"Jin hyung, ayolah~"
"Hyung? Jimin hyung?"
"Kumohon~"
"Yoongi hyung~"
Ketiga orang itu berusaha menulikan telinga dari rengekan Taehyung. Sudah hampir 30 menit pemuda itu merengek dan memohon kepada mereka bertiga. Sifat keras kepala seorang Kim Taehyung sepertinya tengah kambuh.
"Sekali tidak ya tidak, Tae." Ucap Jin, untuk kesekian kalinya.
Taehyung langsung cemberut mendengarnya, "Yoongi hyung?"
Yoongi menghela nafas lelah, "Kali ini tidak, Tae."
"Yasudah kalau begitu," Taehyung bersedekap dada, "Jimin hyung?"
Jimin menghela nafas sambil menggelengkan kepalanya, "Kalau ada maunya saja kau memanggilku 'hyung'. Biasanya tidak."
Taehyung cemberut mendengar jawaban mereka. Ia meremas selimut rumah sakit dengan perasaan kesal. Tebak apa yang terjadi?
Pemuda bandel ini memaksa untuk melihat pertandingan taekwondo yang akan diikuti Jungkook hari ini. Ya, selama ini Jungkook mengikuti kegiatan taekwondo. Meskipun tidak terlalu aktif, tetapi kemampuannya tidak dapat diragukan lagi.
Namun masalahnya, menurut pemeriksaan Namjoon, kondisi Taehyung belum benar-benar pulih. Pemuda itu kembali mimisan dan sesak nafas tadi pagi. Namun lihatlah sekarang, ia bersikap seolah baik-baik saja dan memaksa untuk melihat pertandingan Jungkook.
Namun dengan nasal kanula dihidungnya, infus yang menancap dipunggung tangannya, dan berbagai alat medis yang menyala untuknya, apakah ia bisa dibilang baik-baik saja?
"Kalian tau? Kapan lagi aku bisa melihat Jungkook melakukan taekwondo? Kapan lagi aku bisa mendukungnya sebagai seorang kakak? Kapan lagi aku bisa memberinya semangat? Selama ini dia selalu ada untukku, namun aku merasa tidak ada yang bisa kuberikan untuknya." Taehyung menunduk lesu, matanya berkaca-kaca.
"Pertandingan ini hanya setahun sekali, kan? Beruntung sekali aku bisa melihatnya tahun ini. Karena belum tentu tahun depan aku bisa—"
"Ssstt. Berhenti bicara, Tae." Jin menempelkan jari telunjuknya ke bibir Taehyung.
"Hyung mengizinkanmu."
"Sungguh, hyung?" Mata bulat Taehyung membesar.
Jin menunjukan senyumnya, "Iya, tentu." Hyung tidak ingin kau merasa berbeda dengan yang lain.
"Terimakasih, hyung." Taehyung memeluk Jin yang berdiri disebelahnya.
Jin mengusap-usap kepala Taehyung dan tersenyum. Tidak ada hal lain yang lebih penting dari kebahagiaan adiknya. Ia harus mulai mengesampingkan ego-nya. Memang, adiknya itu sakit dan harus dijaga dengan ketat. Namun ia sadar, sang adik juga manusia biasa yang ingin bahagia.
—
Taehyung dan hyung-hyungnya telah sampai di GOR tempat pertandingan taekwondo Jungkook akan dilakukan. Ia duduk di kursi roda dengan Jimin yang mendorongnya. Ketika mereka memasuki area tersebut, banyak pasang mata yang melihat kearah mereka. Tak sedikit pula diantara mereka yang berbisik-bisik dengan melihat Taehyung.
Namun Taehyung tak peduli, tujuannya kesini adalah untuk mendukung Jungkook, itu saja.
Mereka melihat Jungkook dipinggir area bersama dengan beberapa pelatih dan temannya disana. Ia tampak tengah mempersiapkan diri.
"Jungkook-ah,"
Jungkook menoleh, dan tampak terkejut melihat kehadiran hyung-hyungnya nya di sana. Ia langsung berjalan mendekati mereka berempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
something i can't get || kth
FanfictionTaehyung terlihat telah memiliki segala hal untuk bahagia: hyung yang selalu menjaganya, sahabat yang selalu membuatnya tertawa, dan musik yang mewarnai hidupnya. Namun tentu tak ada kehidupan yang sempurna, bukan? Ada satu hal yang tidak bisa Taehy...