"Zane... kau benar-benar Kevin Thoper yah... semoga kamu segera bertemu dengan orang tuamu."
Sangat membosankan jika mesti menceritakan bagaimana kehidupan bahagia Zane dan Azura sebelum masalah Visa dan Paspor Zane belum selesai. Namun sekarang semua itu sudah selesai, dan sekarang tinggal masalah 'Azura harus memberitahukan semuanya pada Zane'. ya. Dari awal Azura tidak memberitahu apapun pada Zane.
"Kau itu bodoh atau bagaimana sih?!!" Fhira memarahi Azura yang sedang menunggu Zane menyelesaikan remedial.
"Yang bodoh itu Zane. Bagaimana bisa dia terkena remedial?" jawab Azura tidak peka.
"Hei! Maksudku itu bagaimana bisa kau tidak memberitahu Zane semua ini?!"
"Dia pasti akan marah jika aku kasih tau."
"Lalu apa sekarang berbeda?"
"Gak juga sih..."
"Akh!! Kau ini!!"
"Azura~~!!" Zane keluar lalu berdiri dengan senyuman lebar di wajahnya.
"Oh? Sudah beres? Mau pulang?" tanya Azura tersenyum.
"Terntu~ oh... tapi apa Zane ganggu?" tanya Zane menatap Azura dan Fhira bergantian.
"Tidak kokkk," jawab Fhira sembari menendang kaki Azura meminta Azura untuk memberitahukan Zane segalanya.
"Ukh... Um... Zane?" panggil Azura.
"Ya?" heran Zane memiringkan kepalanya ke kanan.
"Aku gak mau ngancurin mood dia..."
"Um... aku mau jujur..."
"Apa?" Zane masih bingung.
"Sebenarnya... minggu depan kita akan pergi ke kampung halaman kamu."
Aura di sekeliling mereka berubah. Senyum Zane menghilang. Azura mengerutkan kening. Fhira heran.
"Pulang kampung? Maksudnya?" tanya Zane datar.
"Itu... aku tau kalau sebenarnya Zane itu sama kaya yang lain. Zane punya keluarga, punya teman. Tapi tidak punya pacar."
"..." Zane hanya terdiam.
"Kamu tinggal di London. Tapi tepatnya kami belum tau, dan karenanya minggu depan kita bakal ke London buat..."
"Kenapa Azura nyembunyiin ini semua?" Zane memotong pikiran Azura.
"Itu... maaf..."
"Azura..." Zane mengepal tangannya.
"Maaf..."
"AZURA! MAKASIH!!!" Zane menangis keras, sekeras-kerasnya.
"Eh eh... kenapa?" Azura heran.
"Ternyata... Zane... Zane... makasih!!!!" Zane memeluk erat Azura. Azura berencana melepas paksa namun Fhira memegang pundak Azura dan menggelengkan kepalanya. Akhirnya Azura membiarkan Zane menangis bahagia.
Waktu pemberangkatan tiba. Azura dan Zane benar-benar harus berterimakasih pada Fhira, karena ia telah menyiapkan segalanya. Hotel, pesawat, barang bawaan, rencana perjalanan, dan lain sebagainya.
Semuanya berjalan normal. Normal seperti kehidupan manusia pada dasarnya. Tapi ternyata keadaan itu tidak ingin di sebut-sebut, karena setiap kata 'normal' muncul maka saat itu juga kata 'normal' itu menghilang.
Di dalam pesawat semua penumpang sedang tertidur. Lalu tiba-tiba ada guncangan yang ternyata tidak membangunkan para penumpang itu. Namun Azura merasa terganggu dan terbangun, sedangkan Zane memang tidak tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ego or Humanity
Teen FictionKetika dia terbangun dari salah satu tidurnya sosok itu muncul. Dunia hitam putih miliknya berubah menjadi lebih berwarna. Sayangnya sosok itu bukanlah seorang manusia. Tamat