15. behind the enemy

41 1 0
                                    

Happy reading!

**

*























"BERENGSEK!" maki perempuan kelahiran tahun 2002 itu.

Hentakan kakinya terdengar keras ketika perempuan itu berjalan cepat menghampiri objek manusia lainnya yang sedang berada di dekat ranjang pasien, alias ranjang Joan.

Tangan kanannya yang sedari tadi terkepal, dengan cepat ia layangkan sebuah tinju sepenuh tenaga kepada laki-laki di hadapannya.

"Apa kamu gila?!"

Gadis itu memaki dengan suara yang tidak bisa dibilang pelan.

Shin Joonjae, satu-satunya laki-laki yang berada di ruangan itu terdiam. Dari raut wajahnya sendiri ia terlihat sedikit terkejut. Namun, cepat-cepat ditutupi dengan ekspresi bingung yang dibuat-buat.

"Kamu ngomong apa sih, Elena? Aku nggak ngerti," Joonjae berkilah.

Elena memicingkan matanya.

"Shin Joonjae-ssi, tolong tinggalin tempat ini," ujar Elena dengan bahasa formal, seperti saat pertama kali mereka bertemu di dekat sekolah beberapa waktu kebelakang.

Joonjae bergeming. Dirinya menolak untuk beradu tatapan mata dengan Elena. Ia tahu jelas kalau saat ini Elena sedang menatapnya sangat tajam, seperti sesuatu yang akan meledak-ledak sebentar lagi.

Elena menghela napas kasar. Sembari berusaha mengontrol emosinya, ia berucap dengan intonasi suara yang lebih rendah, "Apa kau tuli? Aku bilang pergi!"

Anehnya, Joonjae malah tertawa keras. Tidak menunjukan bahwa dirinya terpengaruh oleh aura intimidasi Elena.

"Kalau aku nggak mau?"

Elena mengumpat dalam hati. Sejujurnya melihat senyum pongah Shin Joonjae benar-benar membuat darah di dalam tubuhnya mendidih.

"Mumpung aku peringati baik-baik, sebaiknya cepatlah keluar, Shin Joonjae."

Joonjae pura-pura tidak mendengar perkataan Elena.

Sementara itu, laki-laki itu tampak pura-pura berpikir. "Gimana kalau kita bikin perjanjian? Kayak dulu, 'kan seru."

"Tutup mulutmu."

"Kenapa? Bukannya kamu suka banget ya sama permainan yang aku buat?"

"Aku bilang tutup mulutmu!"

"Mungkin kamu udah lupa sebagian, tapi kayaknya kita bisa ngulang itu semua. Cuma aku, dan kamu, Seyeon-ah," timpal Joonjae.

Elena membuka matanya lebar-lebar begitu nama aslinya disebut.

"Sialan, aku bilang diam!"

Sepersekian detik kemudian, ayunan kepalan tangan kanan milik Elena kembali ia tujukan ke rahang Joonjae, yang kali ini ditangkap dengan cepat oleh laki-laki itu.

"Whoa, santai dong, Seyeon," kata Joonjae sembari menahan kepalan tangan Elena yang kekuatannya tidak main-main.

"Jangan sebut nama itu lagi!" desis Elena.

Perempuan itu memandang laki-laki di hadapannya benci sekaligus jijik.

"Keluar dari sini sekarang!"





Pintu ruang Joan dirawat inap dibuka oleh seseorang.

Elena dan Joonjae sama-sama menoleh ke arah pintu, dan menemukan Choi Beomgyu yang juga menatap keduanya secara bergantian.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 19, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[1] Unseen ; choi beomgyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang