Gak semua hal
Harus dijelaskanSebuah jam tangan berwarna hitam melingkar sempurna dipergelangan tangan seorang gadis tomboi. Benda itu tak henti-hentinya dipandangi melodi, diiringi dengan decakan pelan yang keluar dari bibir mungilnya.
Hari ini, entah mengapa angkasa tak kunjung menjemputnya. Padahal jam telah menunjukkan pukul tujuh pagi, dan lima belas menit lagi bel masuk akan segera berbunyi. Ia bisa saja pergi duluan dan meninggalkan cowok itu. Tapi, ia tak mau melakukan hal yang pernah membuat ia dan angkasa sempat bertengkar kecil.
Gadis tomboi itu mengusap rambutnya gusar, berlari kencang meninggalkan area rumahnya. Persetan dengan angkasa yang marah nantinya, yang penting untuk saat ini ia tak mau terlambat.
Melodi memandangi sebuah pagar yang menjulang tinggi dihadapannya. Decakan pelan keluar dari bibir mungilnya, gadis tomboi itu menendang pagar itu kesal. Setelah sekian lama, ia kembali terlambat.
Kaki panjangnya terhenti dikala ia berniat ingin kebagian belakang sekolah untuk meloncati dinding belakang. Ia sudah berjanji akan berubah, tentu melodi tak mau menjadi seseorang yang ingkar janji. Gadis tomboi itu menghela nafasnya pasrah, berjalan mendekat kearah pagar.
"Pak!!. Buka pak. Saya mau masuk nih, dosa loh ngehalangin orang mau menuntut ilmu." teriak melodi, membuat satpam berkumis tebal itu menggelengkan kepalanya heran.
Pak satpam mendekat, memutarkan sebuah kunci pada gembok besar. "Si eneng tumben lewat depan?, biasanya kan suka lewat belakang."
Gadis tomboi itu segera masuk, memutarkan matanya malas atas pertanyaan satpam barusan. "Saya udah tobat pak. Capek juga jadi orang nakal terus."
"Kalau gitu, ikut bapak keruang BK yuk." pak satpam menggiring melodi, sedangkan gadis tomboi itu hanya bisa pasrah.
🌿🌿🌿
Bu evilia menggelengkan kepalanya lelah saat menatap seorang manusia dihadapannya. Berbeda dengan bu evilia yang sudah lelah, gadis tomboi itu hanya memasang wajah tenangnya."Melodi, melodi. Udah bagus saya nggak liat muka kamu lagi disini. Eh, kamu malah ngunjungin saya lagi." tangan besar bu evilia tergerak untuk memperbaiki kacamatanya yang menurun kebawah.
Melodi menggaruk tekuknya yang tak gatal, terkekeh pelan kepada guru BK-nya itu. "Saya kan kangen sama ibuk. Jadi, saya niat deh buat ngunjungin ibuk."
"Ya udah. Kalau gitu, saya juga kangen liat kamu ngehormatin bendera. Yuk, obati kerinduan ibu mu ini." bu evilia menaik turunkan alisnya.
"Buk, jangan gitu dong" melodi memasang wajah memelasnya. Berharap bu evilia akan merubah keputusannya.
Bu evila menggerakkan jari telunjuknya kekiri dan kekanan. "No, no, no. Cepet melodi, ibuk udah kangen nih."
Melodi berdecak, mendengus sebal atas semuanya. Ia bersumpah, akan mencari angkasa hingga bertemu dengan cowok itu. Ia ingin sekali mengintrogasi cowok itu karena cowok itu ia dihukum begini.
Keringat bercucuran hebat membasahi wajah cantik melodi, panas hari ini begitu terik hingga membuat melodi menyipitkan matanya. Tangan panjangnya sudah beberapa kali mengusap bulir bening itu, tetap saja keringat itu terus bercucuran.
Kring.. Kring.. Kring
Gadis tomboi itu segera berlari kencang, niatnya untuk kekantin dan segera meneguk minuman dingin sudah tak tertahan. Setelah sekian lama, ia kembali merasakan hukumam seperti itu.
"Uhuk, uhuk,"
Gadis tomboi itu tersedak minumannya saat melihat kedua manusia yang ia kenali tengah bercekrama diarea sudut kantin. Melodi menyatukan alisnya bingung. Jujur saja, setahu melodi kedua manusia itu sangat jarang berkumpul berdua seperti itu. Melodi mengangkat bahunya acuh, berjalan mendekat kearah dua manusia itu.
"Woy sa. Lo kok nggak jemput gue sih tadi?." melodi mengambil posisi disamping putri dan berhadapan langsung dengan cowok itu.
Angkasa memutar bola matanya malas, kemudian berdecak kesal. "Ya maaf. Gue lupa."
Melodi terbelalak, bagaimana bisa cowok itu mengatakan jika ia lupa?. Padahal, hampir setiap hari ia diantar jemput oleh cowok itu.
"Lupa gimana?!. Masak lo bisa lupa sih?. Kan tiap hari lo juga jemput
gue." sanggah melodi tak trima.Angkasa hanya diam, membuang wajahnya kearah lain. Tentu saja hal itu mampu membuat melodi mengerutkan dahinya bingung. Ada apa dengan cowok itu?, mengapa ia bersikap seolah-olah tak peduli lagi dengannya.
"Lain kali kasi tau gue. Gara-gara lo gue dihukum tau." adu melodi lagi, ia ingin sekali menumpahkan semua kekesalannya pada cowok itu.
"Oh"
Tercekat, gadis tomboi itu terdiam ditempatnya. Sakit sekali rasanya mendengar jawaban angkasa yang seperti itu. Seperti jawaban orang-orang yang tak..... Peduli.
Melodi memegang tangan cowok itu, menatap angkasa dalam. "Sa, lo kenapa sih?, gue ada salah ya sama lo?."
"Nggak." angkasa melepas tangan melodi yang memegang tangannya dengan kasar.
Gadis tomboi itu tersentak, memandangi lawan bicaranya dengan tatapan tidak percaya. Bagaimana angkasa yang selalu mengkhawatirkannya, angkasa yang sangat lembut padanya, berubah menjadi sosok asing bagi melodi.
"Gak semua hal harus dijelaskan." angkasa berlalu, meninggalkan kantin dengan raut wajah datarnya.
Gadis tomboi itu mengerjapkan matanya pelan, menatap punggung tegap angkasa yang mulai menjauh dengan nanar. Gadis tomboi itu tersenyum miris, rasanya ada sebuah hal yang menyakiti ulu hatinya.
Mengapa sakit sekali menyaksikan hal yang diluar kebiasaan yang sudah kita ketahui, berubah begitu saja. Berubah tanpa sebuah alasan itu menyakitkan. Setidaknya berikan alasan atas semua perubahan, agar sebuah hati bisa bersiap untuk kembali hancur.
Putri mengusap punggung melodi sabar, mencoba menyalurkan semangat pada sahabatnya itu. Melodi hanya tersenyum tipis, ia tak bisa menjawab semua pertanyaan beruntun dari putri. Entah mengapa, tenggorokannya terasa tercekat. Matanya terasa memanas, ia tak mau menjadi gadis cengeng seperti ini.
Melodi menghela nafasnya berulang kali, mencoba menenangkan dirinya sendiri. Oh ayolah, apa hal sekecil itu mampu membuat melodi menjadi seorang gadis cengeng?. Melodi tersenyum tipis, mencoba menampik semua pemikiran negatif yang menggelayut difikirannya.
Pease
Follow my wattpad:'(Vote dan komment ya
Biar semangat up nya:'(
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend Si Cupu [Completed]
Teen Fiction"Untuk sekarang, menurut gue sih, cinta is bodo amat!" Angkasa Pratama seorang cowok cupu dengan kacamata besar yang selalu bertengger dihidung mancungnya, membaca hobinya dan tentunya perpustakaan merupakan tempat favoritnya. Melodi Prima gadis to...