menabrak gadis itu dari belakang.

"Nggak apa-apa," Joan berhenti sebentar dan melirik seseorang yang menyenggolnya tadi, orang itu memakai seragam sekolah yang sama sepertinya.

Baru saja Joan akan berjalan lagi, seseorang dengan pakaian biru dongker berjalan ke arahnya, dan tiba-tiba ia mengeluarkan pisau kecil. Firasatnya menjadi buruk, benar saja, Joan merasakan perutnya seperti ditusuk beberapa kali, dan ia menemukan cairan merah menodai seragam sekolahnya. Kemampuan bicaranya mendadak hilang ketika kegelapan menghampirinya.

Langit yang cerah seharusnya menjadi pertanda akan sesuatu yang baik. Hal itu yang setidaknya Joan percayai hingga saat ini. Setidaknya selain kejadian pada hari itu, juga pada kejadian hari ini.








[1] Unseen ; choi beomgyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang