Kenyatakan sebenarnya

11.1K 508 3
                                    

Naya Tak berencana untuk langsung pulang setelah berpamitan dari rumah Embun. Ia ingin mampir ke tempat makan terlebih dahulu. Bukan rasa lapar yang mengajaknya ke sana tapi bujukan akan kehampaan hatinya.

Ia pikir setelah bertukar cerita dengan Embun dan setelah perjalanan panjangnya dari Bandung, hatinya akan lega ternyata masih ada kehampaan di dalamnya.

Naya mengangkat tangan setelah duduk beberapa menit di kursinya. Seorang pramusaji sigap mendekatinya.

"Mau pesan apa kak?", Gesture pramusaji itu terlihat siap mencatat semua pesan yang akan Naya pilih.

"Ice cappuccino nya satu sama mau ini ya mbak.", Naya menunjuk sebuah menu yang ada di depannya.

"Chicken cordon blue dan ice cappuccino ya brarti masing-masing satu. Ada lagi?"

" Waffle berries nya satu."

"Ok. Tunggu sebentar ya kak.", Pramusaji siap beranjak pergi.

"mmmbbb... Mbak minta air putihnya juga ya."

"Baik. Tunggu sebentar.", Dengan sopan pramusaji itu berpamitan setelah mencatat semua pesanan Naya.

Naya memang tidak lapar tapi kebiasaannya tidak pernah berubah, jika hatinya tengah gundah ia akan memesan banyak makanan.

Sambil menunggu Naya mengeluarkan leptopnya, bersiap mengechek email dari beberapa klien yang belum sempat ia baca dari semalam. Naya nampak fokus sambil sesekali mencatat di note kecilnya tentang apa-apa yang perlu ia pelajari dari permintaan klien. Tetiba ada suara yang mengagetkannya.

"Radha Mana? Sendirian aja?"

Naya melongo menatap orang yang mengucapkan pertanyaan itu. Jika saja pramusaji tidak muncul pasti Naya masih membeku.

"Ini pesanannya. Ice cappuccino dan waffle berriesnya ya kak. Untuk yang lainnya menyusul."

"Bisa minta air putihnya dulu Mbak?", Ucap Naya sopan. "Kamu ga pesen sekalian Van?"

"Ice Americano aja Mbak sama cheese burger ya, kentangnya saya maunya yang wedges."

"Baik tunggu sebentar.", Pramusaji pun meninggalkan mereka.

"Tumben Van jam segini bisa kluyuran? Kamukan bukan pengangguran kayak aku." Goda Naya sambil terkekeh.

"Habis meeting sampek kelewat waktu lunch. kelaperan aku, makanya kabur." Jelas Devan sambil memegangi perutnya.

"Makan waffleku dulu buat ganjel perutmu itu.", Naya menyodorkan sendok ke arah Devan.

"Thanks Nay.",Devan langsung mengambil sendok dan memakan waffle Naya tanpa basa-basi.

"Nay, kamu blom jawab pertanyaanku loh tadi.", Protes Devan.

"Pertanyaan yang mana?", Naya pura-pura lupa.

"Tumben kamu sendirian biasanya kalau ke sini slalu sama Radha.", Tanya Devan menyelidik.

"Emang harus slalu sama dia ya?", Sergah Naya.

"Seringnya kalau ketemu kamu di sini ya sama Radha.", Jawab Devan.

Benar Maroon Cafe adalah tempat favorite Naya dan Radha. Entah kenapa pula Naya mampir ke Cafe ini padahal tadi ia berniat ke kedai kopi W, sudahlah mungkin ini namanya takdir. Naya harus berani menjawab pertanyaan Devan sekarang.

Ketika Naya bersiap menjawab pertanyaan Devan terlihat pramusaji menghampiri Naya sambil membawakan pesanan yang tadi mereka pesan. "Sudah semua ya kak pesanannya."

"Sudah Mbak makasih.", Jawab Naya ramah dan Devan sibuk menyerobot ice Americano yang baru saja diletakkan di meja.

Naya mulai mengambil garpu untuk memakan hidangan di depannya. Sambil mengiris cordon blue menjadi potongan kecil Naya memberanikan diri bersuara

"Mungkin kamu akan sering menemuiku di sini tidak dengan Radha lagi, Van.", Ucap Naya lirih sembari menyuapkan potongan cordon blue di mulutnya.

"Kalian putus?",Devan membelalak kaget.

"Sejak kapan aku dan Radha berpacaran?", Naya menyunggingkan senyum simpul dibibirnya.

Devan nampak terdiam mendengar pertanyaan Naya. Benar, Devan sudah pernah mendengar gosip itu gosip yang beredar bahwa Naya dan Radha tidak berpacaran, mereka menjalin hubungan tanpa status di dalamnya. Tapi Devan juga tahu tanpa status apapun mereka berdua tampak saling mencintai.

"Sorry ya Nay, pertanyaanku bikin kamu ngga enak ya?", Ucap Devan tampak menyesal.

"Kayaknya kamu deh yang jadi nggak enak Karena omonganku.", Naya terkekeh melihat tingkah Devan.

"Aku cuma taunya kalian bahagia berdua Nay."

Memang benar Naya selama ini bahagia dengan Radha tapi hubungan tanpa status itu benar-benar membuat Naya muak terlebih lagi Radha tidak pernah sekalipun mengungkapkan perasaannya.

Selama ini yang selalu terjadi adalah Naya menunggu dan terus menunggu tapi tersiksa dibaliknya. Terlebih ketika banyak wanita mengelilingi Radha. Awalnya Naya mencoba memaklumi dan yakin jika suatu saat Radha akan mengungkapkan isi hatinya tapi ternyata sampai Naya memutuskan untuk pergi Radha tidak pernah menyatakan isi hatinya.

Dan satu Hal yang membuat Naya sedih adalah karena semua teman-teman mereka kecuali Embun tahunya jika Radha dan Naya berpacaran. Sungguh memuakan bagi Naya. Naya gusar setiap Kali ditanyai kapan mereka akan menikah karena di usia mereka sekarang pertanyaan itu wajar. Tapi bagi Naya itu sangat memilukan karena bagaimana dia dan Radha bisa menikah, Naya saja tidak pernah tahu status hubungan mereka apa?

Pergi [Complete] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang