Mina POV
Aku rasa keluarga ku gila. Mempercepat pernikahan kami? Yang benar saja.
"Tapi ma. Tidak bisa kah kami menikah tahun depan. Kenapa begitu terburu-buru" kesalku
"Wae? Kalian sangat cocok. Eomma beberapa kali melihat kalian bersama. Kalian sungguh serasi"
Aku hampir lupa. Aku sedang makan malam keluarga dan keluarganya juga hadir.
"Ne majjayo(benar sekali) mina sayang, eomma juga merasa kalian sangat cocok" kata eomma chaeyoung
"Bagaimana menurutmu chaeng?" Tanya appanya
Dia tak banyak bicara, sedari tadi cuma berdiam diri
"Molla. Terserah kalian" aku tau dia sama kesalnya denganku
"Aku permisi. Masih ada syuting lagi."hormatnya kepada para orang tua dan pergi begitu saja.
"Aku juga harus pergi eomma appa. Tante om saya permisi" sopan ku
"Yaah ~ berapa kali kami bilang panggil eomma. Kalau tidak mom dad juga boleh jika kau binggung" senyumnya
"Ne. Mom. Aku permisi mom dad" aku segera pergi meninggalkan pertemuan ini.
Kenapa mereka selalu saja terburu-buru. Toh akhirnya kami akan menikah. Kenapa harus bulan depan? Mereka pikir menikah gampang.
"Yaaaak" teriakku melihatnya di parkiran
"Kenapa kau diam saja? Kenapa tidak melawan tadi?" Kesalku
"Apa yang bisa kulakukan jika mereka sudah memutuskan?" Nadanya terlihat jengkel
"Setidaknya katamu harus berusaha membatalkannya. Kenapa diam seperti seorang pengecut" marahku
"Jaga ucapanmu nona. Aku juga tak mau menikah denganmu. Jika bukan paksaan eomma dan appaku. Aku tak akan melakukannya" marahnya juga
"Bagus lah kalau begitu. Ayo kembali bilang kemereka. Kita tak akan menikah" aku benar-benar kesal sekarang
"Sudahlah. Aku masih ada kerjaan. Terserah kau mau berbuat apa. Lakukan sesukamu" katanya dan pergi meninggalkan ku
Sialan.
Dia pikir aku mau menikah dengannya. Melihat tingkahnya saja sudah membuatku muak.
~~~○○○~~~
Chaeyoung POVHari ini moodku sedang tak bagus. Aku kelelahan dan syutingku masih menunggu. Tapi malah keluargaku meminta bertemu dengan keluarganya.
Yang dibahaspun tak jauh-jauh dari pernikahan, kenapa para orang tua selalu memaksa. Apa mereka tidak memikirkan perasaan anak-anaknya.
"Dia pikir dia siapa? Berani berteriak didepanku" kesalku mengingat kejadian di parkiran tadi
Lagi pula mau bagaimana pun. Pernikahan ini tertaplah berjalan. Aku harus bagaimana? Dia pikir aku mau menikah.
Aku mencari nama yang tertera di smarphoneku, mencoba menenangkan diri sebentar
Call
Tuuuut... tuttt
(Suara panggilan)"Sayang kau dimana?" Tanyaku setelah tersambung
("Baru selesai pemotrean, kau sendiri apa yang kau lakukan?") Tanyanya lembut
"Baru bertemu keluargaku" kesalku
("Wae? Apa masalah pernikahaanmu?") Tanyanya tenang
Sebenarnya ada rasa kecewa di hatiku. Kami berpacaran sudah hampir 2 tahun. Tapi setelah mendengar aku akan menikah, sikapnya biasa saja padaku. Tak menunjukan rasa kecewa ataupun cemburu. Apa itu cuma perasaanku saja
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Married ✔
RomanceKami menikah atas dasar paksaan dari orang tua kami. Kami tidak saling mencintai, kami mempunyai kehidupan masing-masing dan masalah cinta masing-masing. Sampai kami, harus di ikat akan sebuah pernikahan yang di dasari perjodohan dari keluarga kedua...