00. The Start

1.4K 80 13
                                    


Gianna-Han adalah seorang gadis muda dan pintar. Gadis ini tinggal bersama kakeknya sebagai wali hingga sang kakek menemui ajal ketika Gia sedang disibukan oleh ujian akhir SMA. Beruntung, almarhum kakek Gia meninggalkan tabungan deposito yang cukup untuk biaya akhir sekolahnya. Prestasinya semasa sekolah menengah membuatnya dengan mudah mendapatkan beasiswa didalam hingga luar negeri.

Dan pilihanya jatuh pada California University, sebuah universitas ternama di Amerika.

Memang bukan perkara mudah ketika seorang gadis harus menuntut ilmu diluar negeri, dan menghadapi kenyataan bahwa ia harus bekerja paruh waktu untuk menambah uang saku. Tunjangan yang diberikan oleh kedutaan Korea di Amerika selalu habis ditangan Jimin, lelaki yang ia kencani sejak tahun pertama kuliahnya. Fisiknya yang mulai berontak karena terlalu diforsir untuk melakukan kerja paruh waktu sambil belajar, lama-lama berakibat kepada nilai akademisnya. Prestasinya yang kian menurun membuat beasiswa gadis ini terancam dicabut. Ditambah dengan kepindahanya dari asrama beberapa bulan silam semakin memperburuk keadaan. Jika bukan karena bujukan Jimin sebelumnya, Gia tidak akan mau pindah kesebuah flat kecil bersama Jimin.

Pikir lelaki ini, dirinya akan bebas berbuat semaunya pada Gia apabila keduanya tinggal bersama. Tapi Jimin salah besar. Gadisnya benar-benar memiliki pertahanan diri yang kuat. Gia tidak pernah kehabisan akal untuk tetap berpegang teguh pada prinsip dan mempertahankan keperawananya. Hampir setahun lamanya, dan Gia lah yang menghidupi keduanya. Hanya sekali-dua kali, Jimin akan membantu dengan membelikan makan malam. Hingga gadis ini kembali dihadapkan oleh kenyataan pahit, yaitu perpisahanya dengan sang kekasih.

Itulah sebabnya Gia sekarang sedang berdiri didepan gedung flat yang baru saja ia tinggalkan. Hujan yang mengguyur deras dan dengan tas besarnya, Gia nampak menunggu dengan sabar.

Beberapa menit kemudian sebuah mobil mewah berwarna hitam berhenti tepat didepanya. Nampak wajah seorang pria paruh baya dari balik kaca kemudi yang diturunkan,

"Nona Gianna-Han?" Sapa pria ini dengan ramah dan Gia mengangguk, lalu pria ini keluar sambil membawa payung untuk Gia, "Mari." Ajak pria ini. Dengan menarik nafas dalam-dalam, Gia mulai melangkah mengikuti sang pria yang membukakan pintu mobil untuknya.

Gia terkesima dengan interior mobil mewah yang sedang ia tumpangi. Lambang mirip trisula terpahat hampir disetiap kepala jok mobil yang dilapisi kain dari kulit asli. Gadis ini tidak pernah menyangka bahwa mobil yang selama ini hanya dapat ia lihat didalam film, kini benar-benar dia naiki. Karena sibuk terkesima, Gia dibuat lupa dengan keberadaan pria yang sedang mengamatinya dari balik kemudi.

"Ehem! Nona, sebelumnya maaf saya belum memperkenalkan diri, nama saya—"

"Tuan Jey. Saya sudah tau. Apa anda memiliki istri?" Sela Gia setelah dibuat kaget oleh deheman dari pria tersebut.

Pria ini menarik senyum tipis sambil melirik kearah spion untuk dapat mengamati ekspresi Gia yang sedang duduk dikursi belakang, "Tentu saja saya memiliki anak dan istri. Dan maaf mengecewakan anda, tapi saya bukan Tuan Jay. Saya hanya seseorang yang beliau percaya. Nama saya Damian."

"Oh, saya minta maaf. Senang berkenalan dengan anda."

Situasi menjadi semakin canggung dan hening sepanjang perjalanan.

"Kita sudah sampai nona." Ucap Damian tiba-tiba sambil menghentikan mobilnya didepan sebuah rumah mewah. Gia melongo melihat hunian dihadapanya.

Mewah dan besar.

Itulah dua kata yang dapat gadis ini deskripsikan. Entah sekaya apa si Jey ini hingga memiliki mobil mewah, ajudan, serta rumah yang luar biasa mewah.

