Bab 11 | Pak Ustadz Vs Shawn

8.7K 328 2
                                    

Assalamualaikum, alhamdulillah bisa update lagi. Semoga masih diberikan kesehatan agat dapat membaca dan memberikan vote ke ceritanya author ya?... oke deh...

Happy Reading semua...

*  *  *

'Kalau ada banyak pilihan diantara kamu dan mereka, aku pasti akan tetap memilihmu karena yang lainnya bagiku hanya sebuah ilusi dan bukannya realita.'

*  *  *

Hari minggu, biasanya bagi semua orang hari itu adalah hari yang paling menyenangkan. Namun tidak bagi Ica, hari minggu adalah hari yang paling membosankan. Lebih tepatnya ketika ia berada dipesantren ini, berbeda dengan waktu ia masih menginjak bangku SMA. Hari minggu adalah hari yang dinanti-nantikannya, karena dengan datangnya hari minggu ia dapat tidur sepuasnya tanpa ada Bundanya yang membangunkannya pagi-pagi sekali untuk menyuruhnya siap-siap pergi ke sekolah. Walaupun ujung-ujungnya dirinya dan Fai akan membolos pelajaran di kantin belakang sekolah, tempat ia dan beberapa anak yang sering membolos.

Bibirnya mengerucut lucu ketika ia harus mengikuti kegiatan yang membosankan disetiap hari minggu yang memang diwajibkan bagi para santri untuk mengikutinya, kalau ia boleh memilih lebih baik ia tidur didalam kamar. Namun Syifa terus saja memaksanya dan akan mengancam mengadukannya kepada Gus Faris kalau ia tidak mau ikut serta, dengan terpaksa pun Ica mengikutinya. Catat, hanya terpaksa. Itupun karena ia harus bisa menjaga imagenya didepan Gus Faris.

Ica menepuk-nepuk sebuah benda bulat yang mengeluarkan suara karena tepukannya, ia menatap Fai yang wajahnya tidak ada bedanya dengan dirinya. Sama-sama merasa bosan, untuk apa menepuk-nepuk benda aneh ini agar mengeluarkan suara. Toh zaman sekarang sudah canggih, banyak lagu dan musik yang dapat dicari di internet. Memang orang-orang disini sepertinya ingin merepotkan diri mereka sendiri, tak dapat berpikir modern. Ica mendegus sebal berkali-kali.

"Fai, kapan sih kegiatan membosankan ini selesai? Bosan gue." Fai menatap Ica, ia pun merasakan hal yang sama.

"Gue gak tau, gue juga bosan." Fai menguap lalu menutup mulutnya menggunakan sebelah telapak tangannya yang tebebas karena yang sebelahnya lagi digunakan untuk menepuk sesuatu yang sama seperti yang Ica pegang.

"Ngantuk nih, mending tidur aja daripada main kayak gini. Gak nyambung gue." Fai mengangguk mengiyakan perkataan Ica, ia pun tak mengerti kegiatan apa yang tengah mereka lakukan ini. Hanya menepuk-nepuk benda bulat ini, tidak jelas sekali.

"Nai, ini namanya apa sih?." Naila mengalihkan pandangannya kearah Ica dan Fai.

"Ini namanya rebana, masa kalian gak tau? Biasanya rebana juga sering loh tampil di televisi." Jelas Naila.

"Ah masa sih? Kok gue gak pernah liat?."

"Ini kita maininnya cuma ditepuk-tepuk gini doang? Ngebosenin banget."

"Enggak kok, biasanya nanti ada yang nepuk-nepuk rebananya dan bunyiin krincingannya terus nanti juga ada yang nyanyi shalawat." Ica dan Fai menganggukan kepalanya walaupun sebenarnya mereka kurang paham apa yang Naila jelaskan.

"Tetap ngebosenin, mendingan gue dengerin lagunya Shawn Mendes. Suaranya bagus, orangnya ganteng pula. Duh bisa gak yah? Nanti gue jadi istrinya, istri keduanya juga gak apa-apa gue rela kok." Ica mulai berhalusinasi membuat Fai dan Naila menggeleng heran dibuatnya.

"Bukannya lo nanti maunya jadi istri Gus Faris, kok malah berubah haluan ke Shawn Mendes sih?."

"Ya kan itu alternatif pelarian gue aja, kalau gue gak jadi sama Gus Faris ya gue sama ayang Shawn aja." Fai menoel kening Ica gemas.

Assalamualaikum Pak UstadzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang