Di lorong rumah sakit yang sedikit ramai oleh petugas yang berlalu lalang membawa perlengkapan mereka terdapat satu keluarga dengan wajah yang penuh kecemasan menatap pintu bercat biru muda dengan pandangan tak lepas dari rasa kawatir, terlebih sesosok gadis muda yang sedari tadi tidak mau beranjak dari tempatnya berdiri meski hanya diminta untuk duduk, meski lelah mendera raganya namun dia tetap tegak berdiri menatap pintu itu untuk terbuka dengan bibirnya yang terus menggigiti kuku dijari-jari tangannya.
Sedangkan yang lain duduk diam dan menunduk dengan pikirannya masing-masing, Anggara, Indra, Yohanes, Jessie dan Hani duduk diam menunggu dengan sabar kapan pintu dimana Dani sedang mendapatkan pertolongan dari para petugas medis rumah sakit itu.
Terlebih Anggara, dia sangat terpukul dengan kejadian hari ini dimana semua kebenaran yang selama belasan tahun tertutup tanpa ada seorang pun mengungkapkannya, dia tidak akan menyalahkan orang lain tapi dia akan menyalahkan dirinya sendiri yang dengan angkuhnya menolak mencari tahu dan tidak perduli dengan apa yang dulu terjadi dengan masa lalunya. Tangan kirinya terdapat balutan plester dimana dia sudah mendonorkan darahnya untuk Dani, dia ingin menebus segala kesalahannya di masa lalu dengan anak itu, anak yang lahir tanpa keinginannya namun diperjuangkan untuknya, diperjuangkan oleh mendiang istrinya agar kelak dia tidak sendirian di masa tua, dia sungguh bodoh mengabaikan dan menyakiti orang yang tulus disisinya, dia sungguh egois menutupi kesalahannya dengan melimpahkan kesalahan pada yang lainnya, dia menyesal dan ingin memperbaikinya mulai saat ini, Dani bukan anak kandungnya, dia anak biologis dari Rangga saudara kembarnya tapi dia akan menerima Dani mulai saat ini bagaimanapun Dani anak dari mendiang istrinya yang telah berjuang demi dirinya.
Setelah hampir 3 jam menunggu akhirnya pintu itu terbuka, semua yang ada disana menegakkan tubuhnya dan berdiri menyambut dokter yang keluar dari ruangan itu.
"Bagaimana dok ?" Serbu Anggara.
"Gegar otak, kaki sebelah kiri patah dan tangan kanannya, kami akan melakukan operasi malam ini pukul 9 untuk pemasangan pen, selebihnya tidak ada luka serius, hanya beberapa bagian tubuhnya saja yang mengalami luka luar," jawab dokter.
"Gegar otaknya separah apa ?" tanya Indra.
"Kami akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk itu, baiklah saya akan melalukan persiapan operasi," ucap dokter itu lalu meninggalkan mereka dengan raut wajah kembali tegang karena mendengar kata operasi.
"Masih ada 1,5 jam lagi, sebaiknya kita sempatkan untuk mengisi perut kita, kita harus tetap sehat untuk mengurus Dani," nasehat Indra.
Semua setuju lalu berjalan beriringan menuju kantin Rumah Sakit bagaimanapun mereka harus tetap menjaga kesehatan mereka karena saat ini Dani membutuhkan mereka semua.
Setelah menjalani serangkaian operasi Dani sudah dipindahkan diruang rawat VVIP dengan penjagaan ketat didepan pintu masuk, hanya orang yang selalu disekitar Dani yang diijinkan menjenguk, itu keputusan Pram karena dia ingin menjaga Dani, bagaimanapun nama Pradipta yang tersemat pada nama Dani terlalu bahaya jika tidak di jaga dengan ketat, banyak yang tidak tahu siapa dia, tapi tak sedikit yang mengetahui, banyak yang suka dan tak sedikit yang membencinya.
Rasya berdiri disamping papanya memandang tubuh yang penuh luka, hati Rasya terasa tercabik melihat pemandangan yang membuatnya perih, Anggara menatap tubuh anaknya nanar dia tak pernah merasa seterluka ini saat melihat anaknya terluka, bahkan dia dengan sangat gampang memberikan luka fisik itu pada Dani bukan hanya fisik namun juga pada hatinya.
Hani mendekati tubuh anaknya lalu merangkulnya memberi kode untuk memberi waktu pada papanya berdua saja dengan Dani, mengerti akan hal itu Rasya dengan berat hati sedikit menjauh dari brankar Dani, lalu mendudukan tubuhnya disamping Jessie yang langsung memeluknya memberi ketenangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Benci Dan Cinta (Complete)
Teen FictionPernah kah kalian membenci seseorang ? Ya aku mengalaminya, aku sangat membencinya meskipun dia bukan pelaku utama dalam pesakitanku, tapi entahlah aku sangat membencinya, dia lah yang membuat kebahagiaanku secara tidak langsung terenggut. Akankah d...