"Haruskah kamu melakukan ini?", tanya Embun sembari membantu Naya menurunkan koper dari dalam mobil.
Naya menjawab pertanyaan Embun dengan anggukan.
"Ada yang ketinggalan ngga?"
"Ngga ada.", jawab Naya cepat sembari membenarkan tas ranselnya.
"Kamu mau pergi berapa hari sih Nay? Banyak kali bawaanmu.", Embun mulai menyelidik.
"Aku belum tahu. Sebetah yang aku mau.", Senyum simpul terulas dibibir Naya.
"Sudah ya Mbun. Makasih dah anterin.", Naya berkata sambil mendekat ke arah Embun untuk berpamitan.
"Ati-ati ya Nay, kalau dah sampai Bandung kabarin."
"Siiaaapp.", jawab Naya singkat siap berbalik melangkah ke pintu keberangkatan.
***
Bukan hal yang mudah untuk memutuskan melakukan sebuah perjalanan. Terlebih perjalanan untuk melupakan. Kenangan selalu menjadi pemberat untuk melangkah ke titik baru, momok menakutkan untuk menghadapi yang baru. Tapi kali ini Naya membujuk dirinya sendiri untuk berani, berani memilih untuk pergi.
Dering telpon terdengar, tepat setelah Naya duduk di kursinya. Cepat-cepat ia lihat layar HPnya tapi dengan cepat pula ia mematikannya.
Terlihat Naya menghela nafas panjang. Mulai menerawang hal apa yang sesungguhnya membuat ia pergi dari Semarang. Alasan itu ada pada orang yang barusan meneleponnya. Radha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pergi [Complete] ✅
RomanceNaya. Ketika Naya memberanikan diri untuk memilih pergi. Mampukah ia melupakan segala yang ingin ia lupakan? Atau kenangan semakin memberatkan langkahnya? Radha. Ketika ia mendapati Naya telah pergi dari hidupnya ia sadar ia telah terlambat menyadar...