Cukup lihat
Jangan berkomentarSegelas susu putih tergeletak bebas diatas meja makan. Minuman berwarna putih itu terus dipandangi pemiliknya, tanpa berniat untuk meneguk minuman itu hingga tandas.
Berharap, hal itu terus dilakukan melodi. Sudah hampir satu jam lamanya gadis tomboi itu menunggui angkasa. Sudah berapa chat dan panggilan melodi layangkan pada cowok itu, tapi tetap saja angkasa tak peduli."Non, gak berangkat?." tegur bik neni, membuat empunya tersentak kaget.
Melodi mendongakkan kepalanya, melirik sebuah jam dinding yang berada persis didepannya.
"Udah jam delapan aja." gumam melodi pelan.
Melodi berdiri, menatap asisten rumah tangganya yang masih setia memegangi sebuah sapu ditangan kanannya itu.
"Bik, papa mana?. Udah kekantor?." melodi menyandangkan tas selempangnya dengan pas.
Bik neni menggeleng pelan. "Belum non, masih dikamarnya."
Melodi menganggukkan kepalanya, melangkahkan kaki panjangnya menuju lantai atas, kamar papanya. Satu persatu anak tangga dinaikinya dengan ragu, setelah sekian lama ia menginjakkan kaki kembali dilantai ini. Ya, semenjak meninggalnya mama dan kakaknya, papanya itu telah berubah drastis, dan hubungan mereka tak seharmonis dulu.
Tangan melodi terhenti diudara saat ingin mengetuk pintu cokelat dihadapannya. Mata gadis itu menajam memandangi seorang wanita muda dihadapannya, wanita yang sama dengan yang pernah ia lihat tempo lalu.
Wanita muda itu tersenyum kepadanya, sedangkan melodi hanya memasang wajah kesalnya. Untuk apa wanita itu sepagi ini berada didalam kamar papanya?. Pertanyaan itu terus berputar-putar didalam pemikirannya.
"Untuk apa anda kekamar papa saya sepagi ini?." tanya melodi pelan, namun menusuk tajam.
"Saya hanya i--"
"Lusi!."
Wanita muda yang diketahui bernama lusi itu menoleh, tersenyum manis kepada om ben, papanya melodi.
"Kamu pulang aja. Biar anak ini menjadi urusan saya." wanita muda itu mengangguk, melangkahkan kakinya meninggalkan kedua manusia itu.
"Sana pergi!. Jangan ikut campur!."
Brakk
Melodi memejamkan matanya, menahan sesak yang menggerubungi perasaannya. Gadis itu menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan air mata yang hendak meluncur bebas.
Gadis tomboi itu menghela nafasnya lelah, berjalan gontai menuruni anak tangga. Perlahan melodi meninggalkan rumah itu, berjalan pelan menuju halte untuk bisa sampai menuju sekolahnya.
🌿🌿🌿
Bu evilia menggeram kesal ditempatnya. Guru itu memandangi sebuah jam yang melingkari pegelangan tangannya dan melodi secara bergantian."Kamu kenapa sih mel?!. Udah bagus kemarin-kemarin nggak kesini. Eh, kamu kayaknya mau berlangganan lagi kesini." bu evilia menggerakkan tangannya disebuah buku, melodi hanya diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend Si Cupu [Completed]
Roman pour Adolescents"Untuk sekarang, menurut gue sih, cinta is bodo amat!" Angkasa Pratama seorang cowok cupu dengan kacamata besar yang selalu bertengger dihidung mancungnya, membaca hobinya dan tentunya perpustakaan merupakan tempat favoritnya. Melodi Prima gadis to...