25. She's Gone (or Not?)

341 34 6
                                    




Setelah berbicara dengan Rafael memalui telepon, Jey mengatakan pada Gia bahwa Araqiel tengah berada dalam masalah. Gia hanya menatap menunggu penjelasan selanjutnya. Jey menurunkan tubuh mungil Gia dari atas meja kerjanya kemudian membelai pipinya.

"Don't worry..."

Jey menuntun Gia menuju pintu keluar. Secara ajaib mereka telah berada didalam mansion besar milik Jey lengkap dengan Damian disana. Pria paruh baya itu tersenyum menyambut taunya. Gia melongo menyadari bahwa dirinya sudah berada dirumah. Gadis ini menatap kagum pada sosok pria yang masih menggandeng tanganya tersebut.

"How did you do that?" Tanya Gia antusias.

"Your man is a super hero, baby. Bear with it." Jey mengedipkan matanya genit pada Gia.

"Untuk malam ini saja kau harus menjaga Gia. Aku mungkin tidak akan kembali hingga fajar." Titah Jey pada Damian.

Kemudian pria ini mengalihkan tatapanya pada Gia, ia membelai lembut pipi gadisnya sebelum berucap, "Kau beristirahatlah."

Tubuh Jey sudah sedikit condong dan wajahnya didekatkan pada Gia, pria ini ingin memberikan kecupan selamat malam dikening gadisnya. Tapi Gia memiliki pemikiran lain. Dengan cepat gadis ini mendongak dan mencuri satu kecupan dibibir prianya sebelum berlari memasuki kamarnya. Jey mengerjap-ngerjapkan matanya, tubuhnya membeku meskipun sebuah senyum tipis berhasil ia tarik dari sudut bibirnya.

Jey yang masih tercengang keluar membuka pintu dan lagi-lagi telah berada diruangan asing secara ajaib. Kali ini Jey berada disebuah ruang santai sebuah rumah yang nampaknya berada ditengah hutan. Terlihat cukup nyaman dan classic. Perapian kuno ditengah-tengah ruangan cukup membuktikan bahwa rumah ini terletak jauh dipedalaman. Araqiel sedang bersimpuh memeluk tubuh seorang gadis dengan protektif. Terdapat dua gadis lain sedang terbaring tidak sadarkan diri diatas sofa panjang yang ada. Kondisinya tidak perlu dijelaskan karena nama seorang Manfred Alaric cukup untuk mendeskripsikan kondisi kedua gadis yang nampak kelelahan tersebut.

"Tidak akan aku biarkan kalian memisahkan kami lagi. Tidak akan pernah!" Araqiel semakin mengeratkan dekapanya pada sang gadis.

Rafael tertegun dengan sikap protektif dari Araqiel, pemuda ini tidak pernah menunjukan sikap seperti ini sebelumnya. Sosok pria lain turut hadir disana. Pria dengan bentuk rahang tegas dan tatapan yang sangat tajam, rambut pirangnya sepanjang pinggang. Terlihat tidak biasa dan menebarkan perasaan ngeri saat melihatnya.

"Setiap manusia pasti menemui ajalnya Araqiel. Serahkan dia padaku." Suara pria asing tersebut dingin dan tidak berperasaan.

"Tidak kah kau pikir aku sudah banyak berkorban selama ribuan tahun ini. Jangan pisahkan aku denganya lagi Samael."

Samael menatap dingin pada sosok Araqiel. Sebenarnya pemuda itu bisa saja langsung menyerangnya dan melawan, tapi Araqiel lebih memilih meminta baik-baik pada Samael adalah sesuatu yang tidak pernah terjadi.

Jey yang memperhatikan mulai mengerti situasi yang dihadapi oleh Araqiel. Dia memandang adiknya, pemuda itu nampak seakan tidak memiliki banyak pilihan. Jey merentangkan tangan kirinya kesamping lalu seorang gadis yang pingsan terbang kearahnya. Jemarinya mencengkeram tepat dileher sang gadis. Terdengar suara retakan ketika Jey mencengkeram kuat leher gadis tersebut. Tidak lama sebuah bulatan bercahaya muncul dari mulut sang gadis yang sudah mendongak. Jey menarik nafas dalam seakan menyerap seluruh pasokan oksigen disekitarnya, bulatan bercahaya tersebut ikut masuk bersama dengan oksigen yang diserap oleh Tobias.

"Tobi!!!" Raung Rafael coba mendekati Jey.

Satu lirikan dari adiknya tersebut cukup untuk menahan tubuh Rafael. Tubuh tanpa nyawa ditanganya dibakar hingga menjadi abu. Jey melakukan gestur serupa kearah gadis lain yang juga tidak sadarkan diri. Kali ini Samael mencoba menghentikan Jey, tapi cengkeraman kuat Jey jauh lebih cepat dari pada gerakan Samael.

"Apa maumu?" Tanya Samael dingin sambil memojokan tubuh Jey.

"Membuatmu sibuk denganku sementara adikku melarikan diri dengan kekasihnya."

Dalam sekejap api biru tiba-tiba membakar habis tubuh gadis sebelumnya. Tubuh itu terbakar habis hingga tidak bersisa dan menjadi abu

Rafael tercenung mendengar pengakuan dari Jey. Samael sudah mulai meradang, matanya memincing dengan sorot tajam. Kedua makhluk berbeda jenis ini sudah siap bertarung untuk sesuatu yang sebenarnya bukan urusan mereka.

"Michael berjanji akan mengembalikan istriku ketika Tobias telah menemukan Sarah nya kembali." Ucap Araqiel meyakini.

"Dan dari mana kau yakin jika gadis itu adalah istrimu?" Balas Samael.

"Dan dari mana kau tau jika Tamara bukanlah Laylah?" Araqiel mendebat, ia menjeda sebelum kembali berbicara, "Kau tau, kita semua tau bahwa gadis ini adalah Laylah."

Ia tahu dengan pasti bahwa gadis bernama Tamara yang sedang berada dipelukan Araqiel adalah reinkarnasi dari Laylah, wanita yang dahulu sempat dinikahi Araqiel. Samael menatap dingin Araqiel sembari memperhatikan gadis bernama Tamara tersebut.

"Sadarlah Araqiel, kau membuatnya ketakutan. Lihat bagaimana tubuhnya bergetar."

Mendengar ucapan Samael membuat Araqiel sadar bahwa sebenarnya sejak awal tubuh Tamara memang terasa bergetar. Lelaki ini menatap Tamara yang kebingungan dan pucat.

"Aku membuatmu takut?"

Tamara mendongak menatap ngeri pada sosok Araqiel. Lelaki itu memejam sesaat lalu kembali menatap gadisnya.

"Jangan takut, sejak awal kau dilahirkan untuk kumiliki." Nada bicara Araqiel sedikit memaksa.

Lelaki ini berencana akan melakukan apapun agar Tamara mau menerimanya, bahkan jika harus memaksa Tamara untuk berada disisinya sekalipun. Tapi balasan dari Tamara sungguh diluar dugaan, dia mengangguk lalu kembali merangsek kedalam pelukan Araqiel.

Melihatnya membuat Samael mundur beberapa langkah, menjauh dari Tobias. Gadis itu ternyata sama gilanya dengan Gia. Dia tidak tahu atau mungkin sengaja menutup matanya mengenai dengan siapa dirinya berurusan. Rafael mendekati Samael dan mencoba membawanya pergi.

"Kita temui Michael untuk memastikan. Aku yang akan memberi mereka hukuman atas kenakalan mereka hari ini."

Samael menatap Rafael dingin tampak menentang pernyataan dari Rafael. Tatapan Rafael tidak kalah seriusnya, mempertahankan keputusanya.

"Aku masih menyandang status kakak tertua mereka." Rafael menekankan.

Keduanya pergi begitu saja meninggalkan Jey, Araqiel dan Tamara.

Araqiel nampak lega sementara Tamara masih kebingungan. Dapat dipahami karena meskipun dia adalah Laylah yang terlahir kembali sebagai sosok gadis bernama Tamara, tetapi ingatanya mengenai Araqiel sudah dihapuskan. Bukanya tidak mungkin untuk mengembalikan ingatan masa lalunya, hanya saja yang dapat mengembalikan ingatan Tamara sebagai Laylah adalah Michael.

*Drrt. Drrt. Drrt.*

Ponsel Jey bergetar. Damian menelponya dan ketika diangkat, pria paruh baya tersebut terdengar terengah, aduan Damian mengenai Gia kali ini kembali membuat Jey meradang, bahkan seratus kali lebih hebat dari sebelumnya. Dari balik teleponya Damian mengadu,

"Nona menghilang, dan saya tidak berhasil menemukanya."

.
.
.

♥ —————— To Be Continue ————— ♥

.
.
.




The Devil Obsession [ COMPLETE ✔️ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang