Pitu

1.2K 94 5
                                    

Pagi yang lumayan dingin meskipun mentari sudah cukup tinggi menghiasi langit, membuat gadis tampan masih setia meringkuk dalam selimutnya yang hangat, masih setia bergelung dengan alam mimpi dan enggan membuka mata.

Sedangkan gadis yang satunya sudah sibuk di meja makan menyantap hidangan paginya dengan senyum yang terus mengembang, sepertinya moodnya kali ini sedang baik atau mungkin hatinya yang sedang baik, entahlah hanya gadis itu yang tahu dan yang merasakan.

"Non Rasya senyum-senyum terus, mulai gila ya ?" ledek Bi Minah sambil meletakan segelas susu di meja untuk Rasya.

"Ah bibi ya suka bener kalo ngomong, ya masa aku gila, aku hanya lagi seneng aja bi," omel Rasya sambil manyun.

"Oh lagi seneng, bagi-bagi atuh senengnya," Bibi terus meledek Rasya.

"Ah bodo amat, Dani belum bangun Bi ?"

"Kalo gak sekolah mana mungkin Mas Dan bangun jam segini non,"

"Yaudah aku bangunin dia dulu,"

"Tapi Non...,"

"Tenang aja,"

Rasya meminum susu nya lalu beranjak dari ruang makan menuju kamar Dani yang sangat kebetulan tidak dikunci pintunya begitu Rasya masuk terlihat Dani masih bergelung dalam selimutnya, lalu dia menyibakan gorden yang langsung membuat cahaya matahari masuk, tapi sedikitpun Dani tak terusik karena tubuhnya membelakangi jendela.

"Dasar kebo, tapi mana ada kebo secakep dia," gumam Rasya.

Rasya berjalan memutar mendekati sisi ranjang yang kosong lalu menempatkan tubuhnya disana, tepat didepan tubuh Dani, jarak wajah mereka sangat dekat hingga hembusan nafas halus Dani terasa menerpa wajah Rasya.

Tatapan Rasya menelusuri setiap lekuk wajah Dani dengan intens, mengagumi pahatan yang diciptakan oleh Tuhan dimata Rasya terlihat sangat sempurna, tatapan matanya berhenti tepat pada bibir Dani yang selalu berwarna pink meski tanpa ditambahkan apapun untuk mempercantiknya.

Kok menggoda sih, aduuh, stop Rasya jangan macam-macam, tapi pengen icipin, astaga.

Rasya menggigit bibir bawahnya guna meredam gejolak untuk mencium bibir Dani yang sangat menggoda imannya, reflek tangannya terulur menelusuri wajah Dani.

Dani yang merasa ada yang mengusik tidurnya perlahan membuka matanya, mengerjap sebentar untuk menyesuaikan cahaya ruangan, tepat dihadapannya Rasya tersenyum manis, bukannya membuat Dani merasa meleleh justru kaget bukan kepalang.

Duugh!
Prraaaannk!
Brraaakk!

"Aw, aduh," keluh Dani setelah meluncur bebas dari kasur setelah dia melompat tapi kakinya kejerat selimutnya.

"Dani ngapain kamu ?"

"Berenang, udah tahu jatuh masih tanya," gerutu Dani.

"Hahahah, lagian ngapain kamu lompat, ahahaha," Rasya tak bisa membendung tawanya.

"Masih ya bisa ketawa, kau ini udah bikin aku kaget," omelnya sengit.

"Lah kan disapa bidadari masa kaget,"

"Bidadari apaan, mirip kuntilanak iya,"

Iya iya bidadari makanya saking cantik aku kaget.

"Aaaarrrgg," teriak Dani.

"Loh loh kenapa ?" panik Rasya.

Seketika Rasya melompat dari kasur melihat tangan Dani yang berdarah tertancap kaca pecahan gelas yang tersenggol ketika Dani jatuh tadi.

Benci Dan Cinta (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang