11. Her Ex

597 51 0
                                    




Pagi yang cerah namun tidak demikian dengan pagi yang Gia lalui kali ini. Ia sedang menatap sarapan paginya, semangkok sup buatan Prescott yang diklaim dapat meredakan pening akibat mengkonsumsi terlalu banyak alkohol. Sup yang disajikan panas ini sebenarnya tidak terlalu buruk, hanya saja hati Gia yang sedang buruk membuatnya mengaduk-aduk supnya sejak pertama dihidangkan.

Kepala Gia masih pening, ingatanya hanya sampai pada dirinya yang berada disebuah club malam, kemudian menenggak minuman yang bartender berikan lalu Gia lupa setelahnya. Paginya Gia sudah berada diatas tempat tidurnya sendirian. Gadis ini sempat memeriksa kondisi tubuhnya, dan baju yang ia kenakan masih lengkap meskipun tidak begitu rapi. Tidak ada yang salah, hanya jaket dan sepatunya saja yang sudah ditanggalkan. Sepertinya Jey yang membantunya, karena Gia ingat lelaki itulah yang membawanya pulang. Pria ini nampaknya juga sempat mengerjainya, Jey memberikan kiss mark dihampir sekujur tubuhnya bahkan diselangkanganya. Tidak ada rasa nyeri ditubuh bagian bawahnya, hanya sedikit perih dikedua putingnya.

Akan tetapi Gia tidak mendapati lelaki itu disebelahnya ketika bangun. Damian mengatakan bahwa tuanya pergi lagi setelah membawanya pulang dan belum kembali setelahnya.

Seperti biasanya, Damian mengantar Gia ke kampusnya, setelah kelasnya selesai, gadis ini menuju caffee milik Nick. Tidak biasanya sang pemilik caffee tidak datang. Hanya ada Jimin dan beberapa pegawainya. Sesaat setelah Gia mendudukan dirinya dimeja bar, Jimin menyajikan segelas strawberry smoothy lalu menyapanya.

"Bagaimana keadaanmu? Apa kau pulang dengan selamat semalam?"

"Maksudmu?"

"Nampaknya kau lupa aku datang menjemputmu di club malam semalam, dan kau malah pulang dengan kekasih barumu itu."

"Aku memintamu menjemputku?"

Jimin mengangguki pertanyaan Gia, kemudian lelaki ini menarik kursi disebelah gadis itu dan mulai menatap Gia lekat-lekat.

"Apa yang kau lakukan disana?" Gia tidak menjawab.

Gadis ini menundukan kepalanya karena malu. Jimin menggenggam kedua tanganya kemudian kembali membujuk Gia untuk berbicara,

"Kau tidak pandai menyembunyikan sesuatu dariku Gia."

Gadis ini masih tidak bergeming. Jimin tetap berusaha membujuknya dengan membelai lembut pipi gadis yang masih menunduk dihadapanya. Jimin mensejajarkan wajah Gia denganya dan menatapnya lekat.

"Aku mendapatkan telepon dari Christina, dia memintaku datang kesana. Setelah kami bertemu dan dia memesankan minuman untuku, aku.. aku.. tidak tau.. sungguh.."

Jimin membawa tubuh Gia kedalam pelukanya. Gia tidak menampik kenyataan bahwa ia merindukan pelukan ini. Tanpa Gia sadari, ia melingkarkan kedua tanganya dipinggang Jimin dan memeluknya dengan erat. Mereka tidak memperdulikan tatapan gemas dari pelanggan bahkan pelayan caffee.

"Jadi ini yang kau lakukan?"

Suara maskulin yang sangat Gia kenal berhasil menginterupsi pelukanya dengan Jimin.

Jey.

Pria itu entah sudah sejak kapan duduk disebelah Gia. Dia tidak melirik sedikitpun kearah Gia dan Jimin yang bahkan sudah tidak lagi berpelukan. Jey meraih gelas berisi smoothy yang belum tersentuh didepan Gia. Ia mencicipinya sedikit kemudian diteruskanya sebagai pelepas dahaga.

* "Köstlich.. Umgekehrt proportional zur Aura des Teufels, die diesen Ort füllt."

Jimin menatap datar pria yang baru saja menghabiskan setengah gelas smoothy buatnya. Tanpa menghiraukan tatapan dari Jimin, pria ini menarik Gia menuju pintu keluar. Meskipun tidak benar-benar ditarik paksa, akan tetapi tangan Gia dicekal dengan keras. Saat keduanya sudah mencapai pintu keluar, secara tiba-tiba Jey menghentikan langkahnya.

The Devil Obsession [ COMPLETE ✔️ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang