ARGARA {15}

337 30 32
                                    

Arga mengantar Resya ke rumahnya. Setelah kejadian tadi sore yang menimpa kedua sahabatnya, Arga tidak tahu lagi bagaimana kondisi Amara sekarang. Mereka sekarang sudah berada di depan rumah bertingkat dua, rumah Resya.

"Lo beneran nggak kenapa-napa, kan? Lutut lo luka. Mau gue obatin dulu?"

"Nggak usah Ga. Gue nggak kenapa-napa kok."

"Ini juga terjadi gara-gara gue yang nggak becus jagain lo." Ucap Arga dengan suara datarnya.

Sudah berkali-kali cowok itu menanyakan keadaan Resya, ia juga menawarkan cewek itu ke rumah sakit tapi cewek itu selalu saja menolaknya dan mengatakan kalau ia tidak apa-apa. Bagaimana pun juga Arga harus bertanggung jawab atas keselamatan seseorang saat ia sedang bersamanya.

"Kalau gitu masuk dulu ke dalam yuk Ga," ajak Resya menarik sebelah lengan Arga. Cowok itu melirik ke arah tanggannya yang di pegang oleh Resya. Tetap dengan wajah datar dan tegasnya, dengan perlahan ia menepiskan tanggannya dari pegangan cewek itu.

"Thanks tawarannya, tapi gue nggak bisa lama-lama." Resya mengangguk dengan sedikit kecewa, "tapi makasih yah Ga, lo udah repot-repot buat nemenin gue cari bukunya." Ucapnya yang diangguki oleh Arga. Cowok itu kemudian menjalankan motornya dengan kecepatan penuh. Ia ingin melihat keadaan sahabatnya di rumah sakit. Amara. Tapi ia terlebih dahulu pulang ke rumahnya mengganti seragam sekolahnya. Sekarang cowok itu sudah sampai di depan rumahnya. Arga mengernyitkan dahinya melihat mobil Bokapnya terparkir rapi di depan rumahnya. Tumben, batinnya.

Segera cowok itu membuka pintu dan masuk ke dalam rumahnya. Dengan tatapan tajamnya dan napas yang memburu Arga melangkah mendekati dua pasangan itu yang sedang berduaan, tidak wajar, batinnya.

Bugh!

Sebuah bogeman keras mendarat di pipi kiri pria itu. Pria itu terkejut dengan perlakuan kasar anaknya yang tiba-tiba.

"Apa-apaan kamu!" bentak Pratama." Dimana sopan santun kamu sebagai anak HAH!"

"Papa yang apa-apaan! Ngapain Papa bawa perempuan nggak tau diri ini ke rumah!" teriak Arga menatap tajam kedua pasangan yang nggak tau diri itu.

Bukan tanpa sebab Arga berlaku kasar kepada ayahnya sendiri. Tapi ia sudah muak dengan kelakuan ayahnya yang semakin menjadi-jadi. Sudah bertahun-tahun ayahnya selalu mengonta-ganti pasangan, dan itu dengan orang yang selalu berbeda. Dan lebih terkejutnya lagi kenapa harus dia yang papanya bawa ke rumahnya ini.

"Arga beralih menatap cewek itu dengan tatapan datar." Apa nggak ada pria yang lebih tua lagi dari Bokap saya?" Ucapnya dengan nada mengejek.

"Jaga ucapan kamu Arga, yang sopan kalau berbicara. Saya mau kamu minta maaf sekarang sama dia." Sentak Ayahnya.

Cihh!

Arga menggeleng cepat sambil menatap tajam Pratama dan cewek yang ada di samping ayahnya. Arga membuang muka ke sembarang arah dari pada harus menatap muka dan harus meminta maaf ke cewek itu.

"Arga! Listen to me," ujar Pratama, sangat marah.

"Dia sangat sakit hati dengan ucapan kamu itu! Kamu itu belum kenal dia," Arga memalingkan wajahnya saat cewek itu menatapnya dan tatapan mereka bertemu. "Seharusnya kamu tidak ngomong kasar sama dia." Lanjutnya.

"Anda saja tau gimana perasaan dia sekarang," ucap Arga menunjuk cewek di belakang ayahnya. "Tapi apa anda tau gimana sakit hati Mama saya saat mengetahui suami tercintanya sedang bermain cantik di belakangnya! Munafik!"

"Kenapa kamu masih saja belain Mama kamu! Kamu-"

"Stop! Mama segalanya bagi saya. Walau bagaimanapun perlakuan ia terhadap saya tetapi ia tetap Mama saya dan akan terus seperti itu!" Teriaknya dengan keras.

Arga menatap datar cewek simpanan ayahnya. Cowok itu menggeleng cepat sambil memukul kepalanya. Ingatan itu kembali lagi saat menatap cewek itu. Kenapa harus dia Ayah! batinnya.
Arga menggeleng cepat sambil menatap tajam cewek itu. "Murahan!"

Plak! Plak!

Tamparan dua kali untuk Arga. Cowok itu benar-benar tidak habis pikir dengan ayahnya. Cowok itu tidak marah atas perlakuan Pratama kepadanya tapi ia tidak akan bisa tinggal diam jika itu menyangkut Mamanya.

Jengah dengan Ayahnya, Arga berbalik menaiki anak tangga.

"Arga!" Sentak ayahnya.

Cowok itu berhenti menapaki anak tangga dan berbalik menatap kedua pasangan itu dengan tajam.

"Kamu benar-benar nggak sopan! Papa belum selesai ngomong!"

"Nggak ada yang perlu di omongin lagi, Pa. Kalau Papa masih mau berduaan dengan cewek simpanan Papa, tolong kalian pergi dari rumah ini, sebelum Mama saya datang!" Tegas Arga jengah, lalu melanjutkan langkahnya menuju ke kamarnya di atas. Cewek yang ada di dekat Pratama hanya menatap punggung Arga yang semakin menjauh.

Cowok itu membuang asal tas dan jaketnya. Kemudian memasuki wc, mungkin dengan mandi pikirannya akan tenang dengan semua masalah yang ada. Cowok itu berusaha menahan emosinya. Ia tidak mau cermin yang ada di depannya menjadi korban sasaran kemarahannya, lagi.

Arga hanya bisa memejamkan kedua matanya. Ia tidak bisa tidur, cowok itu terus memikirkan kejadian tadi bersama ayah dan cewek itu. Arga tidak tau harus berbuat apa lagi dengan kondisi keluarganya sekarang. Kenapa harus cewek itu yang menjadi simpanan ayahnya. Rasa terkejut dan kecewanya kembali hadir. Cowok itu terkejut dengan kehadiran cewek itu yang tiba-tiba. Cewek itu mengigatkannya lagi atas rasa kecewanya yang hampir ia lupakan selama ini. Kenapa ia kembali, kenapa harus dia yang menjadi simpanan ayahnya. Arggghhh! Batinnya.

Arga menoleh saat knop pintu terbuka, seketika matanya membulat. Rahangnya mengeras seketika. Muncul sosok yang baru saja cowok itu pikirkan. Arga menatap cewek itu yang berjalan menghampirinya. Cewek itu menatap Arga dengan tatapan sendu kemudian menunduk. Tapi Arga tetap mengabaikannya.

Arga beranjak dari kasurnya, menjauh dari cewek itu dan berjalan ke balkon kamarnya. Yang di ikuti cewek itu di belakangnya.

"Ga. Aku kembali," cewek itu menatap Arga dengan lekat. Tatapan itu membuat Arga memalingkan wajahnya.

"Ga, Aku mohon kamu jangan kayak gini sama aku. Aku tau aku salah. Tapi aku benar-benar kembali untuk nepatin janji aku." Cowok itu hanya menatapnya datar tanpa berniat untuk berbicara.

"Kamu berubah Ga. Kamu jadi dingin sama aku. Pasti kamu udah lupain aku, kan? Aku rela Ga dan aku rela kalau kamu menyukai cewek selain aku, karena aku tidak cocok buat kamu lagi." Lagi-lagi cowok itu hanya diam tidak bergeming.

"Aku tidak seperti yang kamu pikirkan tentang aku dan ayah kamu. Aku punya alasan Ga."

"Aku akan ceritain semua ke kamu. Tapi nggak sekarang." Lanjutnya.

Cewek itu mendekat ke arah Arga, menatap mata cowok itu dengan lekat. Tetapi tatapan mereka tidak bertemu karena Arga tidak bisa untuk menatap mata cewek itu sedetik pun. Arga membuang pandangannya kesembarang arah.

"Rena!" Panggilnya lirih.

Rena berjalan ke arah Arga. Cewek itu memeluk Arga erat. Pelukan pertama kali saat perpisahannya dan kehadirannya lagi kesini. Arga merasakan perasaan itu kembali muncul, cewek yang pernah ada dalam hidupnya, tapi seakan-akan perasaan itu menjadi benci. Cowok itu tidak membalas pelukan erat Rena. Tapi entah kenapa Arga tidak melepaskan pelukan cewek itu. Cowok itu membiarkan tubuhnya di peluk oleh Rena, membiarkan meresap rasa rindu yang telah lama terpendam.



Next?
Jangan lupa Vote dan komen:)

ARGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang