"Yoon, lo nggak mau nganter gue sampe depan rumah?" Tanya Doojoon sedih karena Yoona sejak tadi hanya bungkam di depan televisi. Sementara Doojoon sendiri sudah siap dengan sebuah koper besar serta ransel yang sudah berada di punggungnya. "Yoon, kalo nggak karena ayah yang minta, gue juga lebih milih di sini aja sama lo," rayunya lagi.
Yoona menghela napas tanpa melirik kakaknya. "Bang Doojoon pergi aja. Kasian kalo ayah nunggu lama. Dia juga pasti udah kangen sama bang Doojoon. Gue gapapa kok ditinggal di sini. Masih ada bang Si..."
"Siwan juga ikut gue ke Surabaya," Doojoon memotong ucapan Yoona hingga membuat adiknya membeku mendengar ucapanya. Cewek itu lalu menoleh dan mendapati Doojoon setengah tertunduk karena sedikit merasa bersalah. Ia menghela napas berat. "Kalo lo terima tawaran ibu buat tinggal di Bandung, kabarin gue ya," serunya dengan nada berat dan masih tak berani menatap adiknya.
Yoona tampak enggan untuk menjawab pertanyaan Doojoon. Ia lebih memilih semakin menenggelamkan punggungnya ke sandaran sofa. "Tanggung. Gue udah tinggal setahun lagi sekolah SMA. Males kalo harus pindah-pindah lagi," ujarnya datar.
Doojoon berjalan ke belakang Yoona. Meninggalkan koper besarnya untuk sementara. Ia lalu memeluk pundak adiknya dari belakang sambil menempelkan kepalanya ke kepala Yoona. "Maaf, kalo selama ini nggak bisa jadi kakak yang baik buat lo. Sekarang malah gue mau ninggalin lo sendiri di sini. Tapi gue udah bilang kok ke Taeyeon dan Yuri buat sering-sering nengokin lo ke sini."
Tanpa sepengetahuan Doojoon, Yoona mencibir ketika cowok itu menyebut nama 'Yuri' karena cewek tersebut adalah pacar dari cowok yang selama ini ia suka, Siwan.
Dengan lembut Yoona menyingkirkan tangan Doojoon yang melingkar di pundaknya tanpa menimbulkan kecurigaan. Ia menoleh sambil berdiri. "Jangan khawatir. Gue bisa jaga diri kok."
Doojoon tersenyum lega, lalu mengusap lembut puncak kepala Yoona. "Gue percaya, tapi tetep aja sebenernya gue nggak tenang."
Yoona meraih tangan Doojoon. "Ayo gue temenin ke depan," kata Yoona mengalihkan. Ia juga sempat menyambar koper yang akan di bawa Doojoon ke luar kota.
Sambil berjalan ke luar rumah, Doojoon sempat merangkul Yoona. Seakan berat meninggalkan adiknya di rumah dan hanya seorang diri.
"Apa gue nggak usah pergi, ya? Biarin Siwan aja," kata Doojoon yang tiba-tiba ragu.
Yoona menatap Doojoon galak. "Jangan aneh-aneh deh. Mau lo? Di pecat jadi anaknya Im Seulong?" seru Yoona seakan menakut-nakuti kakaknya.
Doojoon terkekeh mendengar ancaman Yoona. "Ada-ada aja sih, lo!" Ia lalu mengacak dengan gemas puncak kepala Yoona hingga membuat adiknya melotot tajam. "Eh, nggak mau nitip salam buat pacar tercinta?" godanya setengah berbisik.
"Tadi pagi udah telpon-telponan sama Jonghyun," kata Yoona malas.
***
"Itu yang sama Yoona bukannya bang Doojoon, ya? Kok mereka keliatan deket banget, sih?"
Tanpa sadar, Howon mencengkeram dengan erat stir mobilnya ketika tak sengaja melintas di depan rumah Yoona dan Doojoon. Ia bahkan sempat menghentikan mobilnya sementara untuk memastikan penglihatannya. Terlebih, suasananya tepat ketika Doojoon mengacak rambut Yoona.
Howon masih mengawasi dua kakak beradik yang belum ia ketahui status hubungan keduanya. Tak lama sebuah taksi berhenti di depan rumah tersebut dan keluarlah seorang cowok dari dalamnya. Cowok yang ternyata Siwan itu, membantu Doojoon memasukan kopernya di bagasi belakang taksi.
"Atau jangan-jangan, mereka adik kakak. Nggak mungkin juga mereka udah nikah. Apalagi keliatannya Doojoon emang tinggal di situ. Tapi bisa jadi, sih. Yang gue tau rumah bang Doojoon emang di perumahan ini, Cuma aja gue nggak tau letak pastinya," Howon tampak bicara sendiri.
YOU ARE READING
FC LOVE
FanfictionI hate footbal! But, I love him. Dan dia adalah kapten klub sepakbola sekolah.