Di sebuah kamar yang berada pada rumah sederhana di pinggir kota. Walau jalanan sudah penuh dengan orang-orang dan beberapa kendaraan bermotor, suara bising itu tak mampu membangunkan pemuda bersurai hitam itu. Alarm yang telah dipasang berbunyi. Selang beberapa saat akhirnya manik biru tua itu menerima cahaya dan menatap apa yang ada di depannya. Wajahnya menampakkan kesan tenang dan genius, dengan satu lirikan tidak aneh jika seseorang tergila-gila padanya. Pemuda itu, Azura Raefal, akhirya duduk di atas kasurnya dan berjalan perlahan menuju kamar mandi. Ia membasuh tubuhnya, menyikat giginya, mencuci mukanya, mengeringkan badannya, memakai seragam anak SMA, mengambil Phonecardnya, menggendong tasnya, memasang sepatunya, dan berjalan keluar rumahnya dengan sebuah mantra yang diucapkan dengan suara rendah dan tenangnya.
"Satu lagi dari seribu hari yang membosankan."
Ia berjalan menuju sekolahnya, dengan semangat yang sangat-sangat tipis. Ketika sampai di kelasnya tidak ada satupun murid yang menyadari kehadirannya dan dengan perlahan ia duduk di bangkunya.
"... oh! Azura udah datang!" ucap salah satu wanita yang tadi sedang mengobrol..
"Sudah? Mana? Oh benar, kapan dia datang?" jawab yang lainnya sembari menatap Azura.
"Azura... kenapa kau sangat tampan seperti itu sih?"
"Kelihatannya Azura sedang dalam mood yang baik yah~"
"Aku mau ngobrol sama Azura ih..."
"Wahai para wanita yang terhormat, aku mohon untuk tidak menatapku seperti itu," keluh Azura di dalam hatinya tanpa menatap wanita-wanita itu.
Belajar, makan, belajar, membaca buku, belajar, pulang. Sekian.
Hanya itu agenda yang dilakukan oleh Azura Raefal, tidak ada yang lain. Hanya itu. Dan sekarang ia sudah berada di rumahnya. Melepas perangkat sekolahya, lalu membilas tubuhnya, mengganti pakaiannya, dan akhirnya tiduran diatas kasurnya sembari memainkan Phonecard.
"Nah nah... mari kita lihat apa yang anak-anak bicarakan di RC," Azura mengecek Room Chat yang ada di dalam Phonecardnya dan terlihat cukup bosan dengan apa yang ada disana.
Ia menggulung-gulung badannya kesana kemari diatas kasur, terlihat sangat bosan. Akhirnya ia terlentang dengan napas berat dan mencoba memejamkan matanya. Matanya terpejam.
"... membosankan. Hm? Apa? Aku merasa seperti ada yang memelukku. Siapa?" Azura membuka matanya dan langsung melihat kesamping kirinya. Dan disana dengan jelas terlihat ada seorang pemuda seumurannya yang sedang tertidur memeluk dirinya. Tanpa perlu berpikir atau aba-aba dari-
"ANJIRR!!! SETAN!!!" ... ia segera meloncat menjauhi makhluk itu dan melindungi diri dengan sebuah raket nyamuk.
"..." Azura menatapnya dalam-dalam, dalam hati dia meneliti makhluk itu.
"Dua mata, satu hidung, satu mulut, dua telinga, dua tangan, dua kaki, satu badan, sepuluh jari tangan, sepuluh jari kaki, bernapas, rambut... manusia?" setelah mendapatkan kesimpulan itu Azura mendekati makhluk itu masih dengan raket nyamuknya.
Azura berjalan perlahan mendekatinya, lalu dengan perlahan pula ia menyentuh pipi makhluk itu. Bergerak! Makhluk itu membuka matanya dan dengan spontan Azura memukulkan raket nyamuknya, namun dalam sekejap mata makhluk itu sudah duduk dan memegang raket nyamuk itu tanpa tersetrum.
Makhluk yang menyerupai manusia dan seusia dengan Azura itu memiliki surai coklat ash dan manik merah darah yang pekat. Wajahnya tidak berekspresi, tatapannya sangat kosong. Dalam beberapa saat Azura seperti berada dalam sihirnya, namun ia segera tersadar bahwa raket nyamuknya dalam keadaan mati. Azura segera menekan tombol on.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ego or Humanity
Teen FictionKetika dia terbangun dari salah satu tidurnya sosok itu muncul. Dunia hitam putih miliknya berubah menjadi lebih berwarna. Sayangnya sosok itu bukanlah seorang manusia. Tamat