Hari minggu dengan cuaca yang sangat bagus, cerah namun tidak terik, dimanfaatkan Seokjin untuk membawa adiknya berjalan-jalan. Tentu saja juga dengan dua makhluk yang selalu mengintil Taehyung kemanapun ia pergi. Dan sekarang mereka dalam perjalanan menuju pantai.
Saat ini Seokjin sedang menyetir, dengan Jungkook yang duduk disebelahnya. Dan Taehyung serta Jimin yang duduk dibangku belakang. Awalnya Jungkook bersikukuh ingin duduk dibangku belakang juga, namun Seokjin tentu menolah dengan dua alasan;
Satu, ia tau bagaimana rusuhnya ketiga makhluk itu jika disatukan.
Kedua, ia tidak mau terlihat seperti supir.
Dan tebak kenapa bisa Jungkook yang berakhir duduk didepan? Ya, ia kalah suit batu gunting kertas dengan Jimin. Jadi mau tak mau ia harus mengalah duduk dibelakang.
"Taehyung-ah, apa kau mengantuk?" Tanya Jimin melihat Taehyung yang sedari tadi hanya diam.
"Umh."
Jimin menarik kepala Taehyung agar bersandar dipundaknya, "Tidurlah, perjalanan kita masih cukup lama."
"Nde."
Seokjin yang duduk didepan bersyukur dalam hati karena kali ini tidak ada kerusuhan seperti biasanya. Mereka sedang berada dalam mode tenang.
"Ah, itu pasti karena tidak ada aku hyung. Kalau ada aku pasti akan sangat rusuh." Seakan membaca pikiran Seokjin, Jungkook disebelahnya berucap dengan santai.
"Oh, akhirnya kau mengakui juga kalau kau adalah biang kerusuhan, Jeon Jungkook-ssi?" Ucap Seokjin.
"Ah-- tidak, maksudku. Kalau tidak ada aku tidak ramai. Begitu." Dan tentunya Jungkook punya segudang alasan untuk mengelak.
"Ah, terserah kau saja."
Sebenarnya, Taehyung bukan merasa mengantuk. Hanya saja sejak tadi, ia menahan rasa sakit asing yang datang dan pergi ditubuhnya. Sesekali ia merasakan nyeri yang agak menusuk diarea perut sebelah kiri, tepatnya daerah pinggang. Sebelumnya ia tak pernah merasa sakit didaerah itu.
Namun, ia memilih diam dan menahan rasa sakitnya karena tak ingin mengacaukan hari ini. Karena sejujurnya ia juga jarang mendapatkan quality time begini ditengah kesibukan sang kakak.
Dan Taehyung kini tengah berpura-pura tertidur dipundak Jimin. Walau nyatanya sesekali keningnya berkerut merasakan sakit yang timbul tenggelam, namun sebisa mungkin ia menyembunyikan itu.
"Jimin-ah, kau sudah membawa semua peralatanmu kan?" Tanya Seokjin yang memecah keheningan mereka.
"Sudah, hyung."
"Dan Taehyung, dia tidak melupakan obatnya kan?"
"Hampir. Tapi aku sempat mengingatkannya dan Jungkook memeriksa tas-nya. Kalau tidak mungkin dia sudah meninggalkan obatnya." Jelas Jimin sambil geleng-geleng mengingat kecerobohan Taehyung.
Seokjin menghela nafasnya, "Yasudah tidak apa-apa, yang penting obatnya tidak ketinggalan."
Setelahnya diam beberapa saat, sampai suara Jungkook terdengar,
"Hyung tidak menanyaiku?"
Seokjin mengangkat alisnya, lalu menoleh kearah Jimin, "Jim, Jungkook tidak ketinggalan, kan?"
"Ah, Jungkook. Tidak, hyung. Aku sudah memasukannya kedalam sakuku." Sahut Jimin sambil merogoh saku kemejanya.
"Baguslah." Lalu setelahnya, Seokjin kembali fokus menyetir.
KAMU SEDANG MEMBACA
something i can't get || kth
FanfictionTaehyung terlihat telah memiliki segala hal untuk bahagia: hyung yang selalu menjaganya, sahabat yang selalu membuatnya tertawa, dan musik yang mewarnai hidupnya. Namun tentu tak ada kehidupan yang sempurna, bukan? Ada satu hal yang tidak bisa Taehy...