Bab 3 | Pesantren

13K 529 3
                                    

Assalamualaikum, selamat pagi semua.. selamat menjalani aktivitas dan Selamat Membaca.... jangan lupa vote comentnya ya..

*  *  *

'Kecantikan seorang perempuan akan terlihat lebih bercahaya bila menutupi auratnya dan bukannya malah mengumbarkannya.'

*  *  *

Mentari pagi menyapa langit yang mulai cerah, seorang perempuan masih bergelung dengan nyamannya diselimut tebal bergambar kartun doraemon-kartun kesukaannya. Seorang perempuan yang hampir memasuki usia empat puluh tahunan beberapa tahun lagi menggelengkan kepalanya melihat anak gadisnya, di jam segini masih bergelung dengan nyamannya. Ia menghampiri tempat tidur itu lalu menarik selimut yang menutupi tubuh anaknya, namun sepertinya sang anak tak terganggu dengan hal itu.

"ICA BANGUNNN, INI UDAH JAM BERAPA?. YA ALLAH ICAAA..." Teriakan membahana dari sang ratu rumah berhasil membangunkan putri tidur yang kelewat kebo itu, dengan menggaruk kepala yang rambutnya berantakan ia menatap Bundanya kesal.

"Ya ampun Bun, apaan sih pagi-pagi udah teriak-teriak. Gangguin Ica tidur aja." Kesalnya.

"Kamu lupa hari ini, kamu berangkat kepesantren. Lagian pagi kamu bilang? Ini udah jam 9, dan kamu belum shalat subuh pasti. Astahfirullah, dosa apa Bunda dahulu sehingga punya anak kayak kamu." Asa mengelus dadanya, tak kuasa melihat anaknya yang kelewat keterlaluan ini.

"Santai aja kali Bun."

"Santai kamu bilang? Bunda kayaknya udah gagal ngedidik kamu. Sampai-sampai kamu tidak melaksanakan shalat, perasaan dari dulu udah Bunda ajarin supaya shalat. Tapi kamu masih ngeyel aja, tau ah Bunda pusing ngadepin kamu. Syukur kalau kamu hari ini ke pesantren, Bunda rasanya bahagia." Ica berdecak kesal mendengar perkataan Asa.

"Ya ampun Bun, Ica emang lagi gak shalat ya. Senakal-nakalnya Ica, Ica gak pernah ninggalin yang namanya shalat. Ica tau kalau itu dosa, Bundanya aja yang berlebihan."

"Syukur alhamdulillah kalau begitu, tapi itu tidak akan membatalkan niat Bunda untuk membawa kamu ke pesantren hari ini. Sana siap-siap sebentar lagi Fai datang sama orangtuanya."

"Ya elah Bun, kirain batal ngajakin Icanya."

"Udah jangan banyak ngomong, sana siap-siap." Dengan kesal Ica memasuki kamar mandi seraya menghentakkan kedua kakinya.

Ica telah siap dengan pakaianny yang seperti biasa, celana levis ketat dan kaos panjang. Rambutnya ia kucir satu, dipunggungnya telah tersampir tas ransel miliknya. Asa yang melihat penampilan putri satu-satunya itu berdecak sedangkan Aby dan Eza melongo melihat penampilan Ica, itu orang mau berangkat ke pesantren atau mau berkemah?

"Ya Allah Ica, ganti sana baju kamu." Titah Asa.

"Emangnya kenapa Bun-.." belum sempat Ica menyelesaikan perkataannya suara salam mengintrupsi mereka.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." Fai yang melihat penampilan Ica dari atas sampai bawah menahan tawanya sekuat tenaga, namun karena tak tahan tawanya meledak seketika.

"Ha..ha..ha.. aduh sakit perut Fai, eh Ica lo mau pergi ke pesantren apa mau piknik?. Keren amat gaya pakaian lo." Fai kembali tertawa sedangkan Ica mendelik menatap kearah Fai.

"Biarin daripada lo, kayak mau ikut Ibu-ibu pengajian aja. Pakai gamis segala, mana pakai hijab lagi. Tobat lo? mendingan gue lah." Eza yang berada disamping Ica menepuk bahu saudara kembarnya itu sambil tertawa.

Assalamualaikum Pak UstadzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang