03. The Reason

789 63 2
                                    


Gia benar-benar dibuat lemah, tubuhnya berada dibawah kendali lelaki dihadapanya saat ini. Bibir keduanya yang hampir bersentuhan membuat keadaan semakin parah. Entah pikiran kurang ajar dari mana yang membuat Gia sangat ingin merasakan ciuman Jey untuk sekali saja, mengingat lelaki ini masih belum mencium bibirnya meskipun bekas ciuman didadanya masih belum hilang.

*Tok Tok Tok!*

"Tuan.. seorang tamu sedang menunggu anda.." Suara Damian terdengar samar dari balik pintu.

"Suruh pulang! Aku masih sibuk!" Jawab Jey masih diposisi yang sama.

"Tapi tuan Rafa akan memaksa untuk bertemu dengan anda."

"Biarkan dia menunggu hingga besok pagi!" Sahut Jey sedikit memperlebar jarak wajahnya dengan Gia.

"Baik tuan—"

*Brakk!!*

"Guten Morgen.. Tobi.. Ich vermisse dich, meine Schwester.."

Seorang lelaki tinggi berambut coklat masuk dan langsung merentangkan tangan untuk menyapa adiknya. Perawakanya sama maskulinya dengan Jey namun memiliki aura sangat berbeda, mungkin karena bahu pria itu jauh lebih lebar dari milik sang adik. Busana santai tapi formal dengan kaos yang dipadukan jas biru tua, sangat serasi dengan sneaker putih dikakinya. Tatanan rapi pada rambutnya semakin menyempurnakan penampilan lelaki bermata coklat gelap.

"Oh, hallo miss..??" Lelaki ini mendorong tubuh Jey menyingkir dari Gia, kemudian meraih tanganya dan sedikit membungkuk ala bangsawan eropa.

"Gi-Gia.. Gianna-Han." Jawab Gia tergagap.

"Well.. Hallo nona Gia.. Perkenalkan, Rafael Alaric. Kakak satu-satunya dari Tobias Alaric."

Dikecupnya punggung tangan Gia kemudian lelaki ini menatap tajam langsung kemata Gia. Dua bersaudara ini sangat mirip dalam beberapa hal, walaupun kesan yang diberikan benar-benar berbeda. Terdapat perasaan hangat ketika Rafael berada disekitar Gia, berbanding terbalik ketika Gia bersama Jey.

"Tobias??"

"Lelaki ini adalah Tobias." Rafael menunjuk Jey yang sedang mengamatinya. "Ah.. Dari mana asalmu nona manis, tampaknya bukan dari negara barat atau eropa." Telisik Rafael lebih dalam.

"Korea Selatan. Sepertinya terdapat sedikit darah barat pada nenek moyangku karena mataku terlalu lebar untuk ukuran orang asia." Jelas Gia yang nampaknya sudah mulai nyaman berbincang dengan Rafael. Lelaki itu manggut-manggut mendengar penjelasan Gia dengan senyum ramah yang tidak pernah lepas dari bibirnya.

"I see.. Ibu Tobi juga berasal dari Korea Selatan, dia memiliki nama Korea—"

"Ada apa kau kemari?" Sela Jey secara tiba-tiba.

"Aku ingin membicarakan sesuatu denganmu." Senyum Rafael masih mengembang namun terasa yang sedikit berbeda dari sebelumnya.

"Tidak kah kau lihat aku sedang sibuk."

"Aku bilang aku ingin membicarakan hal penting padamu, Tobias."

"Sudah aku katakan, aku sedang sibuk, Rafa.. Besok saja."

"Abraxas kembali memberiku tanda."

Seketika raut wajah Jey berubah total. Lelaki ini tidak lagi membantah ketika nama Abraxas disebut oleh Rafael.

"Damian! Awasi Gia. Rafa, kau ikut denganku."

Jey langsung beranjak pergi diikuti oleh Rafael. Sementara Gia diam ditempatnya.

"Nona ingin tetap disini atau membawa buku-buku itu bersama anda?" Tanya Damian menghampiri Gia.

"Mungkin sebaiknya aku baca disini, kau bisa meninggalkanku. Aku tidak akan merusak buku-buku ini. Lagipula, aku butuh sedikit privasi saat membaca."

The Devil Obsession [ COMPLETE ✔️ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang