"Eun Ji..." lirih Yoona saat berpapasan dengan cewek itu di koridor sekolah. Kemarin ia memang berhasil melepaskan diri dari sosok Howon. Namun ia tidak tahu jika Howon justru tidak berbuat apa-apa untuk memperbaiki hubungannya dengan Eun Ji.
"Lo tau, kan? Hoya cowok gue?" desis Eun Ji yang masih merasa kecewa dengan Yoona.
"Gue tau tapi..."
"Yoona nggak salah!" sela Howon yang tiba-tiba saja sudah berdiri di hadapan Eun Ji dan menghalangi Yoona yang kini berada di belakangnya.
Eun Ji tersenyum pahit. "Kalau emang lo udah nggak mau jadi cowok gue, ngomong baik-baik. Bukan dengan cara kampungan kayak gini." Eun Ji berkata sedikit kasar sambil melirik tak suka pada Yoona.
"Lo pikir cara lo nggak kampungan?" balas Howon, namun Eun Ji sudah lebih dulu berbalik dan meninggalkan mereka.
Yoona yang sudah malas berurusan sama Howon, lebih memilih berbalik dan berniat pergi ke arah yang berlawanan dengan Eun Ji. Namun seseorang sudah lebih dulu menghalangi jalannya "Ini, lagi! Mau apa lo?" serunya kasar. "Janji mau ngehubungin gue, tapi sampe sekarang nggak ada kabar."
Howon sontak berbalik dan mendapati Yoona sudah bersama Gikwang di belakangnya.
"Dari siang nomor lo nggak aktif, Yoon." Gikwang terdengar membela diri. Dan Yoona tidak berhasil membalas kata-katanya.
Yoona sendiri sedang tidak ingin berurusan dengan dua cowok tersebut. Ia lebih memilih menghindari ke duanya dengan bergegas pergi dari sana. Howon sudah ingin menyusul, namun Gikwang lebih dulu mencegahnya dengan menghalangi Howon menggunakan tas karton di tangannya. Gikwang bahkan sampai memberikan paksa benda tersebut yang jatuh tepat di dada Howon. Kemudian ia menyusul Yoona pergi dari sana.
Sesampainya di kelas, Gikwang langsung menuju mejanya dengan harapan ia bertemu Yoona. Namun yang ia dapati justru Yoseob yang kini menempati kursi Yoona.
"Sorry, Kwang. Ini pemaksaan," seru Yoseob setengah bersalah sambil menunjuk ke arah meja yang biasa ia tempati bersama Tiffany. Di kursinya tampak ditempati oleh Yoona.
Melihat itu, Gikwang hanya mampu mendesah pasrah. "Gapapa kok, Seob." Ia kemudian menghempaskan tubuh ke kursinya.
***
Sepulang sekolah, Howon sengaja mengulur waktu untuk sampai ke rumah. Ia bahkan tidak pulang bersama Minho dan Sulli seperti biasanya. Cowok itu lebih memilih menumpang bus setelah ia melihat Yoona yang mengendarai motornya melintas di depan halte tempat Howon menunggu sekarang.
Sesampainya di rumah, suasa yang ia dapati cukup sepi. Howon melangkah masuk tanpa suara. Ia juga sampai melangkah sepelan mungkin agar tidak menimbulkan kecurigaan.
"Ibu nggak akan meninggalkan kalian. Kita tetap akan tinggal di sini selamanya dengan ada atau tanpa kehadiran ayah kalian."
Langkah Howon terhenti saat mendengar suara parau ibunya. Saat mengintip dari balik pilar, ia menemukan Minho sedang memeluk Ga In juga Sulli. Namun yang membuat Howon membulatkan mata bukan karena pemandangan di depannya. Melainkan sebuah kaos sepakbola yang berada digenggaman tangan Ga In. Secepat mungkin Howon mendekat dan menyambar benda itu. Benar saja. Ia seragam sepakbola milik Gikwang yang sempat ia pakai.
"Lo apa-apaan sih, Won!" protes Minho karena ia menganggap Howon telah bersikap tidak sopan pada ibunya.
Howon tidak mempedulikan Minho. Ia lebih memilih menatap Ga In dan menuntut penjelasan. "Siapa pria bersama Gikwang kemarin?"
YOU ARE READING
FC LOVE
FanfictionI hate footbal! But, I love him. Dan dia adalah kapten klub sepakbola sekolah.