Chapter 2.2

7 1 0
                                    

"Sombong sekali anak kucing yang satu ini." 

Rasendriya...

"Kakak kelas!" Zane langsung berdiri dan berlindung di belakang Azura yang sudah siap bertarung.

"Hahaha... jangan terlalu takut padaku. Tapi takutlah pada apa yang ada di belakangmu!" ucap Rasendriya yang secara tiba-tiba ada beberapa polisi memisahkan Azura dan Zane lalu memborgol Zane.

"Hei! Apa yang kau lakukan?!!" Azura merota saat melihat Zane di borgol.

"Kau tau? Kejadian kemarin bukanlah sesuatu yang bisa di uraikan dengan rumus fisika. Jadi aku bercerita pada ayahku dengan rinci tentang kejadian itu. Dan ternyata anak itu! Anak yang kau beri nama Zane Thoper itu, adalah salah satu aset negara. Jadi ya... kami mau mengambil aset kami saja~" jawab Rasendriya.

"Sialan... aku baru ingat. Alasan kenapa anak ini ditakuti bukan karena dia jago berkelahi atau sejenisnya... itu karena anak ini adalah putra sulung presiden... tidak adil!" Azura mencoba memikirkan suatu cara selain mengumpat.

"Lepaskan!! Hei! Lepaskan!!" Zane mencoba melepaskan diri, ia mengeluarkan sihirnya namun efeknya,

"Akh!!" Azura merasa ada sesuatu yang meremas jantungnya.

"Azura?!!" Zane khawatir.

"Jangan berani kau mengeluarkan sihirmu. Karena yang akan terkena efeknya bukan kau, tapi Azura," ucap Rasendriya tenang.

"Jangan Zane... kau bisa terluka juga," ucap Azura mengingat kalau apapun yang ia rasakan akan dirasakan oleh Zane juga.

"Azura..."

Zane dibawa pergi oleh para polisi itu, sedangkan Azura di tahan disitu. Namun Zane memiliki ide hebat.

Clangg...

Para polisi tidak bisa memisahkan Zane dan Azura lebih dari 10 meter.

"Kenapa?!" Rasendriya tampak heran.

"Kenapa? Entahlah~" jawab Azura sedikit tersenyum.

"Tarik saja!"

Seberapa kuatpun para polisi itu menarik Zane, jarak mereka tetap 10 meter. Padahal tidak ada tali atau benda apapun yang menghubungkan mereka. Tidak, bagi Azura dan Zane ada sesuatu yang menghubungkan mereka. kontrak sihir yang berlambang gir dan rantai itu.

"Kalian tidak akan bisa memisahkan kami. Dengan cara apapun," ucap Azura.

"Cih! Kalian pasti menggunakan semacam sihir kan?! Tunjukan sihir apa itu!" Rasendriya memukul Azura di bagian tengkuknya, namun kurang kuat untuk membuat Azura pingsan.

"Azura!" Zane meronta dan dengan cepat salah satu polisi mengeluarkan stun gun lalu membuat Zane pingsan terkena listrik stun gun itu.

Bzztt!!

"Akh!!!"

"Azura... jangan, terluka..." ucap Zane sebelum ia pingsan sepenuhnya.

"Hei! Apa yang kau!"

Sing...

Suara pisau terdengar melayang, mengarah, dan berhenti tepat di depan leher Azura.

"Ikut kami jika kau masih menyayangi nyawamu," ucap Rasendriya.

Azura melirik Zane yang dipegang dengan kasarnya, "aku tidak akan mengikuti kalian jika untuk menyayangi nyawaku sendiri... tapi, aku akan ikut jika Zane yang jadi taruhannya," Azura menatap Rasendriya lekat-lekat.

"Hahaha... membongkar kelemahan terbesarmu sendiri. Terserah sih.."

Akhirnya Zane yang pingsan dibawa bersama Azura. Mereka menuju gedung presiden tempat ayah Rasendriya tinggal.

Ego or HumanityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang