Jika ingin berjalan menuju masa depan,
belajarlah memaafkan masa lalu.Sudah satu jam lamanya Kara dan David berbincang di taman perumahan Kara.
David menjelaskan tiap inci kejadian yang terjadi tepat dua tahun yang lalu. Kejadian yang membuat Kara mengingat masa lalu yang kelam. Kejadian yang membuat ia mengidap PTSD (Post Traumatic Stress Disorder).
"Jadi setelah itu, kamu pindah ke Indonesia? Bisa ngomong pakai bahasa Indonesia?"
David mengangguk, "sedikit."
"Kamu masih pakai?" tanya Kara memastikan.
"Perlahan coba buat berhenti. But, i still can't."
Kara memandang David sendu. David yang ia kenal dulu tidak seperti ini. Tapi, semenjak kejadian itu terjadi, semuanya berubah begitu saja. Dan hal itu juga menjadi salah satu penyebab kepindahannya ke Indonesia.
"Tessa sama Katherine di mana?"
"Come home."
"Manhattan?"
David mengangguk.
Kara menghela napasnya panjang. Terlalu sulit berdamai dengan masa lalu.
"Ya, tapi kan ... ini punya Eri!"
"Punya Era!"
"Kan Eri dulu tadi yang bawa," ucap Eri dengan memanyunkan bibirnya.
"Tetap aja, ini punya Era. Kan papa beliin buat Era, bukan Eri!"
Erlan memijat pelan pelipisnya.
"Ra, pinjamin Eri dong. Mainnya sama-sama ya," bisik Erlan menengahi kedua saudara perempuannya.
"Nggak mau, bang!" Era mengambil mainan dokter-dokteran yang ada di tangan Eri. Merampasnya begitu saja, dan membuat tangis Eri pecah.
"Era jangan gitu, dong. Era harus berbagi, nggak boleh pelit. Nanti, kuburannya sempit." Erlan membawa Eri yang sedang menangis kedekapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjalanan Hidup [ONHOLD]
Roman pour AdolescentsPerfect cover by : @kdniapuspita | INDONESIAN STORY | WATTYS 2019 | Hidup itu, Tentang perjalanan. Bukan hanya harapan. Kau tidak bisa hanya berharap untuk hidup. Tapi kau harus berjalan. Agar tahu, apakah kau hidup atau tidak. _________________...