Pukul 9 malam, Jin baru sampai dirumah Yoongi. Rencananya, ia akan kembali kerumah mereka besok pagi. Jin langsung menghampiri adiknya yang tengah duduk diruang tamu bersama Yoongi, Hoseok, dan Jimin.
Sedangkan Jungkook?
Anak itu langsung naik kelantai atas. Atau tepatnya, ke kamar tamu yang telah disediakan Yoongi. Entahlah, dirinya masih terlalu shok atas kenyataan yang baru ia terima. Ia masih belum sanggup melihat wajah Taehyung.
"Taehyungie," Jin mengusap rambut adiknya, "Kau baik-baik saja, kan?"
Taehyung menaikkan alisnya, lalu terkekeh pelan, "Aku? Tentu aku baik-baik saja!"
"Wajahmu agak pucat,"
"Memang kapan wajahku tidak pucat?" Taehyung tertawa kecil, "Aku baik kok, hyung."
"Aku habis makan dengan Jimin, Yoongi hyung dan Hoseok hyung! Enak sekali rasanya, benarkan?" Taehyung berucap ceria, menatap ketiga orang itu.
Sementara Jimin, Yoongi dan Hoseok hanya menganggukkan kepala sambil tersenyum seadanya. Ekspresi mereka berbanding terbalik dengan Taehyung yang nampak 'ceria'.
"Hyung, sebaiknya kau istirahat saja. Hyung pasti lelah setelah bekerja seharian dikantor. Lagipula besok kita kembali kerumah, kan?" Ucap Taehyung.
Jin mengangguk, "Ya, kau benar."
Iapun mengusap lembut kepala sang adik, "Hyung tidur dulu, ya." Setelahnya Jin naik kelantai atas, mengistirahatkan badan dan pikirannya atas apa yang baru terjadi.
Setelah Jin pergi, senyuman itu memudar.
Wajah cerianya, binar dimatanya, semuanya lenyap menyisakan wajah dengan ekspresi sendu. Taehyung menghela nafas, menatap ketiga orang disana dengan ekspresi getir.
"Wah, Taehyung. Selain pintar bernyanyi, kau juga pintar berakting." Yoongi berucap getir. Matanya menatap sendu pada gumpalan tisu bernoda merah yang disembunyikan dibelakang sofa.
"Jangan beritahu pada hyung-ku," Taehyung berucap lemah. Ia menunduk, menutupi wajahnya dengan telapak tangannya. Tanpa sadar bahwa Jimin sudah berada disampingnya, merengkuhnya dalam dekapan.
"Kenapa kau melakukannya lagi?" Ucap Jimin, "Kau berjanji akan membagi rasa sakitmu. Tapi sekarang, kau bahkan menyembunyikannya dari Jin hyung."
"Aku tidak ingin menyakitinya." Taehyung berucap lemah.
"Justru dengan begini kau lebih menyakitinya, menyakiti hatinya."
Taehyung terdiam. Jika benar begitu, sudah berapa banyak luka yang ia cetak dihati hyung-nya? Taehyung merasa bersalah, dengan membuat orang-orang disekitarnya menjadi 'terluka' karenanya.
"Aku adalah tubuh keduamu. Jika sakitmu tak tertahan, lampiaskan padaku. Jangan menyimpannya sendiri, Tae." Jimin memperat dekapannya pada Taehyung.
Entah kenapa, melihat sisi Taehyung yang begini membuat Yoongi sesak. Yang sebelumnya ia lihat adalah Taehyung yang ceria dan agak kekanakan, dengan ambisi yang besar untuk mewujudkan mimpinya.
Tapi yang ia lihat sekarang, adalah Taehyung yang rapuh dengan beban berat dipundaknya.
Ia kembali teringat beberapa saat lalu, Taehyung membuat mereka bertiga khawatir setengah mati. Dengan darah yang tiba-tiba mengalir dari hidungnya. Nafasnya yang mendadak sesak dan sebagian tubuhnya tidak bisa digerakkan.
Jimin hampir menangis karena khawatir. Bahkan Yoongi harus membongkar isi kamarnya untuk mencari satu pack tisu, karena mimisan Taehyung yang tak kunjung berhenti. Mereka hampir memboyong Taehyung kerumah sakit, kalau saja anak bandel tidak menolak dan terus berkata,
KAMU SEDANG MEMBACA
something i can't get || kth
FanficTaehyung terlihat telah memiliki segala hal untuk bahagia: hyung yang selalu menjaganya, sahabat yang selalu membuatnya tertawa, dan musik yang mewarnai hidupnya. Namun tentu tak ada kehidupan yang sempurna, bukan? Ada satu hal yang tidak bisa Taehy...