"Kita... di bandara..."
"Kita benar-benar sampai disini... London?"
"Kalau tau bisa kaya gini kenapa enggak dari awal aja langsung teleportasi ke London?"
"Sekarang kita mau kemana?"
"Entahlah. Soalnya semua barang-barang kita adanya di dalem pesawat..."
"Gimana kalau kita-"
"Are you Kevin Thoper?" sebuah suara berlogat inggris mengejutkan Azura dan Zane.
"Kevin... kamu Kevin, kan?!!" suara itu terkejut kembali.
Seorang pria dewasa -setengah dewasa- menyapa Zane dengan kaget sekaligus senang. Azura dan Zane malah kebingungan dan heran dengan kedatangan orang itu. Namun tak lama setelahnya Azura langsung menyadari sesuatu.
"Kakak ini... Alvin Thoper bukan?" tanya Azura dengan bahasa indonesia.
"Maaf? Saya kurang paham." Jawab pria itu.
Seorang pria yang sepertinya berusia 20 tahun atau lebih, wajah tirus yang melambangkan seorang pekerja keras, manik yang cenderung berwarna merah walau masih lebih tepat disebut coklat, surai coklat ash yang ditata sedemikian rupa untuk membuat image seseorang yang sopan.
Dari ciri-ciri fisik sederhana itu saja Azura sudah dapat memastikan. Pria itu adalah Alvin Thoper, kakak dari Zane Thoper. Azura yang sudah mengetahui hal itu tak mampu mengatakan apapun. Ia hanya melongo diam.
"Kamu benar-benar Kevin Thoper, kan?" lagi-lagi pria itu menatap Zane dengan mantap.
"Maaf. Tapi anda siapa?" tanya Zane yang memang sudah mahir menggunakan bahasa inggris.
"Aku Alvin Thoper. Aku kehilangan adikku ketika usianya masih 6 tahun. Ia diculik oleh para manusia-manusia sialan itu. Kamu Kevin Thoper, kan?" sepertinya pria itu sangat yakin bahwa Zane adalah Kevin.
"Bukan. Marga saya memang Thoper, namun nama saya Zane. Bukan Kevin."
"Tidak. Kamu pasti hilang ingatan! Kamu itu Kevin Thoper! Adikku! Apa kamu juga lupa dengan ayah dan ibu? Atau mungkin adik perempuan kita yang imut itu?"
Lama kelamaan Zane malah merasa seperti sedang ditipu. Ketika Zane ingin meminta bantuan Azura, wajah Azura tampak tegang dan takut. Zane khawatir dan bingung, namun sebelum sempat mengatakan apapun Azura sudah angkat bicara.
"Dia memang Kevin Thoper. Saya kemari untuk mengantarnya," ucap Azura yang berhasil membuat Zane dan pria itu terkejut.
"Azura! Apa maksudnya?? Apa Azura kena hipnotis?"
"Tidak! Aku tidak apa-apa... Zane. Nama aslimu adalah Kevin. Ini kakakmu, Alvin Thoper," jawab Azura tersenyum kecut.
"Zane- maksud saya Kevin telah kehilangan ingatannya. Mohon dimaklumi," jawab Azura dingin pada pria itu yang sudah pasti adalah Alvin.
Akhirnya Azura menjelaskan bagaimana mereka bertemu dan berbagai macam perjalanan yang telah mereka lalui. Di tengah cerita kadang Azura sulit mencari kata yang pas dan akhirnya di bantu oleh Zane. Atau mungkin ketika Zane ingin mengambil alih cerita namun selalu digagalkan oleh Azura dengan berbagai macam cara. Tanpa sengaja keakraban Azura dan Zane terlihat secara kasat mata oleh Alvin.
"Dan begitulah bagaimana cara kami sampai disini," akhirnya Azura menyelesaikan ceritanya.
"Begitu... oh iya, siapa namamu tadi?" tanya Alvin pada Azura.
"Azura..."
"Azura apa?"
"... tidak bisa saya katakan."

KAMU SEDANG MEMBACA
Ego or Humanity
Teen FictionKetika dia terbangun dari salah satu tidurnya sosok itu muncul. Dunia hitam putih miliknya berubah menjadi lebih berwarna. Sayangnya sosok itu bukanlah seorang manusia. Tamat