'Tolong temui aku di belakang sekolah saat jam istirahat, Fhira Amelina'. Sekian.
.
Mari kita percepat menuju waktu janjian itu. Karena tidak ada gunanya mendengarkan pemikiran Azura yang pergi kemana-mana padahal seorang guru sedang menjelaskan di depan sana. Walau Azura tidak pernah belajar dirumah, dan juga dia tidak pernah mendengarkan penjelasan gurunya. Ia selalu mendapatkan peringkat terbaik di sekolah.
Jam istirahat, Azura berjalan perlahan menuju belakang sekolah dengan pikiran kosong. Ia memegang dua buah susu kotak, yang satu rasa coklat –sedang ia minum- dan satunya lagi rasa strawberry. Ketika sampai disana ia sudah melihat ada seorang gadis berambut sebahu dengan warna coklat alami sedang berdiri menatap langit sembari menyenderkan badannya pada dinding sekolah. Garis tubuhnya sangat halus dan sempurna, tingginya membuat dirinya dijuluki manis dan imut, maniknya coklat bersinar, kesan yang pertama didapatkan darinya adalah gadis imut, manis, dan sopan. Azura berjalan mendekatinya dan menyapanya,
"Kau yang memanggilku?" tanya Azura tenang namun hal itu membuat gadis itu terkejut dan dengan ragu menghadap Azura.
"I-iya..." jawabnya.
"Imut..." Azura menatap Fhira dengan tenang dan Fhira pun membalas tatapannya.
"Azura!" dengan lantang dia memanggil nama Azura dan menatap matanya, "aku suka padamu!"
"Eh?" Azura terkejut walau ia sudah menduganya.
"Sebenarnya... udah lama sejak aku suka sama kamu. Aku suka kamu waktu kita ketemu di kantin belakang, kamu bantu aku bayarin uang aku yang kurang..."
"Hm... sepertinya yang kali ini lebih sopan dibading yang sebelumnya, gak ada salahnya buat-"
{Kalau udah ketemu sama cewek kaya aku emangnya siapa yang berani nolak?}
Terdengar suara mirip Fhira namun mulut Fhira sendiri tidak bergerak. Hal itu membuat Azura melihat ke kanan kiri.
"Ada apa?" tanya Fhira.
"Oh. Tidak."
"Jelas-jelas aku mendengar suara itu. Dari mana?"
{Apa-apaan cowok itu?! Beraninya dia gak jawab aku!}
"Fhira. Namamu Fhira, kan?" tanya Azura perlahan dan berusaha memastikan suara aneh yang ia dengar itu.
"Iya..."
{Inget nama ternyata... ni cowok masih punya simpati ternyata}
"Aku masih punya simpati kok," jawab Azura.
"Eh? Maaf?"
"... tidak. Bukan apa-apa. Tapi aku ingin bertanya satu hal."
"Apa itu?"
"..." Azura mengambil sebuah pulpen, lalu ia melemparnya hingga berada di atas pohon, "mau kau ambilkan?" tanya Azura sembari menunjuk Fhira dengan seluruh jari tangan kanannya.
"Eh? Aku?"
{Apa maksudnya?! Dia nyuruh aku manjat pohon gitu?!}
"Iya. Kamu. Mau? Anggap saja dengan mengambil pulpen itu kamu telah menyelamatkan seekor anak kucing dan aku menerima pernyataan cintamu."
"Anu.."
{Anjir! Tadi dia bilang apa?! Eh! Aku itu mau jadian sama kamu gara-gara kamu populer doang!}
"Apa tidak mau?"
"Itu!... itu..."
"Kenapa? Ada yang salah?" tanya Azura.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ego or Humanity
Teen FictionKetika dia terbangun dari salah satu tidurnya sosok itu muncul. Dunia hitam putih miliknya berubah menjadi lebih berwarna. Sayangnya sosok itu bukanlah seorang manusia. Tamat