Naya menghempaskan tubuhnya ke kasur. Ia nampak sangat kelelahan. Gundah Dan kehampaan di hatinya sudah tak nampak tapi berganti dengan kekesalan.
"Kenapa pula aku harus bertemu dengan Devan.", Dengus Naya.
Naya mengambil hpnya, berusaha mengetik sesuatu
Jika kamu patah hati lalu melihat senja kamu akan tahu pada siapa harusnya kamu jatuh cinta- 🐳
Naya memposting kalimat itu di WA story miliknya. Entah kenapa rasanya dia patah hati walau bukan dengan Radha. Dia patah hati dengan dirinya sendiri karena dengan jujur dia menyatakan statusnya kepada Devan.
Bagi Naya itu seperti menguliti dirinya sendiri. Ia selalu takut membuat orang lain patah hati terlebih atas hubungan mereka yang tak berhasil.
Selama ini doa entah siapa yang membuat Radha dan Naya bahagia bersama. Naya tak bisa memungkiri jika selama ini ia bahagia dengan Radha tapi dia juga tak bisa memungkiri ketakutannya jika selama ini Radha hanya berpura-pura bahagia dengannya.
"Perasaanku sudah berakhir tapi ternyata namanya tetap tidak bisa seratus persen terhapus di duniaku.", Keluhnya sendiri.
"Apa aku perlu pindah Kota lain biar ngga ada yang ngungkit namanya lagi.", dengus Naya kesal.
Dering Tanda pesan WA masuk terdengar tampak nama Bumi yang tertera di layar, dengan cepat Naya membukanya.
-Pada akukah harusnya kamu jatuh cinta?-
Naya sontak kaget membaca jawaban Bumi. Belum juga Naya selesai mengetik jawaban yang tepat atas pertanyaan Bumi, hpnya sudah berdering. Lagi-lagi nama Bumi yang tertera di layar, dengan cepat Naya mengangkat telponnya."Halo.", Sapa Naya lembut.
"Kenapa ngga balas chatku?", Suara Bumi terlihat kesal.
"Baru mau aku kirim kamu udah telpon aku.", Balas Naya.
"Jadi pada siapa harusnya kamu jatuh cinta?", Bumi mengulang pertanyaanya.
"Ketika melihat senja? Tentu pada Tuhanlah.", Jawab Naya mengingat arti dari penggalan kalimat yang telah ia tulis.
"Kirain denganku.", Jawab Bumi meledek.
"Kamu pura-pura tak tahu, itu kalimat yang sering aku ucapkan dan aku tahu kamu mengerti maksudnya.", Dengus Naya.
"Aku tahu perasaamu sedang tidak baik jika menulis seperti itu.", Ungkap Bumi.
"Well. Benar. Aku benar-benar sedang merasa tidak nyaman.", Naya akhirnya menjelaskan apa yang membuatnya kesal, dengan sabar Bumi mendengarkan.
"Simpan kesalmu, ngga ada gunanya. Aku yakin Radha juga akan memiliki kekesalan yang sama jika ada yang menanyainya tentang kamu, terlebih kamu yang meninggalkannya."
Deg. Naya terdiam. Ucapan Bumi benar. Dia yang meninggalkan Radha. Rasa penyesalan Naya kembali muncul.
"Dia harus belajar dari aku. Dia harus menyatakan dengan sejujurnya perasaan yang ia miliki dan dia harus dapat perempuan yang lebih baik dari aku.", Ucap Naya sendu.
"Dan kamu, kamu harus dapat laki-laki yang lebih baik dari dia.", Ucap Bumi.
"Jangan bersedih Karena kamu hanya akan sedih sendirian. Jangan kesal Karena itu perbuatan yang sia-sia.", Imbuh Bumi.
"Semua yang dikatakan Bumi benar. Aku hanya menyakiti diriku sendiri dengan rasa kesal dan sesal. Selama ini aku baik-baik saja kenapa jadi tidak baik-baik saja setelah nama Radha disebut. Aku bisa melewati ini semua. Aku harus bahagia seperti biasanya.", Naya berkata dalam hati.
"Well. Thanks sudah nelpon dan dengerin ceritaku.", Akhirnya suara Naya terlihat renyah.
"Sama-sama.", Balas Bumi.
"Yaudah ya aku mau bersih-bersih dulu, belom mandi aku.", Ucap Naya sambil mencoba mencium bau asam di tubuhnya.
"Sebentar.", Sergah Bumi.
"Ya.", Naya mencoba menunggu perkataan Bumi.
"Sabtu ini aku balik ke Semarang.", Ucap Bumi ragu-ragu.
"Yeay... Kamu pulang. Asyiiikkkk.... Kita bisa kumpul bareng. Pas bangen sama nikahannya Windu nanti Kita bisa sama-sama pergi.", Naya terlihat sangat senang.
"Padahal aku cuma mau ketemu kamu.", Balas Bumi lirih.
Deg. Perasaan aneh muncul di hati Naya tetiba ia merasa kupu-kupu terbang di perutnya. Naya tidak bisa membalas ucapan Bumi.
"See u soon ya Bumi.", Cepat-cepat Naya mematikan telponnya.
Kegundahan yang tadi hilang Karena kesal jadi muncul lagi. Kehampaan setelah pulang dari rumah Embun sebenarnya bukan Karena Radha tapi karena Bumi. Seperti yang tersirat di raut muka Embun, diam-diam Naya mulai teralih dengan Bumi. Bumi punya daya tarik sendiri yang membuat Naya nyaman di dekatnya dan sering baper dibuatnya.
"Oh Tuhan, jangan buat aku jatuh cinta dan patah hati dengan mudah. Cukup dengan Radha saja aku seperti itu.", Naya bergegas bangun dari kasur dan menyambar handuk untuk mandi. Semoga setelah mandi perasaannya terhadap Bumi dan kekesalannya terhadap diri sendiri menguap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pergi [Complete] ✅
RomanceNaya. Ketika Naya memberanikan diri untuk memilih pergi. Mampukah ia melupakan segala yang ingin ia lupakan? Atau kenangan semakin memberatkan langkahnya? Radha. Ketika ia mendapati Naya telah pergi dari hidupnya ia sadar ia telah terlambat menyadar...