11

13.8K 748 47
                                    

Happy reading!

Jangan lupa click bintang 🌟

________

AUTHOR POV's

Saat Lyla baru saja memasuki ruang kerjanya setelah kembali dari acara makan siangnya dengan Jacquelyn, Aaron yang memang sengaja menunggu kedatangan Lyla pun langsung melancarkan aksinya untuk menguji kesabaran Lyla dan memancing amarah sekretarisnya itu karena tadi Lyla sudah berani menolak perintahnya untuk makan siang bersama dengannya—ya, walaupun sembilan puluh persen penolakan Lyla terjadi karena hasutan Jacquelyn yang entah sejak kapan telah menjelma menjadi setan penganggu itu.

"Leils, buatkan aku espresso panas. Sekarang." ujar Aaron saat Lyla baru saja melangkah satu langkah memasuki ruangan mereka—bahkan Lyla belum sempat meletakkan tas yang ia bawa ke meja kerjanya.

"Baik, Sir. Tapi sebelum itu, bolehkah saya izin untuk meletakkan tas saya ke meja kerja saya terlebih dahulu?" tanya Lyla dengan sopan karena amarahnya masih belum terpancing sama sekali.

"I said now, Lyla. Are you deaf?" jawab Aaron dengan nada diktator yang tak terbantahkan yang sukses membuat Lyla sedikit kesal.

"Baik, Sir. Kalau begitu saya permisi." balas Lyla seraya menutup kembali pintu ruangan Aaron dengan sedikit kencang.

Aaron yang melihat hal tersebut pun kemudian menjadi tertawa kecil karena ia merasa puas telah berhasil memancing amarah Lyla.

"Tunggu, Leils. Ini masih permulaan, aku bisa membuatmu jauh lebih kesal daripada saat ini." batin Aaron lengkap dengan senyum jahatnya.

Tidak lama kemudian, Lyla datang dengan membawa secangkir espresso pesanan Aaron dengan hati-hati.

"Ini espresso pesanan anda, Sir. Apa ada hal lain yang anda butuhkan lagi?" tanya Lyla setelah meletakkan cangkir yang ia bawa ke hadapan Aaron.

"Tidak ada. Kau boleh kembali bekerja." jawab Aaron tanpa menoleh ke arah Lyla sedikitpun.

"Baik, Sir. Kalau begitu saya permisi." pamit Lyla seraya melangkahkan kakinya menuju meja kerjanya, namun baru dua langkah kaki Lyla beranjak, Aaron kembali memanggil nama Lyla yang mau tidak mau membuat Lyla berhenti dan berbalik menatap pria menyebalkan itu dengan hati yang lebih kesal daripada tadi.

"Lyla,"

"Yes, Sir?" tanya Lyla seraya menyunggingkan senyum palsunya untuk menutupi rasa kesalnya.

"Terimakasih." memang hanya satu kata yang keluar dari mulut Aaron, tapi efeknya sangat dahsyat bagi rasa kesal Lyla yang langsung menguap entah kemana—pasalnya baru kali ini Lyla mendengar Aaron mengucapkan kata terimakasih kepada orang lain, biasanya pria itu selalu tidak peduli dengan yang namanya berterimakasih. Bahkan Lyla pernah berpikiran bahwa kata terimakasih tidak ada dalam kamus hidup Aaron, tapi ternyata Lyla salah.

"Sudah tugas saya, Sir." jawab Lyla yang kali ini menyunggingkan senyum paling tulus yang ia punya.

Setelah itu, Lyla kembali melanjutkan langkahnya menuju meja kerjanya untuk melanjutkan pekerjannya lagi. Namun, saat Lyla baru saja mendudukkan dirinya selama tiga detik, Aaron kembali memanggilnya dan memberikan perintah yang paling tidak masuk akal bagi Lyla—saking tidak masuk akalnya, Aaron berhasil membuat kekesalan Lyla yang baru saja mereda kembali memuncak, bahkan mungkin bisa dibilang jika saat ini Lyla sudah murka.

"Lyla, pergi dan belikan aku lasagna di King of Prussia Mall . Sekarang." ujar Aaron dengan nada diktatornya yang tak terbantahkan.

"Jangan bercanda, Aaron." jawab Lyla masih mencoba untuk meredam emosinya yang sebenarnya sudah mencapai ubun-ubun ini.

BAD LUCK 'CAUSE THE BAD BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang