13. Give Him The Show

534 47 2
                                    





Gadis ini benar-benar kelelahan karena Gia langsung tertidur pulas setelah Jey mengangkat tubuh gadisnya dan langsung menurunkanya diatas ranjang. Jey tersenyum gemas melihat kelakuan gadis lugunya yang sedang tidur terlampau lelap. Jey menyusul gadisnya lalu merengkuh tubuh Gia kedalam pelukanya, walaupun Gia masih menggunakan piyama mandi dengan rambut setengah basahnya.

Pengakuan Gia sebelumnya berhasil membuat Jey mengulum senyum setiap kali mengingatnya. Bisa dibilang itu adalah pernyataan cintanya pada Jey, hanya saja yang membuat geli adalah kenapa Gia mengatakanya dikamar mandi. Senyum lebar Jey tidak lagi bisa ia tahan ketika mengingatnya.

Disisi lain Jey juga merasa cemas. Pria ini khawatir apabila setelah mengetahui fakta mengenai dirinya, Gia akan benar-benar takut padanya kemudian pergi sejauh mungkin. Jey bisa saja memantrai gadis itu seperti pikiran konyol Gia selama ini, akan tetapi tidak, Jey tidak akan melakukanya, atau dia harus melakukanya?
Sungguh dilema yang tidak pernah pria ini rasakan.

Ramalan mengatakan bahwa seorang perawan akan datang untuk membebaskanya dari kutukan, dan memberikan jalan untuknya bertemu dengan kekasih abadinya. Sang kekasih sendiri berjanji akan lahir kembali sebagai perawan tersebut, dan hanya malaikat Tuhan lah yang dapat mengenalinya.

Sejak pertemuan pertama disebuah event budaya jauh sebelum Gia bekerja padanya, Jey sudah yakin bahwa Gia lah perawan didalam ramalanya, Rafael pun meyakininya meskipun tidak merasakan apapun dari Gia. Jey meyakini kata hatinya namun juga meragukanya. Berbagai kecemasan berkecamuk tanpa ampun didalam benaknya. Setiap jengkal dari tubuhnya adalah racun bagi para pendosa, dan jika sekali saja ia lepas kendali dihadapan gadisnya, maka bisa dipastikan bahwa riwayat gadisnya akan tamat saat itu juga. Namun jika benar gadisnya kali ini adalah perawan didalam ramalan, maka hal sebaliknya lah yang akan terjadi. Jey tidak mau mengambil resiko kehilangan Gia hanya karena keegoisanya.

Jey bukanlah orang suci ataupun malaikat utusan Tuhan. Justru sebaliknya, mungkin dirinyalah satu-satunya iblis yang mendapat uluran tangan dari malaikat Tuhan. Dia adalah manusia biasa sebelum semua ini terjadi. Kutukan boleh saja merubahnya, tapi hatinya masih tetap sama seperti berabad-abad silam.


Sepanjang malam Jey hanya memandangi gadisnya yang terlelap. Wajah ayu Gia membuat Jey tidak pernah merasa bosan memandanginya. Bibir merah muda Gia selalu berhasil menggoda Jey untuk sedikit saja merasakan manisnya. Ibu jarinya sudah mengusap pelan merasakan lembut hangat bibir ranum Gia. Godaanya sangat berat untuk dihindari, menuntun Jey secara otomatis mendekatkan wajahnya. Bibir keduanya hampir saja saling bersentuhan kemudian Jey mengurungkan semua niat nakalnya. Wajahnya sedikit menjauh memberikan jarak, tatapanya masih fokus pada bibir menggoda gadisnya, ingin sekali Jey menciumnya. Tidak, mengecupnya saja sudah cukup. Tapi pria ini tahu bahwa ciumanya adalah sebuah ekstasi yang akan melemahkan sistem syaraf gadisnya dan berujung membuatnya menggila.

"Cium saja, tidak akan pecah juga jika dicicipi sedikit."

Sebuah suara manis namun masih terkesan maskulin menggema didalam heningnya kamar yang Jey tempati.

"Ayolah Tobias, jangan kecewakan aku dengan tidak memberikan tontonan apapun untuku."

Jey menatap tajam pada sosok lelaki yang sudah bersandar disamping jendela besar kamarnya. Temaran cahaya rembulan yang masuk melalui sela-sela jendela cukup untuk menerangi sosok lelaki muda tersebut.

"Maaf mengecewakanmu. Tapi kau tau dimana jalan keluar, bukan?" Ucap Jey dingin.

"Aku datang untuk berkenalan dengan calon kakak iparku, setidaknya biarkan aku melihatnya."

Penekanan pada kalimat 'calon kakak iparku' cukup dimengerti oleh Jey. Pria ini semakin mendekap tubuh Gia menyembunyikan wajah gadisnya dengan posesif.

"Kau masih saja posesif Tobias, bahkan aku tidak yakin apakah gadis itu adalah gadis yang kau cari selama ini atau bukan, aku tidak merasakan apapun darinya."

Lelaki muda tersebut kini telah berdiri didekat nakas. Tubuh proporsionalnya terlihat jelas meski hanya disinari cahaya bulan.

"Karena ada aku disini. Auranya tertutup olehku."

Jey mencoba menimpali pernyataan lelaki tersebut, tapi nampaknya lelaki itu tidak menghiraukan dan malah mengamati setiap benda yang terletak diatas nakas. Beberapa diambilnya untuk diamati dengan gaya angkuh dengan gestur bagai bangsawan kelas atas.

"Jika boleh aku koreksi, aku lah senior disini. Kau cuma anggota baru, Tobias."

Lelaki ini menyunggingkan senyum sebelum melangkah menuju pintu. Seakan memiliki jiwa, pintu yang sebelumnya tertutup tiba-tiba terbuka seperti seorang pelayan sedang memberikan jalan kepada tuanya. Tepat ketika dia berada ditengah-tengah pintu, ia menoleh memberikan senyuman manis pada Jey.

"Untuk itulah Rafael memanggilku. Sedikit saran dari adikmu ini, jangan ragu untuk mencobanya, kau tidak akan pernah tau ciumanmu berdampak seperti apa baginya. So.. Have fun brother."

Sesaat setelah lelaki muda tersebut melambaikan tangan dan menghilang dibalik pintu, daun pintu kembali tertutup dengan mulus tanpa meninmbulkan suara. Jey menghembuskan nafas kemudian mengecup pucuk kepala Gia yang sedari tadi tidak terganggu oleh percakapan Jey dengan lelaki asing barusan. Jey tetap tidak mau mengambil resiko apapun.


.
.
.

♥ —————— To Be Continue ————— ♥

.
.
.




The Devil Obsession [ COMPLETE ✔️ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang