Bab 1 | Anissa Azzahra Darmawan

18.3K 624 6
                                    

Assalamualikum selamat malam, Bab awal dari cerita Assalamu'alaikum, Pak Ustadz. Udah aku up nih. Masih baru nulis, semoga pada suka ya... jangan lupa selalu vote comentnya..

Ngomong-ngomong cerita ini per Babnya lebih panjang dari cerita sebelumnya...

* * *

Seorang gadis cantik yang kecantikan nya semakin bertambah karena polesan make-up yang terpoles sempurna diwajah mulusnya, beserta kebaya mewah yang ia kenakan membuat kesan anggun nan cantiknya semakin terpatri jelas. Ia berjalan dengan anggun layaknya seorang ratu kecantikan, semua orang yang ada disana memperhatikannya dengan tatapan yang berbeda-beda. Ada yang kagum dan ada yang iri akan kecantikannya, rambutnya disanggul rapi memperlihatkan leher jenjang, putih nan mulus miliknya membuat para teman laki-lakinya meneguk ludah mereka susah payah. Namun sepertinya gadis itu tak terlalu ambil pusing dengan tatapan semua teman-temannya, ia berjalan menuju bangku yang telah tersedia. Disampingnya terdapat salah satu sahabat dekatnya sekaligus sepupu tercintanya.

"Napa tuh muka? Udah cantik gitu sampai-sampai teman-teman kita pada ngiler ngelihatin lo tapi muka lo kusut begitu." Ica semakin menekuk mukanya mendengar ucapan Fai.

"Gue sebel sama nyokap bokap gue, masa nih ya. Selang beberapa hari lagi gue akan dianterin ke pesantren." Curhatnya.

"Hah? Seriusan lo?" Kaget Fai.

"Iya lah ngapain gue bohong."

"Bagus dong, nanti pulang-pulang lo pakai gamis sama jilbab gede. Persis kayak Ibu-Ibu pengajian." Fai terkekeh membuat Ica menatap sahabatnya kesal.

"Jahat bener deh lo, gimana dong?. Bantuin gue ya buat bujukin Bunda supaya ngebatalin rencananya? Gue gak mau kepesantren entar gue jadi cupu terus gak seksi lagi."

"Idih ogah, lo tau sendiri kan kalau Tante Asa kalau memutuskan sesuatu itu pasti akan terjadi dan gak akan bisa diganggu gugat. Gue gak mau lah cari masalah." Ucapan Fai memang ada benarnya, Bundanya memang orang yang bila memutuskan sebuah keputusan maka tidak akan bisa diganggu gugat lagi. Alamak beneran pergi kepesantren kalau gitu ceritanya.

"Duh terus gue harus gimana dong? Masa gue pasrah nerima gitu aja keputusan Bunda? Gue gak mau ya ke pesantren, di situ itu banyak cewek-cewek cupunya. Gak cocok sama gue yang gaul gini, bisa turun dong popularitas gue sebagai mantan primadona SMA Bakti Jaya kalau gini caranya."

"Jalanin aja dulu." Ucapan santai dari Fai membuat Ica ingin sekali membenturkan kepala sahabatnya itu ke dinding, namun urung karena ia pun sayang dengan wajah Fai yang telah dimake-up cantik itu. Ia juga tidak mau membuat viral sekolahnya, akibat ulahnya. Alhasil ia hanya diam saja, mengabaikan Fai yang sedari tadi mengajak ia mengobrol. Lebih baik ia menikmati acara kelulusannya dengan tentram dan aman daripada meladeni sahabat laknatnya itu, sedangkan Fai yang sedari tadi dikacangin oleh Ica pun berdecak kesal.

"Ca, lo dari tadi dengerin gue gak sih?" Kesalnya

"Hmm." Ica hanya berdeham membuat Fai semakin kesal dibuatnya.

"Tau ah, gue kesel sama lo."

"Lah, kok lo sih yang jadi kesel sama gue. Harusnya kan gue yang kesel." Decak Ica.

"Ya habisnya dari tadi gue ngomong dikacangin mulu, sebel kan gue jadinya."

"Lo juga sih, gak mau bantuin gue bujukin Bunda."

"Gue bukannya gak mau ya, gue cuma gak mau kena imbasnya aja." Elak Fai.

"Bantuin gue dong, kali ini aja. Nanti kalau gue pergi siapa yang jadi teman lo? Entar lo kesepian lagi."

Assalamualaikum Pak UstadzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang