Enem

1.2K 97 2
                                    

Author pov.

Seminggu setelah kejadian itu Dani tidak pernah menampakan diri dihadapan Rasya, bahkan selama satu minggu ini dia tidak pernah pergi kesekolah maupun pulang kerumahnya. Hanes dan Jessie pun tidak tahu dimana Dani berada, mereka juga kebingungan mencari dimana biasanya Dani nongkrong, diarena balap pun tidak ada, Bram juga turut membantu mencari, jika saja ponsel Dani aktif ini akan lebih mudah.

Dan selama seminggu itu, awan mendung seakan menghiasi wajah Rasya tidak ada senyum ramah yang selalu terbit di bibirnya, nafsu makannya pun ikut turun, dia bingung dimana Dani berada dan khawatir bagaimana keadaannya sekarang, sedang apa ? sudah makan kah ? sehat kah ? Rasya hanya bisa menyimpan semua kekhawatiran itu dalam hati.

Dimana dia harus mencarinya, selama ini dia tidak pernah tahu dimana Dani, Hanes dan Jessie pun mencari, dia mencoba membantu tapi harus dimulai dari mana, di cafe pun dia tidak pernah muncul, membuat Rasya semakin frustasi dengan menghilangnya Dani dari jangkauannya.

Ada rasa kehilangan yang dia rasakan, ada rasa rindu yang mulai menghantam dinding hati ketika tidak melihat wajah angkuh dan dingin itu, ada rasa khawatir berlebih ketika tidak ada satupun kabar dia dengar tentang Dani.

Rasa yang mulai melemahkan hatinya, rasa keinginan untuk sekedar melihat meski sebentar itu sangat kuat, hingga membuatnya lemah tak berdaya dalam keputus asaan karena sang pencipta rasa tidak dalam jangkauan penglihatannya.

****

Rasya pov.

Aku harus bagaimana lagi, menghadapi situasi yang seperti ini jujur aku bingung aku ingin mencarinya tapi harus aku mulai dari mana ? Aku tidak tahu tempat-tempat mana yang biasa di kunjungi oleh Dani, Hanes yang notabene mengetahui semuanya tentang Dani pun kali ini dipaksa menyerah.

"Yo, Bram, udah menemukan dimana Dani ?" tanya ku pada kedua sahabat Dani.

"Haaahh, belum Ra, aku sudah mencari dimana Dani ditempat biasanya tapi dia tidak ada," jawab Yohanes pasrah.

"Kali ini kami kuwalahan mencari keberadaan Dani, biasanya jika dia ingin menenangkan diri dia akan bilang pada salah satu diantara kami," Bram menambahi.

"Baiklah, aku mau keperpus dulu, thanks Yo dan Bram," pamitku dan langsung meninggalkan mereka.

Pertanyaan yang sama yang selalu aku ulang ketika bertemu dengan mereka, karena aku hanya butuh sedikit saja kabar baik dan itu sudah cukup melegakan hatiku.

Ku langkahkan kaki ku menuju perpustakaan mencari tempat yang pas untuk ku bersembunyi, aku sedang malas mengikuti jam pelajaran, sesekali menjadi anak bandel dan sekali kabur dari kelas tidak akan membuatmu bodoh selamanya, kupilih bangku disudut ruangan yang jauh dari keramaian anak-anak yang membaca, setelah menyamankan posisi aku menelungkupkan badan ku pada meja dengan lenganku sebagai bantalnya.

Kembali ingatanku menerawang kejadian malam itu, malam dimana semua emosinya meledak karenaku, malam dimana sorot mata yang biasanya tajam dan dingin, berubah sendu penuh luka, sorot mata yang tak pernah aku lihat seumur hidupku dan aku tak bisa melupakannya.

Selama ini, aku hanya menerka-nerka mengapa dia sangat anti terhadapku bahkan dia sangat membenciku, dan ketika aku mengetahui semuanya ternyata aku turut andil dalam memberinya luka, seketika mataku kembali membasah mengingat seberapa banyak duka yang aku berikan padanya.

Jam pulang sekolah pun datang, seperti biasa aku mampir terlebih dahulu ke cafe milik Dani, menanyakan keberadaan Dani disana dan seperti biasa hanya nihil ku dapat, ketika sampai dirumah keadaan pun masih sama Dani belum pulang ditambah lagi papa dan mama menambah masa perjalanan bisnisnya sekalian liburan di beberapa negara, rumah menjadi sepi meski memang terbiasa sepi seperti ini.

Benci Dan Cinta (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang