Dua setengah tahun kemudian...
Dani pov.
Aku duduk di kursi kebesaranku dengan sedikit lega, karena apa ? Karena aku telah menyelesaikan pendidikanku dengan sangat singkat meski tak ada gelar cumlaude tapi aku tidak perduli akan gelar yang penting aku selesai, tapi aku masih merahasiakan pada keluargaku perihal aku yang menyelesaikan pendidikan sesingkat ini, dan mungkin aku dalam empat hari kedepan akan pulang ke negara ku tercinta, ah aku sudah tidak sabar tapi aku harus menyelesaikan pekerjaanku secepat mungkin.
Jam 10 malam aku sampai di apartemenku, langsung aku bersih-bersih dan berganti baju, kini aku sedang di pantry menikmati makan malam yang aku beli sewaktu perjalanan pulang yah bisa dikatakan ini lewat jika disebut makan malam tapi ini masih malam jadi aku masih bisa menyebut ini makan malam, hanya burger dengan triple beef cukup berlebihan kalori tak apa sesekali besok aku akan membakarnya dengan olah raga tapi jika Rasya tahu aku habis didiamkan olehnya karena makan junkfood.
Baru segigit aku memakan burger ku bel pintu berbunyi dengan kesal karena mengganggu kenikmatanku aku berjalan menuju pintu dan tanpa mengintip siapa yang bertamu aku membukakan pintu.
"Stevie," ucapku terkejut melihat tamu yang berdiri didepan pintu unit ku.
Dia tak menjawab hanya menatapku dengan tajam, niatku akan memaki siapa yang bertamu ku batalkan setelah tahu itu Stevie ditambah dengan tatapan dan ekspresinya yang jika dilihat tak mengenakan hati. Aku menggeser tubuhku memberinya akses untuk masuk keruanganku.
Aku seolah tidak perduli dengan adanya dia di ruanganku, aku melanjutkan makanku yang sempat tertunda, aku biarkan dia duduk di sofa ruang tamuku, selesai dengan makan malamku aku mengambil minuman kaleng satu untukku dan satu untuknya, aku berjalan mendekatinya dan meletakan minuman kaleng untuknya diatas meja, dia menatapku masih sama dengan tatapan tajamnya sambil tangan bersedekap di dada, aku berjalan kearah jendela kaca besarku menikmati pemandangan malam sambil meminum minumanku, suasana hening menyelimuti ruangan dimana ada aku dan Stevie.
Aku bisa menebak, dia sedang marah dengan ku ya marah aku selesai kuliah dan aku akan kembali ke Indonesia dalam beberapa hari tanpa aku memberitahunya, lalu untuk apa aku memberitahunya itu hak aku entah aku mau memberitahunya atau tidak itu urusanku, kami juga tidak ada hubungan apapun yang mewajibkan aku meminta ijinnya, walau aku tahu dia sangat menyukaiku tapi tidak denganku aku tidak memiliki perasaan apapun padanya.
"Sampai kapan kamu diam Isa," ucapnya dengan nada dingin, dia memanggilku Isa, diambil dari Reysa biar beda katanya.
"Apa yang mesti aku bicarakan, nothing," balasku tanpa melihat kearahnya.
"Kenapa kau tidak memberitahuku kau akan kembali!" jeritnya.
Aku tersenyum miring tanpa dia ketahui.
"Hak ku untuk tidak memberitahukannya," jawabku dingin.
Dia diam dan akupun diam, aku kejam dan aku akui itu tapi dengan caraku yang halus pun tidak dia indahkan sama sekali, samar pendengaranku menangkap suara isakan lirih, aku biarkan dia meski dalam hati aku tidak tega.
Aku mendengar suara langkahnya mendekatiku dan langsung memelukku dari belakang, aku biarkan juga aku tak membalas pelukannya.
"Kau tahu, aku sangat mencintaimu, bertahun aku mengejarmu namun tak sedetikpun kamu mau menolehku, kurang apa aku Isa, tak adakah kesempatan untukku untuk membuka hatimu ?" ucapnya di balik punggungku.
Aku hanya diam, dalam hati aku berkata jika hatiku sudah ada yang memiliki tidak ada yang bisa menggesernya dari dalam hati ini.
"Isa," panggilnya sambil memegang tanganku tepat mengenai cincin ku dia tersentak dan membalikan tubuhku paksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Benci Dan Cinta (Complete)
Teen FictionPernah kah kalian membenci seseorang ? Ya aku mengalaminya, aku sangat membencinya meskipun dia bukan pelaku utama dalam pesakitanku, tapi entahlah aku sangat membencinya, dia lah yang membuat kebahagiaanku secara tidak langsung terenggut. Akankah d...