Dani dan Rasya dalam perjalanan pulang setelah menghadiri pesta ulang tahun salah satu rekan bisnis Dani, jalanan begitu lengang mungkin karena mereka terlalu larut pulang dari acara itu, sambil mengobrol dan bercanda untuk mengusir rasa kantuk karena perjalanan lumayan jauh meski Dani tak mengemudikan kendaraannya sendiri, Radit dan Pram memaksa ikut dengan alasan Pram mempunyai firasat tidak enak, Dani pun mengalah.
Tepat di jalan yang sangat lengang hanya satu dua kendaraan yang lewat, mobil yang di tumpangi Dani di hadang oleh dua buah mobil van hitam dan satu mobil sport dengan warna yang sama. Dani menyandarkan punggungnya, dengan santai dia membuka ponselnya, mengetik dengan cepat dan share location pada Dena, sahabatnya yang menjadi anggota kepolisian, karena dia yakin ini hal yang tidak baik.
Dani menatap ke depan, segerombolan orang dengan pakaian serba hitam dan membawa berbagai macam alat pukul juga senjata tajam berjajar di depan mobilnya, dia memotretnya dengan gerakan cepat lalu mengirim kembali pada Dena. Dani tersenyum miring melihat siapa yang berdiri di barisan paling depan gerombolan itu, Robin, dia benar-benar mengajaknya berperang.
"Kalian tunggu disini, Pram, Radit, kalian tahu apa yang harus kalian lakukan," perintah Dani.
"Semua sudah saya kerjakan, ulur waktu saja boss," lapor Radit.
"Baiklah,"
"Jangan turun," pinta Rasya takut.
"Mereka mengincarku, tenang saja," Dani mencoba menenangkan Rasya dengan mengusap puncak kepalanya.
Dani meregangkan ototnya lalu melepaskan tuxedo dan vestnya meninggalkan kemeja putih bersih dan celana hitam legam yang melekat pada tubuhnya. Dani keluar dari mobil lalu berjalan kearah depan mobilnya dengan santai, disandarkan tubuhnya pada mobil dan masih dengan gaya santainya dia menyalakan rokok lalu asapnya dia hembuskan perlahan.
"Mau apa kau ?" tanya Dani santai.
"Mau Rasya dan memberimu pelajaran karena telah merebutnya dariku!" teriak Robin.
"Merebut? Siapa yang merebutnya?" balas Dani.
"Kau, jika saja kau tak datang dia sudah jadi milikku, kau datang merusak segalanya, brengsek!" marah Robin.
"Seharusnya aku yang memberimu pelajaran, kau mengusik wanitaku, Aku telah bertunangan dengan dia setahun yang lalu, juga sudah berpacaran dengannya sekitar 3 tahun yang lalu, bahkan dia telah menolakmu, kau masih medekatinya, disini siapa yang brengsek," balas Dani.
"Aku tidak perduli, dia harus menjadi milikku, tidak ada yang boleh memilikinya selain aku!"
"Haha, kau sudah tidak waras, kau gila, haha," Dani tertawa.
"Brengsek! Hajar dia!"
Pram dan Radit pun segera turun dari mobil melihat Dani yang mulai diserang, tak lupa dia menyuruh Rasya untuk mengunci mobilnya, agar mereka fokus untuk menghadapi serangan dari pihak Robin.
Mereka mulai baku hantam dengan brutalnya, satu persatu anak buah Robin mulai kesakitan menerima pukulan sedangkan pihak Dani sedikit kewalahan dan terjepit karena mereka melawan dengan tangan kosong juga kalah jumlah.
"Pram, gimana ?" tanya Dani ketika ada kesempatan mendekat pada Pram.
"Sebentar lagi," jawab Pram dengan nafas yang tak beraturan.
Dani, Radit dan Pram, mencoba untuk bertahan dan mengulur waktu menunggu bala bantuan datang dengan sisa-sisa tenaga mereka, Dani sudah mengeluarkan darah di area perut dan lengan akibat sabetan senjata tajam, wajahnya sudah lebam dan luka goresan senjata tajam, tubuh juga sudah remuk redam menerima berbagai macam pukulan, sedangkan Pram dan Radit keadaannya tak jauh beda dengan Dani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Benci Dan Cinta (Complete)
Teen FictionPernah kah kalian membenci seseorang ? Ya aku mengalaminya, aku sangat membencinya meskipun dia bukan pelaku utama dalam pesakitanku, tapi entahlah aku sangat membencinya, dia lah yang membuat kebahagiaanku secara tidak langsung terenggut. Akankah d...