Hari ini adalah hari dimana Dani akan berangkat ke Amerika ditemani oleh orang kepercayaannya Pak Wicaksono, tidak ada satupun keluarga atau sahabatnya yang ikut mengantar kepergiannya, sengaja memang Dani tidak memberitahukan keberangkatannya pada siapapun bahkan dia hanya membawa barang yang perlu dibawa saja tidak berlebihan hanya satu tas ransel berukuran sedang untuk keperluan lain sudah dipersiapkan sejak jauh-jauh hari.
"Kamu yakin ?" tanya Pak Wicaksono pada Dani.
Dani menatap pria dewasa di sebelahnya lalu tersenyum dan mengangguk.
Bukan tanpa alasan Dani tidak memberitahukan keberangkatannya, dia hanya tak mau juga tak bisa melihat orang bersedih dan menangis maka dari itu dia tidak memberitahukan keberangkatannya pada siapapun, tapi Dani meninggalkan beberapa lembar surat untuk kedua orang tuanya juga Rasya untuk berpamitan.
Dani menghela nafas berat, begitu sesak mengumpul didadanya dia memejamkan mata, seketika bayangan Rasya membayang dadanya nyeri akan rindu yang mulai memenuhi hatinya padahal dia belum berangkat bagaimana jika dia sudah disana mungkin dia akan terbunuh oleh rasa rindu itu.
Dani melangkahkan kakinya mengikuti Om Wicak yang berada didepannya, langkahnya terhenti mendengar suara panggilan dari seorang yang sangat dia kenal, Rasya.
Dani membalikan tubuhnya dan disambut pemandangan yang membuat dadanya semakin nyeri, Rasya berdiri tidak jauh darinya dengan baju tidur dan wajahnya yang basah akan air mata, Dani melangkahkan kakinya mendekat dan tanpa banyak kata Rasya langsung menubrukan tubuhnya memeluk tubuh Dani, meski terpisahkan oleh besi pembatas dan menjadi pemandangan banyak orang seolah mereka berdua tak memperdulikan hal itu.
"Ka-kamu jahat," ucap Rasya dengan suara terbata karena menangis.
Dani hanya diam dan mengeratkan pelukannya, Dani melihat kearah belakang disana berdiri Yohanes, Jessie juga Bram dengan wajah bisa dikategorikan sedih meski mereka menutupinya dengan wajah dinginnya.
"Kenapa kamu gak bilang sama aku Dani, kenapa kamu gak bilang kamu akan berangkat, kamu jahat," omel Rasya kesal namun masih memeluk dan menangis.
"Maafkan aku," balas Dani.
"Kamu akan pergi lama, kenapa kamu gak mau aku melihat kepergianmu,"
"Karena aku gak mau melihatmu menangis,"
Rasya melepaskan pelukannya, dia memandang lekat wajah Dani merekam sepuas hatinya karena dia tidak akan melihat wajah itu dalam waktu yang lama, Dani pun melakukan hal serupa.
Terdengar pengumuman dari pengeras suara untuk keberangkatan menuju Amerika, Rasya memejamkam matanya dan air mata itu semakin deras mengucur.
"Jaga diri baik-baik, jaga hati untukku, aku akan berusaha agar aku cepat pulang," pesan Dani pada Rasya.
"Kamu juga, jangan genit disana, kamu tampan nanti banyak yang naksir aku gak suka,"
"Iya,"
Rasya memeluk Dani erat, setelahnya bergantian dengan semua sahabat memeluk Dani.
"Titip Rasya," bisiknya pada Yohanes.
"Pasti ku jaga," balas Yohanes.
"Aku pergi," pamit Dani pada semuanya.
Dani berjalan kearah pintu masuk, tapi dia berhenti dan berbalik lalu berjalan cepat kearah Rasya, dengan secepat kilat dia mencium bibir Rasya dan melumatnya sebentar kemudian dia mencium pipi dan keninga Rasya.
"Yeuh si bangsat masih aja mesum," omel Yohanes.
"Gak tahu tempat," omel Bram.
"Gak tahu malu," omel Jessie.
KAMU SEDANG MEMBACA
Benci Dan Cinta (Complete)
Roman pour AdolescentsPernah kah kalian membenci seseorang ? Ya aku mengalaminya, aku sangat membencinya meskipun dia bukan pelaku utama dalam pesakitanku, tapi entahlah aku sangat membencinya, dia lah yang membuat kebahagiaanku secara tidak langsung terenggut. Akankah d...