Jey meraih dagu gadis dihadapanya untuk mensejajarkan tatapan keduanya. Akhirnya tatapan mereka bertemu. Keduanya mencoba mencari sebuah jawaban dari pertanyaan yang sebenarnya sama."Gia.... Ada yang coba kau sembunyikan dariku?"
"Bukankah harusnya pertanyaan itu untukmu?"
Mereka terdiam dengan tatapan yang saling mengunci satu sama lain. Gia menunggu jawaban dari Jey, sementara lelaki ini tidak mengeluarkan
komentar sedikitpun."Permisi tuan. Tamu anda sudah datang."
Kemunculan Damian menyelamatkan suasana yang mulai menegang diantara Gia dan Jey. Pria paruh baya ini berdiri diambang pintu sambil menunggu respon dari tuanya. Jey mundur satu langkah kemudian memerintahkan Damian untuk membawa Gia bersamanya.
"Antar gadis ini menemui mereka."
"Aku??" Gia menunjuk dirinya sendiri. Sangat terlihat bahwa Gia sedang bingung.
"Iya, kau. Aku tidak mau standar-ku menurun karena penampilanmu itu."
Jey mengamati Gia dari ujung kepala hingga ujung kaki. Gadis ini merasa sedikit tersinggung dengan ucapan dan tatapan dari pria dihadapanya tersebut. Tapi mau bagaimana lagi, yang dikatakan Jey tidak sepenuhnya salah. Dengan penampilan khas mahasiswanya, Gia sangat mampu untuk menurunkan standar pria sekelas Jey.
Gia mengikuti Damian tanpa banyak berkomentar. Rasa penasaran menggelayuti pikiranya. Entah apa yang menunggunya, akan tetapi Gia merasa bahwa itu bukan sesuatu yang akan bersahabat denganya.
"Silahkan masuk Nona."
Damian membuka sebuah pintu menuju salah satu kamar yang ada dirumah besar ini. Bukan besarnya kamar tersebut yang membuat Gia menganga lebar, akan tetapi orang-orang didalamnya. Terdapat sekitar tiga orang sedang menata alat make-up lengkap dengan jajaran gaun yang menggantung apik seperti didalam butik. Siapapun yang melihat akan langsung tahu bahwa gaun-gaun tersebut bukanlah barang murah.
"Nona Gianna-Han. Perkenalkan namaku Nikita Fererra, aku yakin kau sudah pernah mendengar namaku bukan."
Gia mengangguk masih dengan mulut menganga, gadis ini tahu benar bahwa Nikita Fererra adalah make-up artis kenamaan. Lelaki setengah matang berperawakan ceking dan gemulai ini berjalan meliuk-liuk mendekati Gia. Mata Gia tidak berkedip memandang lelaki ber-make up tebal dihadapanya. Dia tampan seandainya tidak memiliki cara jalan dan gaya seperti itu. Tapi sayangnya wajah yang dipoles sedemikian rupa itu membuatnya nampak jauh lebih cantik dari Gia.
"Kau cantik sekali honey. Hehmm.. coba kita lihat apa yang bisa aku lakukan pada wajah cantikmu ini."
Lelaki ini memegang dagu Gia lalu mengerakan wajahnya kekiri dan kekanan untuk mendapatkan sudut yang dianggapnya sesuai.
"Ok! Mari kita mulai perombakanmu."
Suara kemayu itu membuat Gia merasa khawatir. Bukan khawatir mengenai hasil akhirnya, tapi lebih kepada prosesnya yang nampaknya butuh waktu tidak sedikit.
Benar saja, Gia dipaksa bergonta-ganti dress. Mulai dari yang panjang hingga pendek, dari yang terbuka hingga tertutup. Mungkin sudah lebih dari satu jam mereka menghabiskan waktu hanya untuk memilih gaun yang sesuai. Kini Gia sedang mencoba dress see through berwarna gelap keluaran terbaru dari rumah mode Blumarine. Memang tidak terbuka seperti dress-dress sebelumnya, tapi bahan yang digunakan benar-benar nerawang. Dengan aksen renda hitam pada garis kancing, kerah, lengan dan pinggang, tidak adanya furing dibagian rok membuat celana dalam Gia terlihat jelas.
"Kalian akan membuatnya nampak seperti pelacur."
Jey sudah berdiri diambang pintu dan menyandarkan bahunya disana, tanganya dilipat dan tatapanya tajam mengamati Gia. Detik kemudian Nikita mengganti dress Gia, kali ini dress panjang berpotongan backless berwarna putih, aksen tali yang melingkari leher jenjang Gia membuat gadis ini nampak begitu anggun.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil Obsession [ COMPLETE ✔️ ]
Fanfic[21+] [Mature Content] Pernahkah kalian menyangka akan dipertemukan dengan seseorang yang tidak terduga? Itulah yang terjadi pada Gianna-Han tidak pernah menyangka akan dipertemukan dengan seseorang yang tidak terduga. Jey adalah seorang laki-laki k...