ARGARA {10}

541 147 343
                                    

Malam hari di rumah Amara

Arga mengantar Amara pulang kerumahnya selamat sampai tujuan. Juga satu kompleks dengannya bahkan jaraknya hanya dua rumah yang menghalangi rumah mereka.

Arga turun dari mobil di ekori Amara dibelakangnya.

"Ini rumah lo kan. Lo pindahan ya ?karena dulu rumah besar ini gak ada yang tinggalin," tanya Arga penasaran.

"Iya ini rumah gue. Kalau bukan rumah gue, ya kali gue kesini!" kesel Amara

Arga sangat jengah berbicara dengan cewek yang dihadapannya sekarang, bawaannya ketus terus melulu. "Gue cuman nanya OON! kok lo ngegas sih! Dasar,"

"Terus lo sendiri disini?"

"Nggak kok. Kan gue udah bilang kalau gue berdua sama bibi lna yang bantuin gue di sini, semenjak papa gue nggak ada gue sama mama gue pindah ke prancis, dan gue punya papa tiri dan saudara tiri."

"Gue dulunya orang bandung,
tapi gue harus ikut mama gue pindah ke prancis, tapi gue pindah lagi kesini karena gue pengen ketemu sama temen kecil gue, yang sangat berharga di hidup gue."

Pindah? Temen kecil? Siapa?

Dia sangat berharga di hidupnya?

Banyak sekali pertanyaan yang muncul di benak Arga yang ia ingin lontarkan.

Arga merasa bingung apa yang di ucapkan oleh Amara. Temen kecilnya? berharga? siapa? Arga rasanya tidak asing dengan apa yang dikatakan cewek itu.

"Jadi sekarang lo udah ketemu sama temen kecil lo?" tanya Arga penasaran dengan kehidupan Amara.

"Udah, gue udah ketemu sama dia apalagi dia satu sekolah dengan kita, satu kelas malah." Kekeh Amara memperlihatkan gigi putih dan rapinya, namun terlihat jelas raut muka yang berbeda.

"Satu kelas sama kita, siapa?" Arga makin penasaran dengan orang yang sangat berharga di kehidupan Amara.

"Iya dia satu sekolah dengan kita," ucap Amara.

"Tapi gue merasa kecewa waktu pertama gue ketemu sama dia. Dia kayak nggak kenal gue gitu. Cuman gue yang selalu ingat dia." kekeh Amara yang masih bisa tersenyum namun Arga bisa melihat dari raut wajah Amara yang sangat sedih.

"Terus nama dia sia—? Amara langsung memotong ucapan Arga yang belum sampai.

"Ehhh... kok gue malah curhat sih. Apalagi ini di luar, masuk dulu yuk Ga, dingin nih di luar."

Arga sebenarnya masih ingin mendengar siapa orang itu. Tapi ia sadar kalau Amara sedang mengalihkan pembicaraan mereka, mungkin Amara tidak mau mengungkit masalahnya  terlalu dalam.

"Heyy! kok lo malah melamun sih," Amara mengagetkan Arga karena ia sedari tadi cowok itu malah melamun, entah apa yang cowok itu pikirkan.

"Masuk dulu yuk," ajak Amara

"Ehh... nggak usah, gue langsung balik aja udah malem soalnya."

"Oh yaudah hati-hati ya," Amara melambaikan tangannya kearah mobil Arga yang sudah berjalan keluar dari pekarangan rumahnya.

Amara masuk kedalam rumahnya,
ia menuju ke kamarnya yang berada dilantai atas, kamar yang berdominasi warna peach pink, meja khusus ia buat menaruh foto-foto bersama teman kecilnya, yang ia simpan dan jaga sejak lama.

Amara memandang foto kenanganya  dengan orang yang sangat berharga di hidupnya, ia juga memandang gelang yang melingkar di pergelangan tangannya, hanya ada dua gelang yang sama persis dengan ia miliki itu, gelang yang juga cowok itu pakai.

ARGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang