Bagian (I)

50 5 2
                                    

Hatiku telah mati untuk saat ini
Jangan katakan apapun dan jangan bertanya lagi
Duniaku telah lama padam
Raga dan jiwaku telah lama tak menyatu

Penyihir Merah
..._...

       Terdengar suara ketukan sepatu dari kejauhan. Membelah sepanjang koridor hotel berbintang megah nan mewah. Sesosok gadis menyelusurinya dengan penuh ketenangan dan kedamaian di dalam keremangan cahaya. Terlihat anggun dan penuh pesona saat ia mengenakan outfit serba merah, seakan warna tersebut adalah aura jiwanya. Berbalik ia kearah pintu yg merupakan kamarnya. Gadis itu masuk kedalam kamarnya.
Disisi lain puluhan pria berjas hitam kebingungan ditengah keramaian kota. Berlarian dan bertanya kesana kemari seakan kehilangan sesuatu. Mereka saling menggelenggkan kepala saat telah berkumpul. Salah satu diantara mereka melepaskan emosi dengan menendang tong sampah yang berada disisi jalan tak jauh tempat ia berdiri. Air mukanya tampak khawatir dan penuh ketakutan akan sesuatu hal. Terdengar sebuah deringan yang merupakan sebuah ponselnya. Sang pria tersebut menghembuskan nafasnya dengan kasar sebelum mengangkat panggilang tersebut.

       "Hallo, nyonya" sapanya dengan seseorang diseberang sana.

       "..."

       "Maaf, nyonya. Kami kehilangan jejaknya" ucapanya dengan hati-hati.

       "..."

       "Sekali lagi, maafkan kami nyonya. Nona muda menjebak kami dengan permainannya, awalnya kami pikir ia sedang serius" adu sang pria tersebut kepada seseorang ditelepon itu.

       "..."

       "Baik, nyonya" segera ia memasukkan kembali ponselnya kedalam saku jasnya.

       "Nyonya memberi perintah untuk segera kembali ke Indonesia" ucapnya lagi kepada anak buahnya tersebut. Sedangkan yang diperintah hanya patuh saja. Tanpa mereka sadari ada sosok yang memperhatikan mereka dari kejauhan. Sosok tersebut sunggulah misterius apalagi ia menampilkan senyum yang sangat menakutkan dengan raut wajah yang serius.

..._...

       Malam ini tak seperti malam-malam sebelumnya yang dihiasi ribuan bintang dan cahaya bulan. Malam ini sang bulan tampak enggan memperlihatkan cahayanya dan bintang pun tersembunyi dibalik awan. Mungkin malam ini hujan akan turun dengan sangat deras. Sang gadis tersebut sedang duduk dipinggir restoran tersebut dengan berpangku tangan ke dada. Terlihat raut wajahnya yang begitu datar, namun matanya seperti menyorot sesuatu dalam kejauhan ia memandang kearah luar diantara pembatas kaca tersebut. Ia terserentak dari lamunannya disaat seorang pelayan bertanya apa yang ia ingin pesan. Sang gadis tersebut menatap tajam kearah pelayan itu karena telah menganggunya. Pelayan tersebut hanya menundukkan kepalanya tak berani menatap apalagi berbicara dengan gadis itu.

       "Aku ingin jus jeruk" gadis itu mengakhiri pelolotan matanya dengan memesan minum.

       "Hmm, apa? " pelayan tersebut gegelapan dan kaget. Nyatanya sang gadis terssbut memang gemar mengintimidasi orang. Kembali ia menatap tajam kearah pelayan tersebut. Sang pelayan yang tak bersalah menjadi ketakutan. Lihatlah dirinya yang telah dilanda keringat basah dan gemetaran hanya karena ditatap seperti itu.

       "APA KAU TULI? " ucap gadis itu penuh penekanan. pelayan itu pun segera pergi dari hadapan gadis itu. Ia tak ingin mati dengan serangan jantungan karena berhadapan dengan sosok gadis misterius itu.

Penyihir Merah (HIATUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang