Ok, jadi dari sini saya akan mempublikasikan ulang judul ini tanpa saya revisi/perbaikan ya. Saya tidak enak karena menggantungkan terlalu lama. Maaf jika cara penulisan berantakan, kata-kata banyak yang janggal, tanda baca yang tidak tepat, banyak kata tak baku, tak sesuai EYD dan PUEBI, dikarenakan saat menulis ini tahun 2019 silam, saya hanya asal menulis saja tanpa mengerti kaidah penulisan yang baik dan benar. Tapi saya akan memperbaiki nanti secara perlahan.
⚠️ Isi cerita hanya fiksi dan penuh kehaluan, tidak ditujukan untuk mendorong kepada perilaku tertentu, dibuat semata-mata untuk hiburan, diharapkan kebijakan para pembaca untuk menanggapi!
⚠️ Cerita ini adalah murni hasil dari kehaluan otak saya, hasil karya saya, jadi tolong jangan sampai dicopy paste/dijiplak dan dipublish oleh penulis lain. Terinspirasi boleh, memplagiat jangan! Kesamaan ide cerita itu wajar, tapi kesamaan isi cerita bahkan sampai pada kesamaan kalimat, itu tidak wajar!
~~~Happy Reading~~~
Nic menggenggam erat telapak tangan dingin milik kekasihnya ini, sembari mengusap lembut keringat di kening Rein. Ini hari ketiga setelah kedatangan Sanjin ke rumah mereka. Sanjin datang dengan sebuah berita yg entah bagaimana Nic harus menanggapinya.
Keadaan Ayah Rein, Tuan Kim semakin parah, dokter menyatakan jika usia pria paruh baya itu tak akan mampu mencapai musim semi.
Malam itu Nic melihat sendiri bagaimana Rein menangis sendirian di balkon kamar mereka. Ingin rasanya Nic merengkuh tubuh kurus itu ke dalam pelukannya, namun ia tahu Rein butuh waktu untuk sendiri. Rein butuh ruang, maka Nic membiarkan saja sang calon istri menenangkan dirinya.
Segala kisah masa lalu sang kekasih telah Nic ketahui baik dari cerita Sanjin ataupun dari Park Jin. Bagaimana Rein kecil yang selalu teraniaya, Rein kecil yang selalu menjadi pelampiasan kemarahan sang Ayah atas kehancuran rumah tangganya.
Bagaimana Rein menderita sampai ia berusia delapan belas tahun dan melahirkan Neil. Nic sungguh menyesali semua keadaan itu. Seandainya saja mereka diperkenalkan lebih awal, mungkin Rein tak akan sempat menderita sejauh itu.
Nic menunggu sampai Rein merasa lega dan datang padanya. Maka barulah keesokan harinya Rein berbicara padanya, mencurahkan segala isi hatinya kepada Ayah dari anak-anaknya itu.
Nic hanya menyarankan yang terbaik, yakni menemui sang calon Ayah mertua. Menyarankan Rein untuk berdamai dengan sang Ayah meskipun ia tahu jika itu bukan hal yang mudah. Reinnya telah terlanjur tersakiti, terlanjur ketakutan dan trauma kepada sang Ayah.
Tapi bagaimanapun juga Tuan Kim adalah Ayahnya, orang yang telah membuatnya ada di dunia ini. Tak akan menjadi masalah bagi Tuan Kim seandainya Rein tak mau menemuinya dan memaafkannya, tapi akan sangat berpengaruh bagi Rein sebagai seorang anak jika ia tak mau memaafkan, menerima dan berdamai dengan sang Ayah.
Karena Rein adalah seorang anak, jalan hidupnya masih panjang dan akan melewati berbagai macam jalan kehidupan. Menjadi anak durhaka akan membuat jalan hidup seorang anak menjadi berat. Maka Nic memastikan pada Rein, bahwa ia memang harus menemui Ayahnya dan memaafkan pria itu.
Maka di sinilah mereka, di depan rumah megah milik keluarga Kim Joo Soong, orang tua Sanjin.
Rein sejenak membeku, ia ragu untuk melangkah, Nic menghela napas sesaat lalu segera merangkul pundak sempit kekasihnya, memutar tubuh kurus itu menjadi berhadapan dengannya."Rein, sayang, dengarkan Hyung, semua akan baik-baik saja, Baby, yang di dalam sana, beliau adalah Ayahmu seperti apa pun beliau pernah memperlakukanmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
REIN (End Of Escape)✔
Fanfic[Tamat] Hari di mana sekelompok pemuda 17 tahunan mengadakan acara taruhan dan si kecil Rein kalah taruhan, maka ia harus berdandan seperti seorang gadis dan menggoda pria mabuk yang dipilih secara random di dalam club malam, siapa sangka jika terny...