Berada pada situasi ini lagi.
Dimana setiap detik terasa mencekam. Mereka hanya bisa menunggu. Didalam sana, seseorang sedang berjuang untuk 'bertahan' dan seseorang yang sedang berusaha 'mempertahankan'.
Jimin berada disebelah Jin yang tampak kacau. Jungkook duduk agak jauh dari mereka, menopang dagu dengan kepalan tangannya. Ia tampak menahan berbagai macam emosi didalam dirinya. Namun satu yang berbeda dari Jungkook, ia tidak menangis seperti biasa.
Kenapa? Karena ia bertekad ingin menjadi sosok yang kuat untuk Taehyung.
"Hyung," Jimin memegang pundak Jin, "Lebih baik kau berganti baju dulu."
Memang, Jin masih menggunakan kemeja yang terdapat darah Taehyung disana.
Jin menggelengkan kepalanya, "Aku tidak akan kemanapun sebelum mendapat kabar Taehyung."
"Tapi aku bisa memberitahukan padamu, hyung."
Jin menghembuskan nafas kasar, "Tidak, Jim. Kau tidak tau rasanya. A-aku membentaknya, lalu dia kesakitan. Dia kesakitan didalam pelukanku, Jim. Dan bahkan dia-- dia muntah darah, dipelukanku. Dia muntah darah dan itu banyak sekali. Jimin, aku--"
"Ssstt." Jimin memeluk Jin, mengusap-usap punggungnya.
"Taehyungie akan baik-baik saja, hyung." Ucap Jimin menenangkan.
"Kau pernah mengatakan hal itu padaku, hyung." Jungkook tiba-tiba bersuara.
"Kau pernah mengatakan Tae hyung akan baik-baik saja. Dan aku percaya." Jungkook berucap, dengan sorot mata sendu, "Tapi, apa yang begini dikatakan baik-baik saja?"
"Jungkookie..." Jimin paham, kini anak itu sedang sedikit terguncang. Dia masih belum sanggup menerima kenyataan tentang keadaan Taehyung sekarang.
"Setidaknya kita berpikir positif. Taehyung saja yang merasakan sakitnya selalu berkata 'aku baik-baik saja'. Masa kita meragukannya? Taehyung berkata begitu karena dia kuat. Kau tau kan dia benci dianggap lemah?"
"Meskipun kita tau seburuk apapun keadannya, kita harus optimis. Kalau kita pesimis, lalu siapa yang akan menguatkannya? Taehyung tidak hanya butuh penanganan medis, tapi dia juga butuh dorongan mental dari orang-orang terdekatnya."
"Jadi, Jungkook. Kau tidak boleh pesimis begini, oke? Kau harus kuat, dan salurkan kekuatanmu itu untuk Taehyung."
Sedikit banyak, ucapan Jimin mampu menyadarkan Jungkook. Bahkan anak itu kini mampu tersenyum, "Kau benar, terimakasih hyung."
Dan Jin, diam-diam dia merasa kagum dengan Jimin. Ia tidak heran kenapa Jimin selalu menyebut dirinya sebagai tubuh kedua Taehyung. Dia dapat mengerti sampai dasar hati Taehyung, yang bahkan Jin belum mampu menggapainya.
Cklek,
Akhirnya, pintu terbuka. Ketiga orang itu langsung mengerubungi Namjoon yang baru saja keluar.
"Namjoon-ah, bagaimana adikku?" Jin membuka pertanyaan.
Namjoon tersenyum, namun matanya memancarkan kesedihan, "Sepertinya anak bandel itu ingin tidur dulu, hyung."
"A-apa maksudmu? Taehyung baik-baik saja, kan?"
"Dia koma, hyung."
Jin terdiam, otaknya seakan kehilangan fungsi untuk mencerna kata-kata itu, "Apa, koma?"
"Iya. Koma. Tidur panjang, lelap. Bukan koma tanda baca." Ah, Namjoon sepertinya berusaha mencairkan suasana. Ia tau ini sangat pahit untuk diterima.
KAMU SEDANG MEMBACA
something i can't get || kth
FanfictionTaehyung terlihat telah memiliki segala hal untuk bahagia: hyung yang selalu menjaganya, sahabat yang selalu membuatnya tertawa, dan musik yang mewarnai hidupnya. Namun tentu tak ada kehidupan yang sempurna, bukan? Ada satu hal yang tidak bisa Taehy...