"Tuan Jey meminta saya untuk langsung mengantar anda menemuinya, dan tas anda akan aman bersama saya." Damian tersenyum sambil membawakan tas besar milik Gia.

Damian berjalan mendahului dengan diikuti Gia dibelakangnya. Keduanya berhenti didepan sebuah pintu yang ketika dibuka menampakan kemewahan luar biasa dari sebuah kamar tidur. Terdapat sofa lengkap dengan coffee table serta ranjang besar didalamnya. Disainya modern tapi berkelas, interiornya didominasi warna gelap yang maskulin, bahkan aroma kamar tersebut juga sama maskulinya. Gia sempat berpikir, lelaki macam apa Jey ini, dan segila apa dirinya sehingga lebih memilih gadis biasa sepertinya untuk dipelihara. Apalagi harga yang ditawarkan tidak bisa dibilang murah, belum lagi bonus yang Jey janjikan untuk keperawanan Gia.

Gia sedang mengamati seisi kamar ketika mendengar suara gemricik air dari balik pintu yang sedikit terbuka. Gadis ini tidak cukup lancang untuk mengintip kedalam.

"Kemarilah, ada banyak yang akan kita bicarakan."

Sebuah suara maskulin terdengar dari dalam sana. Gia tersentak kemudian dengan ragu mulai melangkah memasuki ruang apapun itu.

Lagi-lagi gadis ini dibuat melongo. Dibalik pintu tersebut ternyata sebuah kamar mandi yang luasnya dua kali lipat dari flat nya terdahulu. Lapisan batu marmer warna hitam menghiasi dinding dan seisinya. Bukan hanya wastafel mewah, tapi juga sebuah jaccuzi berhasil ditempatkan dengan indah disana. Gia menelan ludah ketika menyadari seorang sedang berendam didalam jaccuzi tersebut. Pundak telanjang lelaki ini nampak sangat menggoda. Kedua tangan kekarnya yang ia rentangkan kesamping menambah kesan maskulin pada dirinya. Lelaki ini sedikit menolehkan kepalanya ketika menyadari Gia hanya berdiri diam ditempatnya.

"Mendekatlah. Jangan malu, kau harus mulai terbiasa dengan situasi seperti ini."

Demi Tuhan, jantung Gia seakan mau rontok hanya dengan mendengar suaranya, nafas dan suaranya tercekat didalam tenggorokanya. Entah mengapa, hanya mendengar suaranya saja sudah dapat mengintimidasi Gia habis-habisan. Dengan patuh, gadis ini mendekat dan duduk dipinggiran jaccuzi mewah tersebut. Dan dengan satu gerakan cepat, tubuh Gia ditarik masuk kedalam jaccuzi. Tanpa peringatan, lelaki ini menempatkan Gia diatas pangkuanya, kedua paha gadis ini dipaksa melingkari pinggang sang lelaki.

Gia mencoba berontak sebelum akhirnya dibuat kagum oleh ketampanan lelaki dihadapanya. Wajah tampan dengan mata sipit khas lelaki asia namun berhidung mancung, kulitnya yang putih mulus menambah kesan indah padanya. Gia benar-benar terhipnotis dengan keindahan yang Tuhan pahatkan pada paras lelaki ini. Lagi-lagi tanpa peringatan, lelaki ini menanggalkan kaos Gia melewati kepalanya dengan satu gerakan cepat. Gadis ini tersentak tapi pada akhirnya kembali diam seakan terhipnotis dengan sorot mata lelaki dihadapanya.

Tanpa sadar, Gia memegang erat pundak lelaki ini ketika jemari sang lelaki dengan pelan mulai menari-nari diatas punggung telanjang milik Gia. Dia tidak menyadari ketika kaitan bra miliknya sudah terlepas. Tanpa melepaskan tatapan tajamnya pada Gia, lelaki ini mendekatkan wajahnya pada Gia hingga hembusan nafasnya menyapu bibir Gia. Dipejamkan matanya untuk mengantisipasi apapun yang akan terjadi padanya, namun tidak terjadi apapun meskipun Gia tahu bahwa bibir mereka hampir bersentuhan. Hanya sebuah bisikan menggelitik yang sontak membuat Gia membuka lebar matanya.

"Kau harus mandi."





————— To Be Continued —————




The Devil Obsession [ COMPLETE ✔️ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang