Pagi-pagi benar Laura terbangun dari tidurnya. Sinar mentari memasuki jendela kamar itu membuat bayang-bayang bingkai jendela terlihat di dinding seberang. Laura bingung sambil melihat-lihat kesana kemari. Kepalanya masih terasa pusing.Sesuatu yang lain dari biasanya. Polos dan tak terlihat apa pun di dinding kamar itu. dilihatnya kesana kemari, tak ada sesuatu yang dapat menjadi petunjuk kala itu. Memori di kepalanya berrakhir sampai pada malam hari saat dia berada di taman dan menghabiskan beberapa kaleng bir.
"Aku dimana?"Sahutnya bingung sambil merapikan tempat tidur. Laura sadar bahwa dia masih menggunakan pakaiannya yang kemarin. Kaos oblong sama celana pendek. Kamar yang dia tempati cukup luas. Dengan design interior minimalis modern. Ada sebuah ruangan yang berada di samping kamar itu. dia mencoba menengok ke ruangan itu, dilihatnya rak-rak buku yang dipenuhi dengan buku-buku dan meja kerja dengan segala sesuatu yang ada diatasnya. Terdapat satu set sofa di situ. Sebuh TV LED 42" . Laura berjalan pelan-pelan melihat-lihat dan membuka pintu yang ada di samping kantor itu
"Brukk,..."Laura bertabrakan dengan seseorang yang baru keluar dari Kamar mandi. Kevin kini sedang berdiri dengan dengan handuk yang melingkari pingganggnya serta sebuah handuk yang dia gunakan untuk mengelap rambutnya yang basah. Laura begitu terkejutnya dan tidak tahu harus berbuat apa. Dia cepat-cepat berlari menjauh dari Kevin menuju ke ruang sebelah. Laura tak tahu kalau Kevin juga akan menuju ke situ.
"Aku harus ganti pakaian. Apakah kamu akan berada di ruangan ini?"Sahut Kevin sambil berdiri di belakang Laura dengan senyum manisnya.
"Maaf, aku tak sengaja. Aku akan pindah ke ruang sebelah."Kata Laura sambil berjalan menyamping tidak memandang Kevin menuju ke ruangan yang tadi. Kevin sambil tersenyum berjalan menuju ke lemari pakaiannya. Kurang lebih 5 menit waktu yang diperlukan Kevin untuk berganti pakaian, dia kembali ke ruangan kerjanya. Kini terlihat Laura yang sedang berdiri memandang ke luar jendela.
"Apa yang kamu lihat?"Sahut Kevin pada Laura, sambil berjalan mendekatinya dan mencoba melihat apa yang sedang dilihatnya.
"Oh Bukan apa-apa'Sahut Laura sambil menjauh darinya.
"Kita dimana Pak?"Sahut Laura kemudian
"Kamu di rumahku. Tadi malam kamu mabuk di taman dan tidak mau dihantar pulang ke rumah. Jadi aku membawamu ke rumahku." Laura dengan malu-malu tersenyum ke Kevin.
" Apa Pak Direktur tahu aku disini?"Sahutnya bertanya
"Nggak. Ayah dan ibuku sedang melakukan perjalan ke China. Mereka mengunjungi Kakak sekalian mengecek perkembangan bisnis disana."
"Jadi Pak, anda hanya sendiri di rumah?"
"Ya kalau keadaan seperti ini, hanya ada aku sama pengurus rumah."
"Tadi malam kamu tertidur dengan sangat lelap. Nggak usah dipikir-pikir apa yang terjadi semalaman. Diantara kita tidak terjadi apa-apa. Cukup kamu mandi, ganti baju dan siap-siap untuk pergi bersamaku."
"Kemana Pak?"Sahut Laura bertanya.
"Ke suatu tempat..."Kata Kevin sambil berjalan menuju ke pintu kamar.
"Perlengkapan mandimu sudah kusiapkan. Pakaiannya ada di lemari bagian atas" Kevin membuka pintu dan menghilang dari pandangan Laura. Laura segera bergegas bersih-bersih mengikuti perintah Kevin. Laura masih mengingat peristiwa yang terjadi tadi malam, saat Vano mengucapkan kata-kata yang menyakitkan hatinya. Tapi dia berusaha tenang, dan tetap kuat menghadapi semua ini. Laura berusaha mandi dengan cepat, karena sudah di tunggu Kevin. Dia berjalan menuju ke lemari, mencari pakaian yang sudah di siapkan bos-nya. Dia mengangkat pakaian itu, melihat-lihat sebentar dan akhirnya memakainya. Selesai bersiap, Laura langsung keluar dari kamar Kevin. Kevin pun sudah menunggunya di ruang keluarga.
"Sudah selesai?"
"Iya Pak.."
"Kayaknya pas ya..."
"Agak kekecilan dikit sih..."Sahut Laura sambil menarik-narik rok jeans pendek yang dipakainya.."
"Itu punya Adik sepupuku. Dia kalau berkunjung ke rumah selalu saja meninggalkan barang-barangnya, jadi aku nggak susah mencari pakaian untukmu."
"Makasih Pak, untuk kebaikan anda.."Sahut Laura sambil menunduk. Kevin memandangnya yang kini tampak lebih cantik tanpa riasan wajah.
"Kamu cantik Laura..'Sahut Kevin sambil berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menuju ruang makan yang pernah didatangi Laura. Laura mengikutinya. Pembantu Kevin sudah menyiapkan hidangan untuk sarapan mereka. Kevin mengajak Laura untuk duduk bersama di meja makan. Di tengah-tengah sarapan mereka, Kevin bertanya-tanya tentang pengalaman Laura selama bekerja di perusahaannya. Mereka pun menikmati kebersamaan itu. Hari itu Kevin mengajak Laura untuk jalan-jalan. Mereka berdua keluar rumah menggunakan Mc Larennya Kevin berputar-putar di kota dan diajak menonton Film. Laura hanya mengikuti arah yang ditentukan Bosnya. Laura dan Kevin berjalan menuju ke loket pembelian tiket. Kevin memilih film yang akan mereka tonton. Setelah mendapatkan tiketnya, mereka berbalik menuju ke studio yang dipilih. Dari arah depan muncullah Vano dan Hana yang memasuki ballroom Bioskop. Hana terlihat ceria sambil menggandeng tangan Vano. Mata Vano dan Laura bertemu. Keduanya tak bisa berkata apa-apa lagi. Melihat keadaan itu, Kevin pun langsung meletakkan jari-jarinya di jari jemari Laura dan berjalan pergi mendahului mereka yang baru tiba. Terlihat kecemburuan di wajah Vano melihat adegan tersebut, tapi tak bisa dia melarangnya. Laura hanya diam saja mengikuti gerak-gerik Kevin. Kevin dan Laura masuk Ke XXI Premiere dan mendapatkan tempat di A1 dan 2. Laura langsung masuk dan duduk di A1. Laura tak menyangka Vano dan Hana pun harus satu studio dengan mereka dan memilih tempat diseberang Laura dan Kevin duduk. Vano tak banyak bicara, dan hanya diam saja didepan Hana. Kevin tahu apa yang sedang dirasakan Laura saat itu. Kevin berkata pada Laura..
"Apa kita pindah tempat saja?"Sahutnya menatap mata Laura.
"Nggak apa-apa Pak. Bisa kok.."
"Aku akan ikut kamu.."Sahut Kevin sambil tersenyum menatap Laura. Ekor mata Laura selalu melirik ke arah Vano dan Hana sampai sesekali Vano dan Laura saling bertatapan. Laura tidak bisa menikmati film yang ditontonnya. Laura mencoba menenangkan pikirannya dengan berjalan menuju ke restroom. Dia menghadap ke cermin sambil menatap sendiri wajahnya. Hana gadis yang diboyong Vano memasuki restroom. Dia langsung menatap Wajah Laura yang dilihatnya di depan cermin.
"Sepertinya Vano lebih memilih kembali pada cinta pertamanya daripada mempertahankan cintanya yang sekarang. Aku yakin kami bisa kembali ke masa-masa pacaran dulu. Terima kasih karena kamu telah memilih untuk menjauh darinya. Arigatoo Gosaimazu" Hana membungkukkan badannya sambil pergi meninggalkan Laura. Laura tak bisa berkata apa-apa lagi di depan Hana. Sekalipun Laura tersakiti tapi dia tetap mencoba untuk tegar menghadapi semua ini. dengan satu tarikan napas dia kembali berjalan menuju studio. Laura melangkahkan kakinya perlahan berjalan dan berpapasan dengan Vano. Vano terdiam memandangnya. Mereka berdua saling menatap satu sama lain.
"Kamu sehat-sehat kan?"Sahutnya pada Laura yang mencoba menghindari tatapan Vano.
"Kenapa disaat seperti ini kamu begitu peduli padaku. Kenapa kamu tidak bertanya bagaimana kamu melewati hari kemarin?"Sahut Laura
"Mungkin lebih baik bagimu untuk kembali pada cinta pertamamu daripada bertahan denganku." Laura berkata sambil berjalan melewatinya.
"Laura..aku tak bisa melihatmu berjalan dengan lelaki lain. Aku tak tahan melihatmu digandeng pria lain. Aku tak bisa menerimanya." Laura menatapnya dan berkata
"Ini sudah menjadi jalanku. Dialah orang yang selalu bersama denganku ketika aku melewati pergumulan ini. Dialah orang yang selalu hadir dan memberi penguatan padaku. Aku berterimakasih padanya untuk segala kebaikannya padaku. " Laura melepaskan tangannya dari genggaman Vano dan berjalan menuju kembali ke studio. Laura tidak ingin ini semua terjadi, perasaannya sungguh sakit, tapi tidak ingin diperlihatkan pada Vano. Begitu pula dengan Kevin yang selalu ada untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Choice
RomantizmLaura wanita cantik yang pacaran dengan pria tampan sang pemilik perusahaan. Kehidupan cinta mereka berjalan seperti biasanya. Semuanya berubah ketika perusahaan Laura berganti pimpinan.