Cupu 52

2.4K 130 0
                                    

Terimakasih
Kamu masih mau berbesar hati

Brukk

Mario terlempar begitu saja dari atas kasur kelantai hotel. Cowok itu menahan erangan yang akan keluar dari bibirnya. Tendangan yang didapatnya sangat sakit hingga terasa ketulang.

Rahang angkasa mengeras, urat-urat lehernya pun nampak. Cowok itu benar-benar dikuasai oleh amarah sekarang. Tatapan tajamnya mengarah tepat kehadapan mario.

Angkasa memandang gadisnya yang tengah memejamkan matanya. Terasa ngilu didadanya, ia membenci dirinya sendiri karena tak mampu menjaga gadisnya.

Tanpa sadar bulir bening meluncur bebas dipipi angkasa. Cowok itu memejamkan matanya kuat-kuat, mengepalkan tangannya untuk menyalurkan emosi yang telah memuncah.

Bugh

Bughh

Bugh

Angkasa memukuli mario membabi buta. Sungguh, cowok itu tak memperdulikan erangan mario yang telah terdengar kepenjuru kamar hotel.

"Siapa yang nyuruh lo!." bentak angkasa.

Mario terkekeh pelan, lalu mengusap sudut bibirnya yang mengeluarkan banyak darah. "Harus ya gue jawab?."

Bugh

"Lo jangan main-main brengsek." satu pukulan melayang dipangkal hidung mario.
"Gue nggak mau."

Emosi angkasa kian memuncah, cowok itu semakin mempermainkan dirinya. Tanpa sadar, angkasa menyambar sebuah pisau buah yang tergeletak diatas nakas kamar hotel.

Angkasa mengarahkan pisau itu tepat didepan wajah mario. "Ngomong brengsek!."

Keringat dingin meluruh disekitar pelipis mario. Seberani-beraninya seorang mario, ia tentu juga takut terhadap pisau yang nantinya akan menancap ditubuhnya.

"L-lo jangan gila tam." ujar mario gelagapan.

Angkasa hanya diam, cowok itu malah semakin mendekatkan pisau itu didepan wajah mario. Cowok berandalan itu mendecak kasar, dia tak bisa berbuat apa-apa.

"Oke. Sebenarnya gue disuruh tasya. D-"

"Lo nggak usah nuduh orang lain." potong angkasa.

Mario tertawa renyah. "Gue cuman ngomong sesuai fakta. Dia yang nyuruh gue buat milikin melodi seutuhnya. Karena, Dia nggak mau kalau melodi sampai ngomong sama lo kalau bukan dia yang ngejebak mama lo, tapi tasya."

"Tasya?."

"Iya. Tapi, gue nggak tau atas motif apa tasya ngelakuin itu semua. Mungkin, dia mau ngemilikin lo seutuhnya."

"Dan brengseknya lo datang dan nghancurin kesenangan gue." lanjut mario.

Angkasa melayangkan pisaunya kedepan wajah mario. "Brengsek."

"An-ang-angkasa."

Suara yang terdengar gemetaran itu membuat pisau itu berhenti tepat didepan wajah mario. Angkasa mengalihkan pandangannya kearah melodi, lalu melemparkan pisau yang ia pegang dan berlari menuju melodi.

Mario yang menyadari kesempatan untuk melarikan diri segera berlari menuju pintu hotel. "Lo jangan beraninya laporin gue kepolisi. Bagaimanapun juga, melodi juga terlibat atas beberapa kesalahan gue." setelah mengatakan itu, mario segera berlari keluar hotel.

Angkasa tak menghiraukan ucapan mario, cowok itu malah semakin mempererat pelukannya kemelodi dikarenakan gadisnya itu semakin terisak.

"Bu-bukan g-gue yang ng-ngejebak ma-mama lo sa. Ta-tapi tasya. "Ujar melodi terbata-bata.

Angkasa semakin mempererat pelukannya. Dikeadaan gadisnya yang tengah rapuh seperti ini. Ia malah sibuk memperjelas hal mengenai mamanya.

"Sst. Gue tau. Jangan ngomong yang macem-macem dulu. Oke." angkasa mengecup singkat dahi melodi.

"Gu-gue udah nggak perawan ya?." tanya melodi lirih.

Angkasa menggeleng cepat, lalu menangkup pipi melodi dengan kedua tangannya. "Nggak. Dia nggak nyentuh lo mel. Jangan ngomong buruk gitu."

"Lo-lo yakin?." tanya melodi sekali lagi.

"Gue yakin." ucap angkasa mantap.

Melodi memandangi manik mata angkasa dengan dalam. "Lo.. Kenapa mau nyariin gue?. Kan lo lagi marah sama gue?."

"Bagi gue, urusan lo adalah yang terpenting." ucap angkasa pelan.

Air mata melodi semakin deras. Lihatlah!. Sebetapa baiknya cowok yang berada dihadapannya saat ini. "Lo tau gue dari mana?."

Angkasa tersenyum tipis, lalu menatap kalung yang dikenakan melodi, membuat gadis itu spontan menatap apa yang ia tatap.

"Kalung hadiah dari lo ini?." tanya melodi dengan raut wajah bingungnya.

Angkasa menganggukkan kepalanya mantap. "Iya. Gue ngasi kado yang bermanfaat juga kali. Disana, ada alat pelacak yang gue tanamin dibuah kalung bentuk hati itu. Gue nggak mau kalau lo sampai kenapa-napa."

Pengakuan angkasa membuat rasa bersalah melodi semakin menjadi-jadi. Dendam telah membutakannya hingga ia menyakiti keluarga orang yang ia cintai. Dendamnnya tak berdasar, hingga membuat orang lain terluka.

"Ma-maafin gue sa. Maaf, udah nyakitin keluarga lo. Maaf udah nyakitin hati lo, maaf. " ujar melodi semakin terisak.

Angkasa gelagapan, cowok itu menangkup pipi melodi dengan kedua tangannya. Lalu, mengusap air mata melodi dengan ibu jarinya.

"Jangan nangis. Gue udah maafin lo. Kalau lo nangis gue semakin sakit mel." lirih angkasa.

Melodi menggelengkan kepalanya cepat, menatap angkasa dengan kesal. "Kok gitu, gue harus dihukum sa. Gue udah jahat."

Angkasa terkekeh pelan, lalu mengacak puncak kepala melodi gemas. "Oke-oke. Terserah tuan putri."

"Kalau gitu, gue mau lo terus disamping gue." tutur angkasa.

Melodi menepuk lengan angkasa kesal, mencibirkan bibir setelahnya. "Iiih. Yang serius dong."

"Gue serius mel." netra tajam angkasa menusuk kedalam mata melodi.

Gadis itu tersenyum tipis, lalu menabrak angkasa dengan pelukannya. Cowok itu terkekeh pelan, lalu membalas pelukan melodi tak kalah eratnya.

"I love you mel." bisik angkasa.

"I love you too."

***
Jangan
Lupa
Vote
Dan
Kommentnya

Follow my wattpad ya:')
Mohon kerja samanya.

My Boyfriend Si Cupu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang