Bumi vs Radha

8.1K 358 2
                                    

Radha memarkirkan mobilnya di pelataran Maroon Cafe. Ia bergegas mencari Naya di setiap bangku yang terisi. Ia merasakan dejavu.

Ia sudah menemukan Naya di salah satu bangku di dekat kolam ikan. Tempat duduk favorite Naya saat malam. Jika Maroon ramai dan tidak ada bangku yang tersisa di dalam Naya juga suka duduk di bangku itu karena ada payung besar yang melindungi dari sinar matahari yang menyengat, Radha hafal kebiasaan itu.

Entah kenapa kakinya terasa berat, ketika ia melihat Naya sedang duduk dengan orang yang selalu mengusik pikirannya, Bumi. Radha mengurungkan niatnya bertemu dengan Naya. Ia memilih untuk kembali ke kantor.

Duduk di jok Mobil Radha nampak kesal. Ia memukul kemudi mobil dengan keras. Ia tahu perjuangannya sudah terlambat. Bumi yang memenangkan pertempuran ini. Radha kesal dengan dirinya sendiri.

***

Bumi memandangi Naya dengan sungguh-sungguh. Naya masih mematung, malas memulai percakapan.

"Bisa lepas kacamata hitammu itu?", Pinta Bumi.

Naya masih tidak mau menanggapi.

"Aku jadi tidak bisa menatap matamu.", Jelas Bumi lagi yang didengar Naya seperti sebuah rayuan gombal.

Bumi yang menyadari jika ucapannya dianggap rayuan berkata sekali lagi,"aku butuh melihat matamu. Karena aku akan menanyakan sesuatu dan aku harus tahu kesungguhan hatimu."

"Mataku bengkak. Aku malu.", Jawab Naya jujur.

"Karena menangisiku?", Bumi meledek Naya.

"Aku tidak tahu."

"Ayolah Nay, buka saja aku tidak akan tertawa.", Pinta Bumi lagi.

Naya membuka kacamatanya dan bisa ditebak Bumi berbohong ia tertawa melihat Mata Naya yang bengkak seperti mata kodok. Naya kesal, berusaha memakai kacamatanya lagi tapi dihalangi oleh Bumi.

"Maaf.", Katanya sungguh-sungguh.

"Wanita itu cuma temen kantorku Nay.", Bumi mulai meluruskan masalah yang terjadi.

"Aku tidak peduli dengan itu.", Jawab Naya.

"Aku mengepost foto itu atas persetujuan dia, aku bilang ada wanita yang aku sukai."

Naya mulai serius mendengarkan Bumi. Berjuta kupu-kupu serasa terbang di hatinya.

"Aku sengaja ngepost untuk kamu dan Embun. Karena aku ingin tau respon kalian. Ternyata hanya Embun yang mengomentari storyku sedangkan kamu hanya mengacuhkanku."

Naya masih terdiam mendengarkan, berusaha mengendalikan kupu-kupu di hatinya.

"Karena itu aku telpon kamu dan ternyata responmu semarah itu. Kamu langsung nggak gubris semua panggilan dan pesan WA ku. Aku jadi khawatir denganmu.", Ucap Bumi sedih.

"Kenapa harus ditujukan untuk Embun juga?", Tanya Naya.

"Karena dia akan memancingmu untuk membuka storyku.", Senyum Bumi terulas menatap Naya.

Entah kenapa Naya menangis. Bumi berdiri untuk duduk di sebelah Naya. Ia memberanikan diri mengusap kepala Naya, tanda ia sangat menyesal telah melakukan tindakan itu.

"Kamu membenciku?", Tanya Bumi sembari membersihkan bulir-bulir air Mata dari pipi Naya.

Naya hanya menggeleng. Dengan sesenggukan Naya akhirnya memberanikan diri untuk bersuara, "aku pikir aku akan mencintai sendiri sama seperti dulu dengan Radha."

Bumi tersenyum ke arah Naya, ia menarik lengan Naya dalam sekejab Naya sudah berada di pelukannya.

"Aku tidak mungkin melakukan hal itu, karena aku mencintaimu lebih dulu.", Ucap Bumi sambil mengusap halus rambut Naya.

"Aku mencintaimu Nay.", Ucap Bumi lirih.

Naya membalas ucapan Bumi,"aku juga."

Bumi melepaskan pelukannya pada Naya Dan kemudian mengeluarkan sesuatu dari sakunya.

"Ini yang mau ku tanyakan padamu nay.", Ucap Bumi sungguh-sungguh.

Naya membenarkan posisi duduknya. Ia melihat Bumi membuka kotak kecil yang ada di tangannya, ia mengeluarkan sebuah benda yang membuat hati Naya semakin gugup, serasa berjuta kupu-kupu bertebangan hingga ke perutnya.

"Will you marry me?", Ucap Bumi gugup.

Naya Tak bisa mengeluarkan kata-kata. Air Mata mengalir deras dari matanya, ia hanya bisa mengangguk mengiyakan permintaan Bumi. Dengan senyum merekah Bumi memasangkan cincin di jari Naya. Mereka berpelukan untuk kedua kalinya.

"Sebentar.", Ucap Bumi melepas pelukan Naya.

"Kenapa kamu bilang tidak tahu, saat aku tanya apa mata kamu bengakak karena menangisiku?", Tanya Bumi kesal.

"Karena saat itu aku mungkin tidak hanya menangisimu saja.", Jawab Naya Setengah meledek Bumi.

"Cowok lain?", Tanya Bumi menyelidik.

"Radha.", Bumi menyebut satu nama dengan jengkel.

"Aku ada janji beretemu dia semalam."

Bumi memasang wajah cemburu.

"Tapi dia membatalkan janji saat aku sudah menunggunya lebih dari satu Setengah jam.", Entah kenapa Naya malah tersenyum mengingat kejadian semalam.

"Karena itu kamu menangis?"

"Bukan.", Jawab Naya masih tersenyum kearah Bumi.

"Aku kesal dengan diriku sendiri yang mengiyakan pertemuanku dengan Radha.", Naya menghela nafas panjang.

"Aku selalu merasa menyesal dengannya, karena aku meninggalkanya tanpa pamit secara langsung. Rasa bersalah itu selalu menghinggapiku. Aku selalu menuntut dia untuk memperjuangkanku padahal dia tidak ingin.", Naya tersenyum lagi ke arah Bumi mengingat kebodohannya.

"Apa yang akan kamu katakan jika kamu jadi bertemu dengannya semalam?", Tanya Bumi penasaran.

Aku akan berkata,"jika dia ingin memperjuangkanku sekarang sudah terlambat. Aku minta maaf untuk semua yang sudah ku lakukan. Kita bisa menjadi teman selayaknya kodrat alam dari awal."

Bumi tersenyum kemudian ia menggenggam jemari Naya dengan erat.

"Pasti karena kamu sudah jatuh hati kepadaku!", Ucap Bumi menggoda Naya.

"Tapi beneran, semalem itu ngga lucu. Aku cemburu tau.", Naya menghentikan ucapannya malu mengakui jika ia cemburu.

Bumi memeluk Naya sekali lagi.

"Maaf. Aku ngga akan nglakuin  itu lagi.", Bumi tersenyum meenghadiahi Naya pelukan lagi.

"Kamu di Semarang sampai kapan?", Tanya Naya melepas pelukan Bumi.

"Jam tiga langsung ke Magelang.", Bumi jadi ingat ke Semarang itu hanya mampir saja.

"Kita masih bisa ketemu lain waktu.", Ucap Naya menghibur.

"Aku akan segera mengajak oeangtuaku untuk datang ke rumahmu. Meminta ijin kepada bapak, untuk menikahimu.", Ucap Bumi sungguh-sungguh.

Naya hanya tersenyum dan mengangguk.

"Boleh aku minta satuhal dari kamu Nay?" Tanya Bumi.

Membuat Naya berhenti menyeruput es lemon teanya. Naya menatap Bumi tanda membolehkan.

"Selesaikanlah urusanmu dengan Radha."

"Maksudnya aku harus menemuinya lagi?", Naya tak percaya dengan permintaan Bumi.

"Bukan. Kamu tak harus bertemu langsung. Lewat pesan WA saja tidak masalah.", Jelas Bumi.

"Agar langkah kita ke depan lebih mudah Nay.", Bujuk Bumi sambil mengenggam tangan Naya.

Naya mengangguk kemudian menulis pesan untuk Radha.

-Radha. Aku minta maaf untuk semua kesalahan yang aku lakukan padamu. Tolong ikhlaskan aku, agar langkahku ke depan jauh lebih ringan.-

Selesai mengetik Naya mengirim pesan itu. Naya mengikhlaskan kepergiannya untuk Radha. Untuk pertamakalinya Naya bersyukur atas keputusannya pergi dari Radha.

Pergi [Complete] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang