Jika kau berpisah karena sebuah pertemuan, maka jangan salahkan pertemuannya. Tapi salahkan takdir, yang memberi kesempatan untukmu bertemu dengan dirinya.
Author's POV.
Decitan suara motor dan mobil beradu satu sama lain ketika berhenti di lampu merah. Kara sedang duduk di kursi yang disediakan oleh sebuah halte.
Kara menatap jalanan pada pagi menjelang siang hari.
Penuh dengan klakson mobil yang saling bersahutan dengan klakson motor. Kara beralih menatap ke arah lampu lalu lintas.
Masih menunjukkan warna merah.
Kara bingung dengan semua orang yang membunyikan klakson mereka.
Untuk apa? Toh, lampunya masih berwarna merah.Orang-orang begitu emosian. Dan, tidak sabaran. Ntah apa yang mereka kejar di luar sana. Jika tidak ingin terlambat, lalu mengapa bangun kesiangan.
Jika mereka bangun lebih pagi, mereka tidak akan melewati jalan yang macet.
Tapi Kara lupa satu hal.
Mengenai macet.Macet, memanglah teman setia ibu kota negara ini. Macet yang selalu setia dengan Jakartanya.
Jika kau ditakdirkan untuk bertemu macet di pagi, siang dan malam hari, tidak perduli sepagi apa dirimu berangkat dan menuju lautan jalanan, kau akan selalu bertemu dengannya.
Begitu juga sebaliknya.
Jika kau tidak ditakdirkan untuk bertemu dengan kemacetan, sesiang apapun kamu berangkat, macet tidak akan pernah kau temui.Begitulah setianya macet kepada Jakarta yang sudah tergambar di garis takdir.
Kara memasuki sebuah pasar yang menjual bahan baju. Kara harus membuat seragam sekolahnya.
Sampai lah Kara di tempat langganan Bundanya.
'Toko Akmal' itu nama yang tertera di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjalanan Hidup [ONHOLD]
Fiksi RemajaPerfect cover by : @kdniapuspita | INDONESIAN STORY | WATTYS 2019 | Hidup itu, Tentang perjalanan. Bukan hanya harapan. Kau tidak bisa hanya berharap untuk hidup. Tapi kau harus berjalan. Agar tahu, apakah kau hidup atau tidak. _________________...